Suara.com - Sudah sepekan terakhir Charlene Cakora (57) sibuk di Washington DC, AS, agar bisa menyampaikan pesan kepada Presiden Joe Biden agar menyelamatkan kakak laki-lakinya yang ditawan Taliban.
Kakak Cakora, Mark Frerichs, diculik oleh kelompok militan itu lebih dari setahun lalu.
Ia adalah salah satu dari dua warga Amerika yang diperkirakan ditawan Taliban selama perang dengan AS di Afghanistan, dan hingga kini keberadaannya belum diketahui.
Di tengah runtuhnya pemerintahan Afghanistan, jatuhnya Kabul ke tangan Taliban dan berbagai adegan kericuhan yang terjadi kala ribuan orang melarikan diri dari negara itu disiarkan ke seluruh dunia, keluarga Frerichs mengaku semakin putus asa ia dapat dibebaskan.
Mereka juga frustrasi oleh kurangnya upaya pemerintah.
"Kita telah berperang dengan Taliban selama 20 tahun. Presiden Biden menyatakan perang berakhir pada 31 Agustus," tutur Cakora kepada BBC.
"Ketika perang berakhir, masing-masing pihak mendapatkan kembali tawanan yang ditahan kubu lain. Itu yang kami inginkan bagi Mark."
Keluarga telah "menunggu dengan sabar" sepanjang pemerintahan Trump dan Biden, tambah Cakora.
"[Kami] diberitahu bahwa upaya sedang dilakukan untuk membawa pulang kakak laki-laki saya," ujarnya.
Baca Juga: Australia Evakuasi Orang di Afganistan, Tapi Tolak Visa Eks Satpam Kedubes
"Yah, sayangnya mereka tidak [melakukan upaya]."
Setidaknya tujuh warga AS ditawan atau hilang selama perang di Afghanistan.
Dari jumlah tersebut, satu orang dilaporkan tewas, satu yang lain melarikan diri, dan tiga orang berhasil diselamatkan atau dibebaskan.
Tawanan kedelapan, Bowe Bergdahl, adalah seorang tentara AS yang ditangkap setelah meninggalkan posnya pada 2009. Ia dibebaskan pada 2014.
Frerichs, yang berusia 59 tahun, sudah tinggal dan bekerja di Kabul sebagai insinyur sipil selama sepuluh tahun, ketika ia diculik tahun lalu.
Seorang "kontraktor perjalanan" yang bekerja dari proyek ke proyek, Frerichs termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang yang membutuhkan. "Dia telah menemukan sesuatu yang cocok untuk dirinya di Afghanistan," kata Cakora menggambarkan kakaknya.
"Tiga hari sebelum ia diculik, ia mengatakan kepada saya bahwa ia baru saja menyelesaikan proyek air kota. Ia sangat bangga akan hal itu."
Veteran Angkatan Laut AS itu diundang dalam sebuah pertemuan membahas proyek yang potensial, namun ia diculik dan dibawa ke Provinsi Khost, kata seorang pejabat keamanan nasional kepada BBC.
Di Khost, ujar pejabat tersebut, Frerichs diserahkan ke Jaringan Haqqani, salah satu kelompok militan paling kuat dan ditakuti di kawasan itu.
Pemimpin jaringan itu, Sirajuddin Haqqani, adalah salah satu wakil pemimpin tertinggi Taliban.
Para pejabat yang berupaya untuk membebaskan Frerichs mengatakan bahwa "satu-satunya" hal yang disebutkan Taliban ketika para pejabat AS mendesak pembebasannya adalah mereka juga mendesak pembebasan Bashir Noorzai, seorang raja jaringan narkotika yang berafiliasi dengan Taliban, yang telah dipenjara di AS selama 16 tahun terakhir.
Noorzai, yang ditangkap pada 2005, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2009 atas tuduhan mengimpor heroin senilai lebih dari Rp50 juta, atau sekitar Rp720 miliar dari Afghanistan dan Pakistan ke AS dan sejumlah negara lain.
Ia adalah teman seperjuangan pendiri Taliban yang telah meninggal dunia, Mullah Mohammed Omar, ketika melawan pendudukan Soviet pada 1980-an dan diyakini telah memasok kelompok itu dengan dukungan finansial, senjata, amunisi dan sekitar 400 petempur.
