Suara.com - Tim Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP) akhirnya bertemu salah satu pimpinan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (Dewas KPK) Albertina Ho di Gedung ACLC, Ruang Pusat Edukasi Antikorupsi KPK C1 pada Kamis (16/1/2020).
Dalam pertemuan tertutup tersebut, Tim Hukum PDIP diwakili I Wayan Sudirta dan Teguh Samudera. Usai pertemuan tersebut, Sudirta menyebut telah memberikan surat yang berisi tujuh poin kepada Albertina Ho. Surat tersebut terkait kasus yang menjerat Caleg PDIP Harun Masiku dalam dugaan suap kepada Eks Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
"Kami menyerahkan sebuah surat yang berisi sekitar tujuh poin. Poin pertama, kami menekankan apa bedanya penyidikan dan penyelidikan? Apa bedanya? Penyelidikan adalah pengumpulan bukti-bukti. Penyidikan kalau sudah ada tersangka. Jadi tahapannya yang awal dan tengah," katanya di Gedung ACLC KPK C1, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (16/1/2020).
Dalam kesempatan tersebut, Sudirta mempermasalahkan OTT KPK Wahyu Setiawan bersama delapan orang lainnya pada Rabu (8/1/2020). Kemudian sehari setelahnya, pada Kamis (9/1/2020), ada orang dari tim penyelidik KPK mendatangi kantor DPP PDIP.
"Ketika tanggal 9 Januari ada orang yang mengaku dari KPK tiga mobil bahwa dirinya punya surat tugas untuk penggeledahan tetapi ketika diminta dilihat hanya dikibas-kibaskan," katanya.
Sudirta juga mempertanyakan keabsahan surat penggeledahan yang dibawa tim KPK di Kantor DPP PDIP berasal dari surat resmi dari Dewas KPK. Hal tersebut dipertanyakan Sudirta, karena mengacu kepada UU KPK Nomor 19 tahun 2019 yang menyatakan dalam penggeledahan harus izin Dewas.
"Betul enggak itu surat izin? Kalau kami mengikuti proses ini sejak pembuatan Undang-undang Korupsi sampai KPK sudah pasti bukan surat izin penggeledahan. Karena pada hari itu, pagi itu, jam 06.45 WIB, belum ada orang berstatus tersangka. Kalau belum berstatus tersangka berarti masih tahap penyelidikan," ungkap Sudirta.
Sudirta sendiri juga mempertanyakan proses penyelidikan tidak boleh adanya upaya paksa penggeledahan.
"Apa itu upaya paksa? Menyita, menggeledah. Kalau dia kibas-kibas bawa surat penggeledahan pasti patut dipertanyakan surat benar dianggap surat penggeledahan atau tidak?" ujarnya.
Baca Juga: Zulkifli Hasan Mangkir dari Panggilan KPK Hari Ini
Maka itu, Sudirta meminta kepada Dewas KPK untuk memeriksa orang di dalam tiga mobil yang mendatangi Kantor DPP PDIP.
"Kami minta diperiksa yang tiga mobil itu terutama yang pegang surat, periksa. Ini melanggar aturan apa tidak? Kalau menurut kami, kalau betul surat penggeledahan itu berarti perlu diperdalam kenapa bisa begitu? Toh, sekali lagi penyidikan sama penyelidikan sangatlah berbeda pada saat itu jam 06.00 WIB masih penyelidikan."
Sudirta menambahkan, terkait Juru Bicara KPK menyebut bahwa tim KPK pun bukan untuk melakukan penggeledahan. Sudirta kemudian mempertanyakan petugas KPK yang datang ke DPP PDIP, berdasarkan pada inisiatif sendiri tanpa perintah.
"Bayangkan, bagaimana bisa seorang petugas bisa nyelonong ke sana kemudian mengaku membawa surat penggeledahan lalu tiba-tiba humas mengatakan itu bukan surat penggeledahan," katanya.
Sementara itu, Tim Hukum PDIP lainnya, Teguh Samudera menyebut yang dilakukannya sebagai upaya adanya perbuatan melawan hukum.
"Ini adalah proses yang harus kami jalani kan hari ini. Bahwa kami sebagai kuasa hukum DPP PDIP kami menjadi korban tentang perbuatan melawan hukum perbuatan yang tidak etis sehingga sangat mengancam nama baik kredibelitas dan ada skenario untuk menghancurkan PDIP," katanya.
Berita Terkait
-
WP KPK Tanggapi Soal Sprinlidik yang Didapat Masinton dalam Kasus Suap PAW
-
Suap Rekannya, Ketua KPU Klaim Tak Pernah Bertemu Kader PDIP Harun Masiku
-
Biarkan Wahyu Terima Suap, DKPP Sebut Pimpinan KPU Lainnya Langgar Aturan
-
Berkoar Pegang Sprinlidik Kasus Wahyu, Masinton Akui Dapat dari Novel
-
Tak Masuk Daftar Tamu Dewas, Tim Hukum PDIP di KPK: Mau Terima Kami Gak?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
Difitnah Isu Ijazah Jokowi, Andi Arief: Pak SBY Terganggu, Kemungkinan Bakal Ambil Langkah Hukum
-
Malam Tahun Baru Jakarta Jadi Wadah Doa Lintas Agama Bagi Korban Bencana Sumatera
-
Polda Metro Jaya Catat Laporan Kejahatan Terbanyak Sepanjang 2025, Capai 74 Ribu Kasus
-
Alarm Narkoba di Jakarta: 27 Orang Terjerat Tiap Hari, 7.426 Kasus Terungkap Sepanjang 2025
-
Tutup Tahun 2025 di Lapangan, Presiden Prabowo Tinjau Pemulihan Bencana di Tapanuli Selatan
-
Kado Akhir Tahun, Pemprov DKI Gratiskan Transum Selama Dua Hari
-
PDIP Kecam Teror terhadap Pegiat Medsos dan Aktivis, Guntur Romli: Tindakan Pengecut!
-
Hari Terakhir Pencairan BLTS Rp900 Ribu, Kantor Pos Buka hingga Tengah Malam
-
Densus 88: Ideologi Neo Nazi dan White Supremacy Menyasar Anak Lewat Game Online!
-
Menteri Berulah, Presiden Menanggung Beban? Syahganda Desak Prabowo Gunakan Strategi Sun Tzu