Suara.com - Sekitar 900,000 wanita pekerja kesehatan masyarakat, yang disebut Ashas, berada di garda terdepan dalam upaya pemerintah India memerangi virus corona COVID-19. Berada di garda terdepan, tak ayal membuat hidup mereka terancam dengan risiko tinggi akan terpapar virus tersebut.
Apa yang dilakukan para perempuan India itu memang sangat mulia. Sayangnya, hal itu tidak disertai perhatian apalagi penghargaan dari pemerintah negeri itu.
Bukan hanya sekedar risiko tinggi pulang membawa virus corona ke keluarga, ratusan ribu perempuan itu juga rentan akan serangan-serangan stigma negatif di sosial masyarakat. Dan tidak sedikit dari mereka, seperti di Indonesia, dilarang memasuki kampung mereka sendiri.
Dilansir BBC, Jumat (17/4/2020), pemerintah India hanya membayar mereka 30 rupee per hari atau sekitar Rp6100 atau kurang dari $1 (Rp15,487)untuk melakukan pekerjaan berbahaya dan berisiko tinggi tersebut.
"Di mata pemerintah, harga nyawa kami hanya 30 rupee (kurang dari $1)," kata Alka Nalawade, seorang pekerja kesehatan masyarakat (Ashas) di negara bagian Maharashtra.
"Pemerintah membayar kami 1000 rupee per bulan untuk berada di garis depan menghadapi virus corona. Itu artinya kami menerima hanya 30 rupee per hari," sambungnya.
"Bagaimana kami menghidupi keluarga dengan 30 rupee? Bagaimana jika saya terinfeksi virus (corona)? Siapa yang akan menjaga kami? Akankah saya bisa mendapatkan perawatan dengan bayaran 30 rupee?"
Nalawade adalah seorang single mother atau ibu tunggal yang tinggal di desa Pawarwadi. Ia telah menjalani profesinya sebagai Ashas selama 10 tahun.
Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, profesi Nalawade mengharuskannya berada di barisan terdepan untuk menyambangi masyarakat secara door to door. Tugasnya adalah mengawasi masyarakat yang terdeteksi memiliki gejala-gejala virus tersebut, sekaligus mendidik mereka akan pentingnya isolasi mandiri.
Baca Juga: Bikin Geram, Ivanka Trump Asyik Liburan Keluarga saat Pandemi Corona
Dalam melakukan pekerjaannya tersebut, pemerintah tidak membekali mereka dengan peralatan dan perlengkapan sebagaimana yang ditetapkan WHO. Bahkan tidak dilengkapi masker atau cairan sanitiser sekalipun.
Pemerintah India beralasan jika saat ini pihaknya kekurangan perlengkapan. Bahkan dokter dan perawat di rumah sakit pun tidak terlindungi dengan APD yang semestinya.
Dengan kondisi tersebut, para pekerja kesehatan, termasuk Nalawade, hanya mengenakan masker dari bahan katun yang dicucinya setiap hari.
Menanggapi situasi tersebut, pejabat negara bagian Maharashtra, Rajendra Yadravkar, mengatakan telah melaporkan hal itu ke pemerintah pusat. Namun untuk kelanjutan dari laporan itu, Rajendra enggan berkomentar.
"Setiap kali ada kekurangan peralatan dan perlengkapan kesehatan, kami langsung memerintahkan pemerintah lokal untuk menanggulanginya," kata Rajendra Yadravkar, pejabat Kementerian Kesehatan Negara Baigian Maharashtra.
"Ashas mempertaruhkan nyawa mereka dengan bayaran yang sangat kecil. Mereka harus dilindungi. Adalah kewajiban pemerintah (pusat) untuk mendukung dan melindungi mereka," sambungnya.
Berita Terkait
-
Vladimir Putin Keciduk Naik Toyota Fortuner di India, Aman Tidak Ya?
-
Sinopsis Dhurandhar, Film India Dibintangi Ranveer Singh dan Sanjay Dutt
-
Sinopsis Tere Ishk Mein, Film India yang Dibintangi Dhanush dan Kriti Sanon
-
Dejan/Bernadine Melejit di India, Sang Juara Ungkap Banyak PR Meski Berprestasi
-
5 Film dan Series Bollywood Tayang Desember 2025, Ada Film Terakhir Dharmendra
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Plus Minus Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa Restu DPR, Solusi Anti Utang Budi atau Sama Saja?
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?
-
MyFundAction Gelar Dapur Umum di Tapsel, Prabowo Janji Rehabilitasi Total Dampak Banjir Sumut
-
Ikuti Arahan Kiai Sepuh, PBNU Disebut Bakal Islah Demi Akhiri Konflik Internal
-
Serangan Kilat di Kalibata: Matel Diseret dan Dikeroyok, Pelaku Menghilang dalam Sekejap!