Suara.com - Wabah virus Corona sangat berdampak dalam berbagai aspek kehidupan tak terkecuali musik. Di Wuhan, China, komunitas pecinta musik punk jadi korban di tengah lockdown Covid-19.
Sebelum mewabahnya Covid-19, Wuhan merupakan kota di China selain Beijing yang terkenal dengan geliat musik, khususnya punk.
Namun kekinian, raungan distorsi musik yang kerap menggema di berbagai klub malam maupun lokasi-lokasi gig--acara musik berskala kecil-- otomatis tersumbat.
Sebagai kota pertama yang mendeteksi munculnya wabah virus Corona, Wuhan hingga kini masih takut untuk membuka diri.
Kendati kebijakan 11 minggu lockdown telah berakhir pada April lalu, pemerintah China masih menerapkan berbagai pembatasan sosial demi mengghindari gelombang kedua infeksi Covid-19.
Kondisi itu amat berdampak pada kelompok atau komunitas punk Wuhan. Mereka tak diizinkan menggelar pertunjukan musik. Masa depan kian buram.
"Dampak akhirnya pada kita masih belum diketahui," kata Zhu Ning, anggota pendiri band punk Wuhan dan pemilik VOX indie live house dikutip Channel News Asia, Selasa (2/6/2020).
"Yang paling penting saat ini adalah menjaga (dunia musik) tetap hidup."
Tak ada pertunjukan musik mengakibatkan berbagai lokasi hiburan dan gig-gig di Wuhan sepi pengunjung. Mereka tak mampu mengais pendapatan.
Baca Juga: Haruskah Tetap Pakai Masker di Rumah saat Pandemi Corona? Studi Menjawab
"Kalau tak ada yang tampil berarti tak ada pengunjung, itu berarti tidak ada pemasukan," kata Zhu.
"Kami semua sudah siap (menggelar acara) dan tiba-tiba harus menghentikannya. Apa yang salah dengan dunia?" tambahnya.
Demi menyambung hidup dan menjaga muruah musik punk tetap menggeliat, Shu lewat Vox indie live house berencana untuk memindahkan pertunjukan langsung ke ranah streaming online.
Semasa muda, Zhu adalah mantan drummer perintis band punk Wuhan, SMZB yang muncul pada akhir 1990an. Mereka membuat Wuhan punya reputasi sebagai kawasan Punk di samping Beijing.
Vokalis dan gitaris SMZB, Wu Wei bahkan diakui sebagai ayah baptis punk di China. Dia kerap menulis lirik provokatif yang menyerang kebijakan pemerintah.
Salah satu musisi punk muda di Wuhan, Ingmar Liu mengaku pandemi Covid-19 amat berdampak untuk dirinya. Energi punk sulit tersampaikan di tengah kebijakan pembatasan sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
DPRD DKI Dukung Pramono Tambah Rute LRT hingga PIK2: Perkuat Konektivitas di Utara Jakarta
-
Pemangkasan TKD Diprotes Gubernur, Sultan Sebut Itu Bentuk Kepedulian dan Tanggung Jawab Politik
-
Atraksi Binturong 'Berkaki Lima' Jadi Primadona di Malam Perdana Ragunan Zoo
-
Antusiasme Pengunjung Ragunan Malam di Luar Dugaan, Kadis Pertamanan: Saya Kaget!
-
Uji Coba Wisata Malam Ragunan: Nostalgia Masa Kecil di Bawah Bintang!
-
93 KK di Kampung Nelayan Indramayu Mendapatkan Layanan Sambung Listrik Gratis dari PLN
-
Modal Rp 20 Ribu, Pria Ini Bikin Geger Pasar Malam Usai Sabet Dua Sepeda Listrik Sekaligus
-
Mengenang Kejayaan Grand Mall Bekasi, Dulu Primadona Kini Sepi Bak Rumah Hantu
-
4 Fakta Tutupnya Grand Mall Bekasi, Kalah Saing hingga Tinggalkan Kenangan Manis
-
Agustina Wilujeng: Kader Posyandu Adalah Garda Terdepan Kesehatan Warga Semarang