Suara.com - Direktur Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menilai pemecatan 51 pegawai Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) akan berdampak terhadap meningkatnya potensi korupsi di bidang manajemen sumber daya alam (SDA) dan sektor lingkungan.
Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) yang dijalankan oleh pimpinan-pimpinan KPK juga justru terhenti pada pimpinan saat ini.
"Saya melihat ada potensi korupsi di bidang manajemen SDA dan sektor lingkungan yang akan meningkat karena yang terbaik ini disingkirkan," kata Direktur Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak dalam konferensi pers yang digelar Amnesty International Indonesia secara virtual, Selasa (8/6/2021).
Leonard menilai, penyelidik dan penyidik terbaik KPK selama ini berperan besar untuk membongkar kasus-kasus korupsi di sektor lingkungan, termasuk pada sektor batu bara pembangkit listrik yang memiliki dampak serius bagi kelangsungan lingkungan hidup bahkan iklim.
Mereka berhasil membongkar kasus korupsi PLTU Riau I dengan menjerat beberapa nama politikus senior Partai Golkar. Kemudian, mereka juga berhasil membongkar praktik korupsi pemberian izin lahan kelapa sawit di Sulawesi Tengah (Sulteng).
KPK juga memiliki peran penting untuk menyelamatkan lingkungan semacam itu. Leonard tidak menafikan apabila pemecatan 51 pegawai KPK termasuk bagian dari skenario memuluskan praktik korupsi.
"Untuk memuluskan korupsi-korupsi praktik korupsi di sektor lingkungan dan manajeman SDA selain tentu saja mungkin adalah praktik-praktik korupsi besar yang lain," tuturnya.
Dia juga mengemukakan, jika KPK kerap melakukan pencegahan adanya praktik-praktik korupsi di sektor lingkungan pada kepemimpinan sebelumnya, bahkan mereka menginisiasi GNPSDA.
Mereka memiliki kinerja bagus dalam konteks pencegahan dengan cara menutup celah praktik korupsi pada sektor perizinan di banyak tempat. Tetapi, kehadiran GNPSDA saat ini justru meredup.
Baca Juga: Pemecatan 51 Pegawai KPK, Moeldoko: Itu Sudah Urusan Internal Lembaga
"Saya melihat bahwa GNPSDA ini melemah sejak pimpinan KPK saat ini," ungkapnya.
Menyikapi situasi tersebut, Leonard memandang perlu adanya dukungan besar terhadap KPK untuk tetap berdiri kuat dan independen. Sebab, saat ini malah melihat lembaga antirasuah itu malah menjadi di bawah kendali eksekutif.
"Kepentingan yang besar untuk membuat KPK lemah, menjadikan KPK kerdil, itu saya kira sangat berbahaya. Kita harus terus membela teman-teman ini dan juga membela KPK sebagai institusi yang kuat, harus independen."
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional