Suara.com - Pemerintah Sri Lanka mengambil langkah tegas untuk segera melarang penyembelihan sapi, sebuah langkah yang menandai semakin kuatnya pengaruh nilai Buddha di partai yang berkuasa.
Menyadur Channel News Asia, Rabu (30/9/2020), pemerintah mengatakan akan mendorong larangan setelah menyelesaikan skema perawatan ternak yang terlampau tua untuk membajak lahan.
"Segera setelah skema seperti itu diterapkan, pemotongan sapi akan dilarang di negara ini," ujar Menteri Media dan Informsi dan juru bicara pemerintah Keheliya Rambukwella, Selasa (29/9).
Sementara penyembelihan dilarang, otoritas berwenang menyebut impor daging sapi diizinkan untuk terus berlanjut.
Data pemerintah menunjukkan Sri Lanka mengimpor sekitar 116 ton daging sapi sepanjang 2019 lalu.
Dengan umat Buddha dan Hindu yang tidak mengonsumsi sapi, Sri Lanka mengalami penurunan konsumsi daging dalam beberapa tahun terakhir.
Industri ini hanya memproduksi 29.870 ton daging sapi tahun lalu, dibandingkan dengan 38.700 pada dekade sebelumnya.
Merespon larangan ini, partai politik Muslim utama Sri Lanka meminta pemerintah untuk memberikan dukungan finansial bagi orang-orang yang bekerja di sektor tersebut.
"Jika larangan itu karena pertimbangan agama untuk menenangkan masyarakat, kami tidak keberatan," kata pemimpin Kongres Muslim Sri Lanka, Rauff Hakeem.
Baca Juga: Disangka Makan Kanebo, Aksi Pria Mukbang Ini Endingnya Bikin Syok!
Hakeem menilai, larangan ini seharusnya tidak menjadi taktik untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi yang lebih mendesak dan masalah politik yang dihadapi negara.
Di negara tetangga, India, pembatasan penyembelihan sapi yang diberlakukan oleh pemerintah Hindu-nasionalis menyebabkan peningkatan jumlah sapi tua yang berkeliaran di jalan dan menimbulkan gangguan lalu lintas.
Banyak umat Hindu percaya bahwa sapi merupakan hewan suci, sementara beberapa umat Buddha tidak makan daging karena belas kasih terhadap binatang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Prabowo Blusukan ke Monas, Cek Persiapan HUT ke-80 TNI
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial