Suara.com - Into The Light, lembaga yang fokus dalam upaya pencegahan bunuh diri remaja Indonesia mengungkapkan, pada masa pandemi Covid-19, 98 persen orang merasakan kesepian dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan dua dari lima orang di antaranya sempat merasa lebih baik mati dan berkeinginan melukai dirinya sendiri.
Temuan itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Into The Light bekerja sama dengan Change.org pada Mei-Juni 2021 lalu. Adapun jumlah partisipannya 5.211 orang yang mayoritas berdomisili di enam provinsi Pulau Jawa, dan terdiri dari beberapa latar belakang seperti jenis kelamin, usia, kondisi disabilitas, ketertarikan seksual dan status HIV.
“Berdasarkan hasil survei, kami temukan hampir semua partisipan merasa kesepian dalam sebulan terakhir,” kata Benny Prawira Siauw, pendiri Into The Light saat dihubungi Suara.com, beberapa waktu lalu.
Benny menjelaskan, perasaan kesepian ditemukan merata di seluruh anggota kelompok umur, area domisili, suku, riwayat pendidikan, pekerjaan, agama, jenis kelamin, ketertarikan seksual, status HIV dan disabilitas. Persentasenya 95 persen sampai 100 persen anggota setiap kelompok.
Sehingga secara keseluruhan, 98 persen partisipan merasakan kesepian dalam sebulan terakhir. Bahkan dua sampai lima orang di antaranya merasa lebih baik mati dan berkeinginan melukai dirinya sendiri dalam dua minggu terakhir.
Selain itu, lebih dari setengah partisipan dari kelompok minoritas seksual dan gender pernah berpikir lebih baik mati dan juga berkeinginan melukai dirinya sendiri dalam dua minggu terakhir.
Kendati demikian, Benny mengatakan belum ada penelitian atau laporan yang menyebutkan angka kasus bunuh diri mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19.
“Sayangnya kami tidak punya data dasar untuk dibandingkan dari masa sebelum dan sesudah COVID-19 jadi tidak bisa bilang ada penaikan atau penurunan,” ujarnya.
Di samping itu, dari hasil survei tidak ada partisipan yang menjawab benar seluruh pertanyaan tentang fakta bunuh diri. Sebanyak 88 persen dari mereka menganggap orang pernah berpikir bunuh diri akan selalu berpikir dan berusaha bunuh diri, padahal nyatanya tidak.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Akui Testing dan Tracing Covid-19 Indonesia Masih Rendah
Lalu, sebanyak 66 persen dari mereka menganggap bicara tentang bunuh diri akan meningkatkan risiko bunuh diri, padahal faktanya tidak demikian.
Dijelaskan, menanyakan keinginan bunuh diri kepada seseorang tidak akan memicu orang tersebut untuk mencoba bunuh diri.
“Justru, menanyakan hal tersebut dapat memberikan ruang bagi orang itu untuk menceritakan masalahnya, menindaklanjuti masalah yang dialami kepada psikolog/psikiater jika dirasa perlu, menjauhkan akses dari bahaya, serta membantu orang lain untuk menyelamatkan nyawanya,” jelas Benny.
Kemudian, dari lima ribuan partisipan didapatkan hanya 27 persen dalam waktu tiga tahun terakhir pernah mengakses layanan kesehatan mental.
Sebanyak 7 dari 10 orang dari mereka juga tidak mengetahui BPJS Kesehatan dapat menanggung biaya layanan kesehatan mental. Pada saat menghadapi masalah kesehatan mental, 69 persen dari mereka memilih menyikapinya dengan membaca kitab suci dan 64 persen memilih membicarakannya dengan keluarga.
Para partisipan meyakini anggota keluarga dan teman dekat berjenis kelamin sama dianggap lebih membantu dibanding tenaga kesehatan profesional. Padahal, tenaga kesehatan profesional lebih memiliki keahlian dan menjamin kerahasiaan. Selain itu, terkait pendampingan bagi mereka yang pernah mencoba bunuh diri, Benny mengatakan penghakiman harus dihindarkan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
Terkini
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama
-
Cinta Segitiga Berdarah di Cilincing: Pemuda 19 Tahun Tewas Ditusuk Mantan Pacar Kekasih!
-
Segera Diadili Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Sidang Kopda FH dan Serka N Bakal Digelar Terbuka
-
Tragedi Rumah Tangga di Cakung: Suami Bakar Istri dan Kontrakan Ditangkap Usai Kabur 3 Hari