“Warga Sudan Selatan, kami benar-benar menderita dan membutuhkan pemerintah untuk menyelamatkan kami. Kami masih berharap pemerintah bisa menyelamatkan kami dari situasi mengerikan ini, ”kata Madit.
Abuk Guot, 37, ibu lima anak, juga dari Awiel North, mengatakan situasinya semakin parah.
“Kami benar-benar menderita. Tidak ada makanan. Kami hanya bertahan hidup dengan buah-buahan liar dan daun. Jika Anda tidak pergi ke hutan untuk mencari daun pohon maka anak-anak tidak akan makan. ”
Dia bersumpah untuk menjaga anak-anaknya tetap hidup dan tidak membiarkan mereka mati kelaparan.
Deng Mabior, 30, dari Panyagor di negara bagian Jonglei, mengatakan sulit bagi warga untuk mendapatkan makanan karena semua infrastruktur hancur akibat banjir tahun lalu.
“Hidup ini sangat sulit tetapi hal baiknya adalah orang-orang, terutama pria muda, bisa memancing. Itulah satu-satunya cara untuk mempertahankan kehidupan di sini.
"Hanya sulit bagi orang tua yang tidak bisa bergerak - yang menderita sekarang, ”kata dia.
“Kalau punya jala atau kail, coba peruntungan. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang bisa bagikan dengan keluarga. "
Menurut dia bantuan dari badan-badan PBB hanya sedikit dan tidak cukup untuk seluruh populasi.
Baca Juga: WHO: Afrika Butuhkan Minimal 20 Juta Vaksin Covid-19 Dalam Enam Minggu Mendatang
Menteri Urusan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana Peter Mayen Majongdit mengakui penderitaan yang dirasakan rakyatnya tersebut.
Dia mengatakan pemerintah berupaya menyediakan makanan bagi mereka yang terkena dampak.
“Kami sedang mempersiapkan makanan dan akan mendistribusikan kepada semua orang yang terkena dampak kelaparan di seluruh negeri,” kata dia.
Dia mengakui kelaparan yang membayangi di banyak daerah disebabkan oleh beberapa faktor termasuk banjir, hama, dan efek COVID-19.
Presiden Salva Kiir Mayardit mengunjungi penduduk yang terkena dampak banjir di Jonglei pada awal April lalu.
Dia mengatakan kepada mereka bahwa perdamaian telah tercapai dan sekarang prioritas pemerintah adalah memerangi kelaparan sehingga tidak ada lagi orang Sudan Selatan yang kekurangan makan.
Berita Terkait
-
WHO: Afrika Butuhkan Minimal 20 Juta Vaksin Covid-19 Dalam Enam Minggu Mendatang
-
Presiden Sementara Mali Ditahan Militer, PBB hingga AS Langsung Mengecam
-
Risiko Kematian Pasien Covid-19 Kritis di Afrika Sangat Tinggi
-
Ramah Lingkungan, Anak Muda Afrika Selatan Buat Rumah Bebas Emisi Karbon
-
Proses Vaksinasi dengan Vaksin yang Ada Terus Berlanjut
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Tembus 187 Kasus, Kecelakaan Kereta di Daop 1 Jakarta Terbanyak Melibatkan Orang!
-
Gelagapan Baca UUD 45, Ekspresi Wakil Ketua DPRD Pasangkayu Disorot: Yang Dibaca Pancasila?
-
"Segel Tambang, Bukan Wisata Alam": Warga Puncak Sampaikan Protes ke Menteri LH
-
Pengurus PWI Pusat 2025-2030 Resmi Dikukuhkan, Meutya Hafid Titip Pesan Ini
-
Mardiono Terbuka Merangkul Kubu Agus Suparmanto: Belum Ada Komunikasi, Belum Lihat Utuh SK Kemenkum
-
KAI Antisipasi Ledakan 942 Ribu Penumpang di HUT TNI Besok: Ambulans dan Medis Kami Siapkan
-
Kembalikan 36 Buku Tersangka Kasus Demo Agustus, Rocky Gerung Berharap Polisi Baca Isinya, Mengapa?
-
Kasus Siswa Keracunan MBG di Jakarta Capai 60 Anak, Bakteri jadi Biang Kerok!
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!