Suara.com - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengkritik penggunaan anggaran Rp 72 miliar untuk influencer di tengah wabah virus corona.
Menurutnya, pemerintah tampak kebingungan. Bhima mengatakan seharusnya anggaran itu dipakai untuk membeli masker dan dibagikan kepada masyarakat.
"Kami melihatnya ada kebingungan juga," kata Bhima dalam acara Mata Najwa bertajuk "Melawan Corona", Rabu (4/3/2020) malam.
Ia melanjutkan, "Misalnya menggelontorkan Rp 72 miliar untuk influencer untuk menarik wisatawan. Kemudian baru beberapa hari kemudian ditarik lagi bahwa ini ditunda sementara".
Bhima heran kepada pemerintah yang tidak mencontoh Singapura. Dimana negara tersebut membagikan masker gratis kepada warganya.
"Kenapa tidak berpikir seperti pemerintah Singapura? Masker itu dibagikan secara gratis. Anggaran negara itu bukan untuk influencer," ujar Bhima.
Ia merasa aneh. Meskipun ada anggaran besar untuk influencer, Bhima mengatakan wisatawan belum tentu mau datang di tengah wabah virus ini.
"Wisatawan asing mana yang mau datang di tengah wabah corona ini. Tiketnya murah, diberikan diskon. Tapi kemudian ditempat yang suspect corona-nya besar itu justru tertular dan biaya kesehatannya lebih besar," ucapnya.
Bhima menyebut anggaran Rp 72 miliar untuk influencer ini termasuk kebijakan irasional. Sehingga menimbulkan perilaku yang tidak wajar pula.
Baca Juga: 85 Km dari Jakarta, Masker Corona di Serang Banten Jadi Barang 'Goib'
"Ini kebijakan irasional, menciptakan perilaku yang irasional. Kenapa enggak seperti di Singapura? Preventifnya jelas, tentara dikumpulkan untuk melakukan packing masker dan dibagikan secara gratis door-to-door kepada warganya," kata Bhima.
"Rp 72 miliar bisa dapat berapa dus masker? Kemudian bagaimana operasi pasar untuk menjaga sembako harusnya dilakukan," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bhima juga menyoroti sikap pemerintah yang tampak lamban terkait kelangkaan barang kesehatan seperti masker dan barang kebutuhan pokok.
Padahal, menurut Bhima situasi ini menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap daya beli masyarakat.
"Artinya, ini ada spekulan yang sudah lama bermain. Tapi mengapa aksi penggeledahan gudang, penindakan terhadap penimbun gelap ini kelihatan sangat terlambat sekali? Sehingga wajar jika terjadi kelangkaan stok," ujarnya.
Rumah Sakit di Padang Kehabisan Stok Masker
Salah satu rumah sakit yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat terpaksa memesan masker hingga ke Pakistan. Hal tersebut dilakukan Rumah Sakit Umum Bunda BMC Padang.
"Kita mesan 250 kotak masker ke Pakistan dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Sudah kita order hari ini. Mungkin sampai seminggu lagi," ujar Kepala Bidang Marketing dan General Affair RSU Bunda BMC Padang Huswito Wozalino saat ditemui Covesia-jaringan Suara.com di RSU Bunda BMC Padang pada Rabu (4/3/2020).
Dia menjelaskan, RSU Bunda BMC Padang berencana akan tetap memesan masker ke negara tersebut hingga harga masker kembali normal. Selain itu, pihak rumah sakit juga melakukan tindakan lain untuk menyikapi kekurangan ketersediaan masker.
"Kita hanya memberikan masker kepada pasien yang batuk atau, perawat yang bertugas di ruang UGD dan operasi. Pemberian masker memang kita batasi. Kalau dulu, jika ada pasien yang minta, pasti kita kasih. Dulu kan harganya murah atau tidak semahal sekarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Huswito berharap pemerintah segera turun tangan menyelesaikan masalah tersebut.
Tag
Berita Terkait
-
Tentara Dikerahkan Jaga Masker Corona di Jawa Barat, Cegah Penimbunan
-
Belum Dinyatakan Aman Corona, Pemprov Larang Paloma dan Amigos Beroperasi
-
Pakar Sebut Penimbun Masker Tak Bisa Dipidana, Jokowi Harus Revisi PP
-
85 Km dari Jakarta, Masker Corona di Serang Banten Jadi Barang 'Goib'
-
Kereta Api se-Jawa Disemprot Cairan Kimia untuk Cegah Virus Corona
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
Terkini
-
Bakal Patroli, Menkeu Purbaya Siap Tarik Anggaran Kementerian yang Lambat Serap Dana
-
Syaifullah Tamliha Ungkap Dua Kelemahan PPP: Tak Punya Figur Berduit dan Alergi Outsider
-
Kepala Sekolah di Prabumulih Sempat Dicopot Gegara Tegur Anak Pejabat Bawa Mobil ke Sekolah
-
Punya Modal Besar: Pakar Politik Dorong Projo jadi Oposisi Prabowo-Gibran, Pasca-Budi Arie Didepak!
-
Sebut Ada Intervensi Sejak Dualisme Kepemimpinan P3, Syaifullah Tamliha : PPP Dibinasakan oleh Jokow
-
KPK Beberkan Peran Rudy Tanoesoedibjo di Dugaan Korupsi Bansos, Kuasa Hukum Justru Bersikap Begini!
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru