Suara.com - Konflik pasca-kudeta di Myanmar memberi pengalaman buruk bagi wanita hamil di sana. Menyadur Al Jazeera Jumat (23/07), mereka terpaksa melahirkan dalam diam agar tak ketahuan militer.
Rosemary (nama samaran) adalah salah satu warga yang sedang hamil di desa Mindat. Ia terbaring dalam kegelapan sambil menahan kontraksi ketika bidan dengan nama samaran Mai Nightingale datang menolongnya.
“Hanya kami berdua yang tinggal di desa. Kami menutup semua pintu juga jendela dan tetap diam di dalam. Ketika dia merasa sakit, saya memasukkan selimut ke mulutnya karena takut tentara akan mendengarnya,” kata Mai Nightingale.
Sebenarnya, Rosemary sudah merasakan kontraksi sejak sehari sebelumnya, tapi tentara datang memberi tekanan dan membuat hampir semua penduduk desa lari ke hutan.
Dalam kondisi hamil tua, Rosemary tak sanggup kabur dari sergapan militer yang bisa saja kembali datang dengan tiba-tiba. Ia dan bidan Mai memilih tetap di rumah, menyiapkan persalinan.
Rosemary melahirkan bayinya tak lama setelah suara tentara menghilang dan Mai Nightingale memotong dan mengikat tali pusar dengan silet dan beberapa benang direbus dalam air.
Rosemary dan bayinya dalam keadaan sehat dan tidak terluka, keadaan kelahirannya menyoroti meningkatnya risiko yang dihadapi ibu dan bayi baru lahir di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan.
Suami Rosemary tidak berani menemaninya karena takut menarik perhatian tentara dan dia akan dikira sebagai anggota kelompok bersenjata.
Sejak kudeta militer 1 Februari, tentara menyerang dengan granat berpeluncur roket dan senapan mesin ke daerah pemukiman sambil memberlakukan darurat militer.
Baca Juga: Cerita Pengakuan Polisi Myanmar yang Membelot: Saya Ingin Polisi Dicintai Masyarakat
Militer tidak hanya menyerang warga sipil tapi juga memotong pasokan makanan dan air untuk orang-orang yang terkena dampak konflik, menembaki kamp pengungsian dan gereja tempat berlindung.
Menurut perkiraan PBB, sekitar 230.000 orang mengungsi sejak kudeta militer di Myanmar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Merasa Terlindungi, Barang Pemberian Kapolda Herry Heryawan Bikin Penyandang Tunarungu Ini Terharu
-
Kolaborasi Bareng DPRD DKI, Pramono Resmikan Taman Bugar Jakbar
-
Menteri Hukum Ultimatum PPP: Selesaikan Masalah Internal atau AD/ART Jadi Penentu
-
Satu Bulan Tragedi Affan Kurniawan: Lilin Menyala, Tuntutan Menggema di Benhil!
-
Polemik Relokasi Pedagang Pasar Burung Barito, DPRD DKI Surati Gubernur Pramono Anung
-
Siapa Ketum PPP yang Sah? Pemerintah akan Tentukan Pemenangnya
-
KPAI Minta Polri Terapkan Keadilan Restoratif untuk 13 Anak Tersangka Demonstrasi
-
Program Magang Fresh Graduate Berbayar Dibuka 15 Oktober, Bagaimana Cara Mendaftarnya?
-
DPR RI Kajian Mendalam Putusan MK soal Tapera, Kepesertaan Buruh Kini Sukarela
-
Setelah Kasih Nilai Merah, ICW Tagih Aksi Nyata dari Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum