Suara.com - Greenpeace mendesak pemerintah Mauritius untuk melakukan penyelidikan segera setelah belasan lumba-lumba mati terdampar di pantai, sebulan setelah insiden minyak tumpah akibat kapal kandas.
"Ini adalah hari yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan bagi rakyat Mauritius," ujar Happy Khambule, manajer kampanye iklim dan energi senior Greenpeace Afrika disadur dari Al Jazeera, Jumat (28/8/2020).
"Greenpeace mengimbau pihak berwenang untuk melakukan otopsi secepatnya, transparan dan publik terhadap bangkai yang dikumpulkan." sambungnya.
Kapal MV Wakashio milik Jepang menghantam terumbu karang di lepas pantai pulau Samudra Hindia pada 25 Juli dan mulai menumpahkan minyak pada 6 Agustus, membuat pemerintah Mauritius mengumumkan keadaan darurat lingkungan.
Tumpahan minyak tersebut menyebar ke wilayah terumbu karang yang terancam punah, memengaruhi ikan dan kehidupan laut lainnya. Beberapa ilmuwan menyebutkan insiden tersebut sebagai bencana ekologi terburuk di negara itu.
Dampak tumpahan masih terasa, kata para ilmuwan, dan kerusakan dapat memengaruhi Mauritius dan ekonominya yang bergantung pada pariwisata selama beberapa dekade.
Menurut laporan Associated Press pada Rabu mengutip kelompok lingkungan dan ahli mengatakan setidaknya 14 lumba-lumba mati terdampar di pantai Mauritius.
Lumba-lumba lainnya terdampar di darat dan tampak sakit parah, menurut konsultan lingkungan Sunil Dowarkasing.
"Ini hari yang mengerikan. Kami melihat lumba-lumba ini berenang ke pantai dalam kesusahan dan kemudian mati," kata Dowarkasing, mantan anggota parlemen. "Kami belum pernah melihat kematian mamalia laut yang sangat cerdas seperti ini. Tidak pernah."
Baca Juga: Studi Terbaru: Ozon Efektif Netralkan Covid-19
Jasvin Sok Appadu, pejabat pemerintah dari kementerian perikanan, menyebutkan 17 lumba-lumba mati akibat terdampar.
"Lumba-lumba yang mati itu memiliki beberapa luka dan darah di sekitar rahang mereka, namun tidak ada jejak minyak. Yang selamat, sekitar 10, tampak sangat lelah dan hampir tidak bisa berenang," kata Appadu kepada kantor berita Reuters.
Seorang juru bicara kelompok lingkungan Mauritian lokal Eco-Sud menyerukan agar hasil otopsi diumumkan ke publik. Mereka juga ikut ikut terlibat selama otopsi untuk lebih memahami mengapa lumba-lumba mati, tetapi masih menunggu tanggapan dari pihak berwenang.
Kantor berita AFP melaporkan setidaknya sembilan paus berkepala melon juga terdampar di pantai negara itu. Beberapa ditemukan hidup namun kemudian mati di pantai tenggara Grand Sable.
Pejabat pemerintah daerah Preetam Daumoo mengatakan kepada AFP bahwa dia telah melihat 13 paus mati dan satu masih hidup. Pihak berwenang melakukan otopsi untuk beberapa bangkai ikan tersebut.
Daumoo, salah satu warga, mengatakan dia khawatir hewan yang terdampar itu akibat kapal yang kandas dan menumpahkan lebih dari 1.000 ton bahan bakar ke perairan. Namun, para ahli mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apa yang menyebabkan kematian hewan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...