Suara.com - Hubungan kedekatan Prabowo Subianto dan presiden Jokowi belakangan ramai menjadi perbincangan publik. Dulu merupakan pentolan oposisi, kini Prabowo jadi menteri paling loyal ke Jokowi.
Dalam satu kesempatan, Prabowo yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu menyempatkan waktu untuk pidato mengatakan kalau dia bersaksi jika Jokowi memang benar bekerja buat rakyat.
Sikap tersebut bertolak belakang dengan apa yang terjadi saat Pilpres 2019 yang kemudian mengundang keheranan banyak pihak. Sebab sebelumnya, banyak orang menganggap dia akan jadi ‘musuh’ utama Jokowi di dalam kabinet Indonesia Maju.
Pakar intelijen Indonesia, Stanislaus Riyanta mengatakan bahwa sikap Prabowo tersebut menunjukkan perbedaan sipil dengan militer ketika mengemban jabatan. Bahwa apapun yang terjadi, dia akan sangat loyal kepada pemimpinnya.
"Saya yang paling kaget dengan sikap Prabowo, justru saya melihat kini dia menjadi salah satu menteri yang sangat taat dan paling loyal kepada Pak Jokowi,” ujar Stanislaus Riyanta disitat dari Hops.id -- jaringan Suara.com, Jumat (26/6/2020).
Stanislaus menjelaskan lebih lanjut, meskipun demikian tekanan dari oposisi terus ada. Jika melihat kondisi yang ada, Jokowi hingga kini seakan terus mendapat tekanan politik.
Menariknya, tekanan itu dikatakan bukan hanya datang dari oposisi saja, melainkan juga pihak-pihak yang pernah satu barisan dengannya di 2019 lalu.
Berkaitan tentang masih banyaknya pendukung Prabowo yang tak suka dengan Jokowi, meski idolanya sudah mendapat kursi menteri pertahanan, Stanis punya jawaban sendiri.
Kata dia, sebenarnya akar rumput pemilih Prabowo bukan tak mendukungnya, melainkan memang mereka sudah tak suka dengan sosok Jokowi. Seharusnya ketika Prabowo telah bergabung dengan Jokowi, para pendukung bersatu padu.
Baca Juga: Risma Curhat Takut Dicurigai Jokowi Tak Kerja, Tutup Data Corona Surabaya
"Mereka tidak menunjukkan kekecewaan pada Prabowo, tidak. Tapi memang mereka tidak suka dengan Jokowi," ujar Stanis.
Penunjukkan Prabowo sendiri ditempuh salah satunya mencegah polarisasi di tengah masyarakat. Maka itu, Jokowi coba melebur kembali dengan mengajak masuk Prabowo ke dalam kabinetnya.
"Tapi ternyata tidak. Saya lihat memang ada kelompok-kelompok tertentu, saya tidak akan bilang siapa. Tetapi kelompok itu memang merasa terganggu dengan kebijakan-kebijakan Jokowi," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta