Suara.com - Palang Merah Internasional telah mengirim sekitar 43.000 relawan ke Korea Utara untuk membantu memerangi wabah virus corona dan memberikan bantuan bencana banjir.
Menyadur Channel News Asia, Senin (10/8/2020), para relawan juga ditempatkan di kota Kaesong yang saat ini tengah lockdown.
Pemimpin Korut Kim Jong Un pada Juni lalu mengumumkan keadaan darurat dan diberlakukannya penguncian di Kaesong, di dekat perbatasan antar-Korea, setelah seorang pria yang membelot ke Korea Selatan pada 2017, kembali ke kota itu dan menunjukkan gejala virus corona.
Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) telah membangun jaringan luas relawan untuk Korut guna membantu penduduk di sembilan provinsi menghindari virus, serta mengurangi kerusakan akibat banjir dan tanah longsor.
Dalam beberapa hari terakhir, Korut dilanda hujan deras dan banjir yang dikhawatirkan dapat merusak tanaman sehingga mempengaruhi ketersediaan makanan di negara yang terisolasi itu.
"Ratusan rumah rusak serta sebagian besar sawah terendam akibat hujan hebat dan banjir bandang," ujar Antony Balmain, juru bicara IFRC.
Relawan IFRC di Kaesong, kota yang tengah bergulat dengan penguncian dan banjir, memberikan bantuan kepada 2.100 keluarga yang paling terdampak.
Adapun bantuan berupa barang-barang seperti peralatan dapur, selimut, terpal, perlengkapan kebersihan dan wadah air.
"Keluarga didukung dengan pertolongan pertama psikologis dan kegiatan penyadaran untuk menjaga kebersihan dan tetap sehat," imbuh Balmain.
Baca Juga: Gegara Banjir, Pengantin Pria Ini Hadiri Pernikahan Naik Traktor
Kim Jong Un disebutkan telah mengirim bantuan khusus ke Kaesong. Media pemerintah melaporkan pada Senin (10/8), pasokan biji-bijian dari Pyongyang telah tiba di daaerah lain yang dilanda banjir.
Meski langsung memberlakukan tindakan ketat, namun Korut belum mengonfirmasi atau merilis informasi detil tentang jumlah kasus infeksi virus corona.
IRFC pada Juni lalu telah memberi Korut 10 ribu kit tes virus corona, bersama dnegan termometer inframerah, masker bedah, setelah APD, dan alat pelindung lain.
Sementara di Korsel, setidaknya 32 orang tewas setelah dilanda hujan monsun selama 49 hari, menjadikannya hujan ini terlama di negara itu sejak 1987, yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- 22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Oktober: Klaim Pemain 112-113 dan Jutaan Koin
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Video Diduga Ustaz Tendang Makanan untuk Santri Viral di Media Sosial
-
Ancam Boikot Pertemuan Polda, Keluarga Arya Daru Pilih Ngadu ke Bareskrim Minta Gelar Perkara Khusus
-
Prabowo: Indonesia Selalu Dilibatkan dalam Upaya Perdamaian di Palestina
-
Serangan Udara Picu Eskalasi Konflik Afghanistan-Pakistan: Puluhan Tewas, Rusia Merespon!
-
BGN Kembalikan Anggaran MBG yang Tak Terserap Rp70 T ke Presiden, Tapi Tahun Depan Dapat Rp335 T
-
Bom Waktu Kereta Cepat Whoosh, Jokowi Ditagih Tanggung Jawab Utang Rp118 T dan Rugi Triliunan
-
Profil Eric Trump, Sosok di Balik Bisik-bisik Prabowo-Donald Trump
-
DJKI Kemenkum Permudah Pendaftaran Merek Kolektif untuk Koperasi Merah Putih
-
Profil Dhenida Chairunnisa, Ketua Komisi III DPRD Gorut Viral Diduga Mengejek Orator Demo
-
Korban Tidak Hamil, Ini Update Terbaru Kasus Kematian Terapis RTA di Pejaten Barat