Menanggapi pertanyaan BBC, juru bicara departemen luar negeri AS mengatakan bahwa Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan telah menekan Taliban untuk membebaskan Frerichs dan mengangkat isu ini dengan perwakilan Taliban di Qatar dan Pakistan.
"Kami sangat memprioritaskan keselamatan Marks Frerichs dan tak akan berhenti berupaya sampai ia dikembalikan dengan selamat ke keluarganya," ujar juru bicara departemen luar negeri AS tersebut.
Juru bicara di kantor perwakilan Taliban di Qatar tidak merespon permintaan tanggapan dari BBC.
Cakora mengatakan bahwa kendati keluarganya memahami pertukaran Noorzai dan Frerichs adalah "perdagangan yang sulit" dan itu berarti membuat kesepakatan dengan penculiknya, mereka meyakini itu adalah satu-satunya pilihan yang layak.
Ketika ditanya apa yang akan ia katakan kepada Gedung Putih tentang kasusnya, perempuan itu menyampaikan harapannya pada Presiden Biden.
"Tolong perlakukan kakak saya layaknya putra Anda dan segera bertindak untuk membawanya pulang," ujarnya.
Ia juga menyampaikan pesan kepada pemimpin politik Taliban, Abdul Ghani Baradar.
"Kami tahu bahwa perang ini berakhir, dan Anda ingin tahanan Anda kembali seperti kami menginginkan saudara saya," katanya.
"Tolong perlakukan dia dengan baik dan bekerja sama dengan pejabat AS untuk mengatur pertukaran tahanan yang membuat Anda mendapatkan Bashir Noorzai dan mengembalikan Mark ke rumah dengan selamat kepada kami. Biarkan itu menjadi satu-satunya hal yang dapat dilihat kedua belah pihak sebagai kemenangan."
Selain Frerichs, satu warga Amerika lain yang diduga diculik di Afghanistan adalah penulis Paul Overby Jr, yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.
Keberadaan Overby terakhir terdengar pada Mei 2014, ketika ia menghilang di Khost saat bepergian untuk mewawancarai Sirajuddin Haqqani.
Taliban membantah terlibat atas menghilangnya Overby.
Dengan situasi di Afghanistan yang semakin berbahaya dari hari ke hari, Cakora menyatakan harapan bahwa pembebasan saudara laki-lakinya dpat memberikan hasil positif.
"Presiden Biden memiliki kekuatan untuk mewujudkannya," ujarnya.
"Kisah tentang kepergian AS dari Afghanistan mengerikan. Tidak bisakah kami mendapatkan secercah kabar baik dengan membawa kakak laki-laki saya pulang?"
Berita Terkait
-
Australia Evakuasi Orang di Afganistan, Tapi Tolak Visa Eks Satpam Kedubes
-
Ke Mana Warga Afganistan Mengungsi Setelah Taliban Berkuasa?
-
Surat Siswi Sekolah Afganistan: Betapa Beruntungnya Kalian di Luar Sana....
-
Bocor! AS Batal Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang
-
Gelombang Penungsi Afganistan Dikhawatirkan Picu Reaksi Populis Kanan
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Prabowo Kunjungan di Sumatra Barat, Tinjau Penanganan Bencana dan Pemulihan Infrastruktur
-
Viral Tumpukan Sampah Ciputat Akhirnya Diangkut, Pemkot Tangsel Siapkan Solusi PSEL
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil di Kasus Korupsi Bank BJB, Sebut Perceraian Tak Pengaruh
-
Membara Kala Basah, Kenapa Kebakaran di Jakarta Justru Meningkat Saat Hujan?
-
Keroyok 'Mata Elang' Hingga Tewas, Dua Polisi Dipecat, Empat Lainnya Demosi
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313
-
Bukan Sekadar Viral: Kenapa Tabola Bale dan Tor Monitor Ketua Bisa Menguasai Dunia Maya?
-
Muncul SE Kudeta Gus Yahya dari Kursi Ketum PBNU, Wasekjen: Itu Cacat Hukum!
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?