Suara.com - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta kepada aparat penegak hukum tidak terlalu sensi menghadapi adanya sebuah diskusi, guyonan atau bahkan hoaks ringan yang cenderung menyerang Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Mahfud berharap ada perlakuan restorative justice yang bisa dipraktikan oleh aparat keamanan hingga tidak perlu asal seret ke jalur hukum.
Pembicaraan Mahfud itu diawali oleh banyaknya konten-konten informasi yang mengandung hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian ketika penyelenggaraan Pilkada tengah bergulir. Tidak sedikit penangkapan sejumlah pihak pun ikut meramaikan panggung pilkada hanya karena perkataannya di sosial media meskipun ada yang hanya sebatas menyampaikan kritik bahkan guyonan.
Mahfud mengklaim sempat membicarakan hal tersebut dengan Presiden Jokowi. Ada pesan Jokowi yang kemudian dikutipnya.
"Pesan pak Presiden itu aparat itu jangan terlalu sensi, jangan terlalu sensitif. Ada apa-apa ditangkap, ada apa-apa diadili," kata Mahfud dalam pidatonya di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat yang disiarkan secara virtual, Selasa (23/6/2020).
"Orang mau webinar dilarang, ndak usah, biarin saja kata presiden, wong, kita seminar tidak seminar tetap difitnah terus kok, mau seminar, mau ndak, diawasi saja kalau melanggar hukum yang luar biasa," tambahnya.
Kalau tindakan seseorang sudah termasuk ke dalam kriminal maka menurutnya baru bisa ditindak. Akan tetapi kalau hanya sebatas menyampaikan hoaks-hoaks ringan tidak justru harus ada perlakuan lain.
Ia memperkenalkan sebuah konsep restorative justice yang berarti suatu pendekatan yang lebih memprioritaskan kepada situasi terciptanya keadilan dan keseimbangan pelaku tindak pidana serta korban.
"Restorative justice itu adalah tindakan untuk melanggar hukum guna menegakan hukum. Tindakan melanggar hak asasi manusia untuk menegakkan hak asasi manusia," tuturnya.
Baca Juga: Disebut Warganet Hoaks Positif, Beredar Isu Razia Tak Pakai Masker
"Nah itu yang disebut restorative justice. Sehingga saya bicara dalam konteks, hoaks, seminar, orang kampanye yang mungkin bicara kurang tepat ya diluruskan tetapi pakai pendekatan yang lebih manusiawi tidak pakai terlalu sensi gitu."
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
-
SDA Jamin Jakarta Tak Berpotensi Banjir Rob pada Bulan Ini, Apa Alasannya?
-
Beri Kontribusi Besar, DPRD DKI Usul Tempat Pengolahan Sampah Mandiri di Kawasan Ini