Keluarga besar Garg menempati rumah berlantai tiga di permukiman padat di Delhi barat laut.
Garg, 33, istrinya, 30, dan kedua anaknya, masing-masing berusia enam dan dua tahun, tinggal di lantai atas, bersama dengan kedua orang tuanya dan nenek serta kakeknya.
Kisah seorang pasien Covid-19 yang berjuang untuk bisa bernapas Ayah 13 anak positif terkena Covid-19, seperti apa kehidupan dalam karantina mereka? Kaum miskin India ‘takut kelaparan akan membunuh kami lebih dulu sebelum virus corona’ Memprotes minimnya alat pelindung diri untuk lawan Covid-19, dokter dimasukkan ke rumah sakit jiwa
Dua lantai di bawah ditempati oleh paman-pamannya dari pihak ayahnya dan keluarga mereka.
Umur mereka bervariasi mulai dari bayi berusia empat bulan hingga seorang kakek berusia 90 tahun yang terbaring di tempat tidur.
Namun tidak seperti kebanyakan keluarga besar di satu rumah yang berbagi ruang tidur dan kamar mandi, keluarga Garg mempunyai tempat tinggal yang luas.
Setiap lantai mempunyai luas sekitar 250 meter persegi, atau kira-kira dua kali luas lapangan tenis dan dilengkapi dengan tiga kamar tidur masing-masing lengkap dengan kamar mandi dan satu dapur.
Kendati demikian, virus corona menyebar dengan sangat cepat, dari satu lantai ke lantai lainnya dan menginfeksi hampir semua orang dewasa di rumah itu.
Mereka mengidentifikasi paman Garg sebagai pasien 0, tetapi keluarga besar itu masih tidak yakin bagaimana ia terinfeksi.
Baca Juga: Guru di India Ini Gunakan Gantungan Baju sebagai Tripod, Warganet Terkesan
"Kami pikir mungkin dari seorang pedagang sayuran atau seseorang di toko makanan karena dari situlah seseorang dari keluarga ini menginjakkan kaki di luar," jelas Garg.
Ketika virus menyebar, ketakutan dan rasa malu membuat mereka enggan mengikuti tes.
"Kami berjumlah 17 orang, tetapi kami merasa begitu kesepian. Kami khawatir jika sesuatu terjadi pada kami apakah orang akan datang ke pemakaman karena stigma terkait dengan virus corona?"
Tetapi pada minggu pertama bulan Mei ketika tantenya yang berusia 54 tahun mengalami sesak napas, keluarga itu melarikannya ke rumah sakit. Dan Garg paham semua anggota keluarga harus menjalani tes.
'Bulan penyakit'
Bulan Mei tersedot untuk memerangi virus.
Berita Terkait
-
Ekonomi Negara Lain Mulai Pulih saat Relaksasi Lockdown, Indonesia?
-
Juru Masak Ini Beri Bantuan 2 Juta Paket Makanan, Diklaim Terbesar di Dunia
-
Resmi! Surabaya Raya Masuk Masa Transisi New Normal Wabah Corona
-
Jawa Timur Terbanyak 279 Orang, Ini Rincian Kasus Baru Corona 34 Provinsi
-
Bak Anak Sendiri, Video Suapi Monyet Ini Bikin Publik Senyam-Senyum
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO