Suara.com - Komisi IX DPR RI menyayangkan pernyataan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut jumlah pasien Covid-19 meninggal di Indonesia masih kecil dibanding jumlah yang ada di Amerika Serikat.
Pernyataan itu kemudian menjadi sorotoan banyak pihak, termasuk anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay. Ia menilai Luhut terkesan tak memiiki empati dan simpati kepada warga yang anggota keluarganya meninggal karena Corona.
"Pernyataan itu seakan tidak menyisakan empati dan simpati kepada keluarga korban. Belum lagi, ada puluhan dokter dan tenaga medis yang juga meninggal. Kasihan keluarganya jika mendengar pernyataan seperti ini," kata Saleh kepada wartawan, Rabu (15/4/2020).
Saleh berujar, ada beberapa alasan mengapa pernyataan Luhut itu tidak layak disampaikan. Sebab, menurutnya, pemerintah seharusnya lebih berfokus untuk bekerja dengan cepat dan tepat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ketimbang memperbanyak narasi.
Apalagi narasi yang dibangun justru dapat menghilangkan simpati publik atau bahkan menyinggung dan melukai sebagian orang seperti pada kasus pernyataan Luhut.
“Pejabat negara harusnya hemat bicara. Karena jika ada yang tidak tepat, sulit untuk meluruskannya," ujar Saleh.
Bandingkan dengan Amerika
Sebelumnya, Luhut menyebutkan bahwa jumlah yang meninggal di Indonesia karena virus corona (Covid-19) lebih kecil dibandingkan dengan kasus serupa di Amerika.
Hal tersebut disampaikan Luhut ketika merespons pertanyaan soal penutupan operasional kereta rel listrik (KRL) Commuterline Jabodetabek dalam video conference di Jakarta, Selasa (14/42020) malam.
Baca Juga: Terus Bertambah, RS Darurat Corona di Wisma Atlet Kini Rawat 561 Pasien
Arus penumpang KRL sendiri masih membeludak meskipun diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta. Oleh sebab itu muncul gagasan agar operasional KRL dihentikan sementara,
“Pak Anies [Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan], [menyoal] kenapa banyak orang ke Jakarta. Soal tutup KRL kita lihat. Kalau tidak bisa travelling [naik KRL] ya jangan sampai juga. Jadi ada yg disetujui Menkes ada yang tidak,” ujar Luhut.
Menurut Luhut, tidak menutup kemungkinan pembatasan atau penyetopan operasional KRL dilakukan. Namun, sambungnya, sebelum melakukan langkah itu akan dilakukan survei terlebih dulu apakah sebaran virus corona ada peningkatan apa penurunan.
Dia menjelaskan jumlah data yang meninggal dan sembuh akan menentukan kebijakan pemerintah pekan depan. Dia sendiri menilai bahwa jumlah kasus kematian akibat Covid-19 terbilang kecil dibandingkan dengan Amerika.
“Maaf, jumlah yang meninggal enggak sampai 500, padahal penduduk 270 juta, dan yang terinfeksi 4.000 lebih. Di AS, yang meninggal 22.000. Okelah kita mungkin kurang testing kit-nya. Sekarang pengkajian ini banyak uncertainty di tiap negara pun enggak ngerti. Kita harus cermat dan tidak grusa grusu,” jelasnya.
Luhut membantah bahwa pemerintah lambat dalam mengantisipasi virus corona, misalkan dengan melakukan karantina wilayah.
“Kami ingin pastikan bahwa rakyat kecil menerima social safety netting jalan, kartu prakerja, BLT [bantuan langsung tunai], minggu ini jalan dan minggu depan semua jalan. Tinggal tentukan langkah ke depan.”
Sementara itu, di Amerika per 14 April 2020 ada penambahan kasus baru 232 orang sehingga total terdapat 587.173 kasus positif. Adapun jumlah yang meninggal dunia mencapai 23.644 orang, sedangkan yang sembuh 36.948 orang. Total tes yang dilakukan mencapai 2.943.955 orang.
Adapun Indonesia per 14 April 2020 terdapat 282 kasus positif baru sehingga total mencapai 4.839 orang. Kasus kematian hari ini melonjak 60 orang menjadi 459 orang. Adapun pasien yang sembuh mencapai 426 orang. Total tes dilakukan sebanyak 27.953 orang.
Rasio kematian Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika. Rasio kematian di Indonesia mencapai 9,48 persen, sedangkan Amerika 8,03 persen. Begitu juga rasio pasien sembuh di Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, yakni 12,55 persen berbanding 8,8 persen.
Tag
Berita Terkait
-
Banyak Negara Rebutan Alkes, Jokowi Minta APD Dalam Negeri Tak Diekspor
-
Isi Bansos Corona dari Anies 2 Kaleng Sarden Kecil dan 2 Bungkus Biskuit
-
Terus Bertambah, RS Darurat Corona di Wisma Atlet Kini Rawat 561 Pasien
-
Pilih Keluyuran dan Remehkan Virus Corona, Wawancara Warga Ini Dikecam
-
Dibubarkan Polisi saat Wabah Corona, Dada Edo Ditendang dan Pelipis Dijotos
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
Terkini
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama