Suara.com - Produsen sarung tangan lateks terbesar di dunia, Top Glove menutup secara bertahap puluhan pabriknya karena lebih dari 2400 pekerjanya tertular virus corona.
Menyadur CBS News Rabu (25/11), hal ini akan mengganggu pasokan selama pandemi dan membuat pabrik menunda pengiriman sarung tangannya selama dua hingga empat minggu.
Top Glove yang berbasis di Malaysia mengatakan telah menghentikan sementara produksinya di 16 pabrik di Klang, sebuah kota di luar Kuala Lumpur.
Proses produksi dihentikan sejak 17 November untuk menyaring pekerja. Hal ini membuat Top Glove kewalahan karena hanya menyisakan 12 pabrik untuk tetap beroperasi sehingga kapasitas jauh berkurang.
Kementerian kesehatan melaporkan 1.511 kasus lagi di daerah itu pada hari Selasa, tetapi tidak mengatakan berapa banyak yang merupakan pekerja pabrik.
Cluster tersebut berkontribusi pada rekor tertinggi harian sebesar 2.188 kasus di seluruh negeri, menjadikan total kasus Malaysia menjadi 58.847. Cluster di wilayah Klang saat ini paling aktif dengan 4.036 kasus.
Top Glove mengatakan selama ini mampu memproduksi sekitar 90 miliar sarung tangan karet dalam setahun atau sekitar seperempat dari pasokan dunia.
Pabrik ini mengekspor ke 195 negara dan keuntungan merek melonjak di tengah meningkatnya permintaan untuk produknya karena pandemi.
"Kami memperkirakan penundaan dalam beberapa pengiriman sekitar dua hingga empat minggu, serta waktu tunggu yang lebih lama untuk pesanan, dan memperkirakan kemungkinan dampak 3% pada proyeksi penjualan tahunan untuk tahun keuangan 2021," kata Top Glove dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19, Pemilih Wajib Kenakan Sarung Tangan
"Untuk meminimalkan dampak pada pelanggan kami, kami mengalokasikan pesanan penjualan ke pabrik yang tidak terpengaruh dan menjadwalkan ulang pengiriman jika memungkinkan," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Top Glove memiliki sekitar 13.000 pekerja di 28 pabriknya di Klang. Namun secara keseluruhan, Top Glove mempekerjakan 21.000 pekerja di 41 pabriknya di Malaysia dan enam lainnya di Thailand, Vietnam dan Cina.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Usut Kasus CSR, KPK Panggil Politikus Nasdem Rajiv
-
Johnson Panjaitan Wafat: Advokat HAM Pemberani, Mobil Ditembak, Kantor Digeruduk Nyali Tak Ciut
-
Pemerhati Dorong Penegakan Hukum Humanis Bagi Korban Narkoba: Harus Direhabilitasi, Bukan Dipenjara
-
Geger WNA Israel Punya KTP Cianjur, Bupati Tegaskan 100 Persen Palsu: NIK Tak Terbaca Sistem
-
Dua Tersangka Kasus Suap Bupati Kolaka Timur Dipindahkan ke Kendari, Sidang Siap Dimulai!
-
WNA Israel Punya KTP Cianjur Viral di Medsos, Kok Bisa Lolos? Ini Faktanya
-
Baru Bebas, Dua Residivis Curanmor Nyamar Jadi Driver Ojol dan Beraksi Lagi
-
Geger Ijazah Jokowi, Petinggi Relawan Andi Azwan: Yang Nuding Palsu Itu Teroris!
-
Pemprov DKI Tertibkan Pasar Barito, Pramono: Kami Sangat Humanis, Manusiawi Sekali
-
Ricuh! Penggusuran Pasar Barito Berujung Blokade Jalan: Pedagang Melawan!