Suara.com - Presiden AS Donald Trump disebut narsis karena dibesarkan di keluarga yang aneh. Hal ini disampaikan oleh keponakannya, Mary Trump dalam sebuah buku berjudul 'Too Much and Never Enough: How My Family Created the World's Most Dangerous Man'.
Menyadur Channel News Asia pada Kamis (09/07/2020) Mary menuliskan Donald Trump kemungkinan menderita narsistik karena didikan kakeknya, Fred Trump yang dinilai patriarkis.
Sang kakek memilih Donald Trump sebagai ahli waris bisnis properti karena sifatnya yang sombong dan intimidatif. Fred berpikir, sifat-sifat itu akan berguna dalam mengembangkan bisnis.
"Dia memotong kemampuan Donald untuk mengembangkan dan mengalami seluruh spektrum emosi manusia," tulis Mary Trump.
"Donald membutuhkan perpecahan. Itu satu-satunya cara agar dia tahu bagaimana bertahan hidup. Kakek saya memastikan hal itu beberapa dekade yang lalu ketika dia mengubah anak-anaknya terhadap satu sama lain."
Mary Trump juga menulis keluarga ayahnya tak berfungsi dengan baik dan itu adalah hal yang sangat buruk.
Mary Trump adalah putri dari kakak kandung Presiden Trump, Fred Trump Jr, yang meninggal pada 1981. Mary akan meluncur buku ini pada 28 Juli namun sepertinya jalan itu tak mudah.
Paman Mary lainnya, Robert Trump berusaha menghalangi peluncuran buku ini melalui pengadilan.
Hingga kini proses hukumnya sedang berlangsung dan pengacara Mary akan mengajukan banding terhadapan putusan hakim yang memerintah pemblokiran atas buku tersebut.
Baca Juga: Buku yang Mengungkap Kelicikan dan Kejahatan Donald Trump Dilarang Terbit
Mary Trump memiliki hubungan yang buruk dengan Robert yang bentrok dengan ayahnya sebelum meninggal tahun 1981 setelah pertempuran dengan alkohol. Ia juga terlibat konflik hukum atas tanah milik ayahnya dengan saudara lelakinya.
Dalam bukunya, Mary mengaku membantu wartawan New York Times dalam penyelidikan tahun 2018 yang menguraikan bagaimana Trump dan saudara-saudaranya menghindari pajak jutaan dolar.
Spekulasi tentang kondisi mental Trump adalah hal yang umum di antara para pencela politiknya.
Mary Trump membawa perspektif yang berbeda karena ia memiliki gelar PhD dalam bidang psikologi dan puluhan tahun pengalaman langsung dengan Trump dan keluarganya yang lebih luas.
"Saya tidak punya masalah menyebut Donald seorang narsistik," tulisnya, seraya menambahkan presiden mungkin menderita patologi lain yang mencegahnya berempati dengan orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
Prabowo Kumpulkan Kabinet: Bahas DHE dan Stabilitas Keuangan, Kebijakan Baru Segera Diumumkan?
-
Indonesia Siap Kirim 20 Ribu Pasukan ke Gaza, Prabowo Minta TNI Bersiap
-
Dapat Undangan Khusus, Prabowo Bertolak ke Mesir Hari Ini Hadiri KTT Perdamaian Gaza
-
Jadwal Ganjil Genap: 26 Ruas Jalan di DKI Jakarta, 14 Titik, Sesi Pagi dan Sore Hari Ini
-
Prabowo Apresiasi Permainan Timnas meski Gagal Lolos ke Piala Dunia 2026
-
DPR Bikin Aplikasi Pantau Reses Anggota, Dasco: Semua Wajib Pakai
-
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ke-5 Dunia, Warga Diimbau Wajib Masker
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang