Suara.com - Pemerintah China mengumumkan agar semua sekolah tidak melakukan ujian tertulis bagi para murid kelas satu dan dua sekolah dasar atau SD.
Larangan ini dipandang sebagai upaya pemerintah China untuk mencabut tekanan para murid dan orang tua mereka dalam sistem pendidikan yang sarat persaingan.
Sebelum larangan ini diumumkan, para pelajar di China wajib melakoni tes tertulis dari kelas satu sekolah dasar hingga masuk universitas pada usia 18 tahun.
Praktik tersebut, menurut menteri pendidikan, merupakan tekanan yang membahayakan "kesehatan fisik dan mental" para pelajar.
"Ujian adalah bagian yang diperlukan dalam pendidikan sekolah…[namun] sejumlah sekolah punya beragam masalah seperti ujian berlebihan yang bisa menyebabkan para murid memikul beban terlampau berat…Ini harus diperbaiki," ujar menteri pendidikan China.
Aturan baru yang dikeluarkan pemerintah China juga membatasi jumlah ujian yang dapat dilaksanakan sekolah per semester.
"Kelas satu dan dua sekolah dasar tidak perlu melaksanakan ujian tertulis. Untuk kelas-kelas lainnya, pihak sekolah bisa menggelar ujian akhir setiap semester. Ujian tengah semester diperbolehkan untuk murid sekolah menengah pertama. Pemerintah daerah tidak diperbolehkan menyelenggarakan ujian daerah atau antarsekolah untuk semua tingkatan di sekolah dasar," sebut Kementerian Pendidikan China.
"Ujian mingguan, ujian unit, ujian bulanan dan sebagainya juga tidak diperkenankan diselenggarakan untuk para pelajar sekolah menengah pertama yang belum menuju kelulusan. Ujian terselubung yang digelar dengan nama berbeda seperti riset akademik juga tidak diperbolehkan," tambah pernyataan tersebut.
Dilarang memberi PR kepada murid kelas satu dan dua SD
Selain melarang ujian tertulis untuk murid-murid kelas satu dan dua, Kementerian Pendidikan China melarang pemberian PR alias pekerjaan rumah untuk murid-murid tersebut. Pekerjaan rumah untuk para pelajar SMP juga dibatasi 1,5 jam per malam, sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Baca Juga: Taliban Akan Kerja Sama dengan China, Uighur di Afganistan Cemas
Baca juga:
- Tingkat kelahiran menurun drastis, China bolehkan keluarga punya tiga anak
- Bayi yang lahir di China kini tidak sebanyak dulu, apa sebabnya?
Reaksi publik China di laman media sosial Weibo beragam saat menanggapi aturan terbaru pemerintah. Beberapa warganet mengatakan itu adalah langkah menuju arah yang benar demi mencabut beban anak-anak. Lainnya mempertanyakan bagaimana sekolah menguji dan mengukur kemampuan murid tanpa ujian.
Bagaimanapun, langkah tersebut merupakan bagian dari reformasi di bidang pendidikan China.
Pada Juli, Beijing mencabut seluruh izin operasi bimbingan belajar online di seluruh negeri.
Panduan baru itu juga melarang investasi asing di bidang pendidikan sekaligus menghambat layanan bimbingan belajar privat yang ditengarai bernilai sekitar US$120 miliar.
Ketika aturan tersebut diumumkan, pemerintah China dinilai berupaya untuk meringankan beban keuangan dalam membesarkan anak sehingga para orang tua tergerak memiliki anak lagi—setelah China mencatat angka kelahiran yang rendah.
Kesetaraan pendidikan juga menjadi masalah. Banyak orang tua dengan kemampuan ekonomi tinggi bersedia menghabiskan uang dalam jumlah besar agar anak mereka dapat masuk ke sekolah-sekolah top.
Obsesi pemerintah China di bidang pendidikan pada masa lalu pun mempengaruhi harga properti lantaran orang tua yang kaya sanggup membeli rumah di area dekat sekolah-sekolah top.
Tag
Berita Terkait
-
Taliban Akan Kerja Sama dengan China, Uighur di Afganistan Cemas
-
China Ragu Investasi di Afganistan: Uang Suka Perdamaian Bukan Perang
-
Bos Perusahaan Alat PCR Hangzhou Clunege Biotech Dilaporkan ke Polda Metro, Ini Kasusnya
-
Cerita Sekelompok TKA China Bunuh Buaya 3 Meter untuk Dijadikan Sup hingga Berujung Maaf
-
Stok Domestik China Melimpah, Harga Batu Bara Diperkirakan Turun
Terpopuler
- 6 HP 5G Paling Murah di Bawah Rp 4 Juta, Investasi Terbaik untuk Gaming dan Streaming
- Bercak Darah di Pohon Jadi Saksi Bisu, Ini Kronologi Aktor Gary Iskak Tewas dalam Kecelakaan Maut
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 November: Ada Rivaldo, Ribuan Gems, dan Kartu 110-115
- 5 Shio Paling Beruntung Hari Ini Minggu 30 November 2025, Banjir Hoki di Akhir Bulan!
- Tewas Menabrak Pohon, Gary Iskak Diduga Tak Pakai Helm Saat Kecelakaan Tunggal
Pilihan
-
Jeritan Ojol di Uji Coba Malioboro: Jalan Kaki Demi Sesuap Nasi, Motor Terancam Hilang
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
Terkini
-
Terungkap! Ini Alasan Kejagung Cabut Status Cekal Bos Djarum Victor Hartono di Kasus Pajak
-
Kenapa Korban Banjir Sumatera Begitu Banyak? Kabasarnas Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Kisah Hafitar: Bocah 7 Tahun Penakluk KRL dan Kesenjangan Pendidikan
-
Tinjau Banjir Sumatera, Prabowo Bicara Status Bencana hingga Fungsi Pemerintah Jaga Lingkungan
-
Nasib Praperadilan Buron E-KTP Paulus Tannos Ditentukan Besok, KPK Yakin Hakim Tolak Mentah-mentah
-
Ganti Kapolri Bukan Solusi, Pengamat Ungkap 'Penyakit' Polri: Butuh Reformasi Budaya
-
Helikopter Polri Terjunkan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Sumut
-
Polda Metro Siaga Penuh Amankan Reuni Akbar 212 di Monas, Habib Rizieq Dijadwalkan Hadir
-
Curah Hujan Ekstrem Picu Banjir dan Longsor di Sumatera, BMKG Sebut Siklon Tropis Jadi Ancaman Baru
-
Mendagri Minta Pemda Perkuat Sinergi Hadapi Potensi Bencana dan Momentum Nataru 2025