Suara.com - Untuk meningkatkan produktivitas bangsa, diperlukan implementasi dan kerja nyata dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika semua organisasi berlomba-lomba untuk menjadi produktif, negara dapat semakin produktif dan berdaya saing, sehingga cepat untuk menjadi negara maju dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi.
Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Bambang Satrio Lelono, dalam pembukaan Rakor Strategic Forum Nasional Peningkatan Produktivitas.
"Untuk meningkatkan produktivitas bangsa perlu implementasi dan kerja nyata dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," ujarnya di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu..
Produktivitas tenaga kerja Indonesia perlu mendapat perhatian khusus, karena berdasarkan World Competitive Index 2019, ranking Indonesia turun dari 45 menjadi 50. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh sumber daya manusia (SDM) yang kurang kompeten, kurang produktif dan kurang andal dalam mengelola sumber daya alam (SDA).
Keterampilan yang dimiliki SDM saat ini tidak sebanding dengan kebutuhan perusahaan, sehingga diperlukan usaha maksimal. Peningkatan kompetensi SDM Indonesia perlu dilakukan, agar mampu berkiprah aktif di pasar domestik dan mampu merambah pasar tenaga kerja internasional
Menurut Bambang, kerja sama ini perlu dan penting untuk dilakukan, karena Indonesia memasuki fase bonus demografi yang mulai tahun ini, yang menjadi salah satu indikator menuju Indonesia maju. Jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang tidak produktif, dan diperkirakan Indonesia akan mencapai puncak dari bonus demografi ini pada 2030-2040.
Pada periode tersebut diprediksi, jumlah penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang diproyeksikan mencapai 294 juta jiwa.
“Agar dapat memperoleh manfaat maksimal dari bonus demografi, maka ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas, baik dari sisi pendidikan maupun keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar kerja,” kata Bambang.
Di tengah masifnya perubahan di sektor ketenagakerjaan di dunia saat ini, pemikiran serta terobosan yang inovatif diperlukan dalam pembangunan ketenagakerjaan. Capaian atau keberhasilan pembangunan nasional bidang ketenagakerjaan akan terwujud, apabila terbangun sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerja
Bambang menjelaskan, SDA Indonesia miliki tidak akan cukup membuat negara menjadi maju. Lambat laun, SDA akan habis.
Baca Juga: Kemnaker Persilakan Berbagai Pihak Beri Masukan Konstruktif pada Pemerintah
Hal ini berbeda dengan SDM. Oleh karena itu, mulai tahun 2020 ini, pemerintah fokus dalam peningkatan produktivitas SDM. Prioritas 5 tahun ke depan dilakukan dengan cara membangun SDM melalui pelatihan vokasi, membangun infrastruktur di kawasan industri dan produksi, membangun sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah, menyederhanakan regulasi dengan skema Omnibus Law, dan transformasi ekonomi, yang akhirnya akan menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Rakor yang mengambil tema "Merajut Kebersamaan dalam Meningkatkan Produktivitas" ini bertujuan untuk memberikan penjelasan arah kebijakan pengembangan dan peningkatan produktivitas, evaluasi pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi 2019, dan penjelasan program dan kegiatan Direktorat Bina Produktivitas, termasuk pelaksanaan Kegitan Dekonsentrasi 2020.
Rakor yang berlangsung pada 26-27 Februari ini dihadiri 80 peserta, diantaranya Kepala Bidang Lattas atau penanggung jawab pelaksanaan Kegiatan dana Dekonsentrasi, perwakilan BBPP Bekasi dan BPP Kendari, perwakilan UPTD Produktivitas/BPPD dan peserta pusat. (*)
Berita Terkait
-
Kemnaker Raih Nilai Sangat Memuaskan dari Lembaga Arsip Nasional
-
Kemnaker : Indonesia Tak Perlu Khawatir terhadap Keberadaan Tenaga Asing
-
Tingkatkan Keselamatan Pekerja, Kemnaker Kerja Sama dengan BUMN Konstruksi
-
Layanan Terpadu Satu Atap Bisa Kurangi Jumlah Pekerja Migran Non Prosedural
-
Menaker : Pelatihan sangat Penting untuk Siapkan Tenaga Kerja Terampil
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
5 Fakta Dugaan Skandal Panas Irjen Krishna Murti dan Kompol Anggraini Berujung Mutasi Jabatan
-
Ribuan Siswa Keracunan MBG, Warganet Usul Tim BGN Berisi Purnawirawan TNI Diganti Alumni MasterChef
-
Detik-detik Mengerikan Transjakarta Hantam Deretan Kios di Jaktim: Sejumlah Pemotor Ikut Terseret!
-
Serukan Green Policy Lawan Krisis Ekologi, Rocky Gerung: Sejarah Selalu Berpihak ke Kaum Muda
-
Kunto Aji Soroti Kualitas Makanan Bergizi Gratis dari 2 Tempat Berbeda: Kok Timpang Gini?
-
Rekam Jejak Sri Mulyani Keras Kritik BJ Habibie, Kinerjanya Jadi Menteri Tak Sesuai Omongan?
-
Pajak Kendaraan di RI Lebih Mahal dari Malaysia, DPRD DKI Janji Evaluasi Aturan Progresif di Jakarta
-
Jalan Berlubang di Flyover Pancoran Makan Korban: ASN Terjatuh, Gigi Patah-Dahi Sobek
-
DPR Ingatkan Program Revitalisasi Sekolah Jangan Hanya Buat Gedung Mewah: Guru Juga Harus Sejahtera
-
Gibran Tak Lulus SMA? Said Didu Bongkar UTS Insearch Cuma 'Bimbel', Surat Kemendikbud Disorot