Suara.com - Setelah melalui perjalanan panjang dan sulit untuk melarikan diri dari Taliban lewat Pakistan, sekelompok koresponden DW Afganistan dan keluarga mereka akhirnya tiba dengan selamat di Jerman.
Di malam yang gelap dan dingin di bandara Leipzig, sekelompok koresponden DW Afganistan dan keluarga mereka turun dari penerbangan panjang.
Perjalanan panjang dan sulit mereka tempuh untuk sampai ke Jerman sejak Taliban menguasai Afganistan.
Di antara mereka juga ada puluhan anak kecil. Mereka penuh rasa penasaran dan tanda tanya, mengapa harus melarikan diri dari Afganistan dan seperti apa tanah air baru mereka? Bahkan orang dewasa juga banyak yang terlihat masih kebingungan.
Perjalanan di tengah situasi kacau
Salah satu penumpang pesawat adalah Ahmed, jurnalis DW Afganistan yang telah tinggal di Jerman selama beberapa tahun.
Dia kebetulan mengunjungi kota Mazar-e-Sharif untuk menghadiri acara pernikahan keluarganya, ketika Taliban mulai mengambil alih Afganistan pada awal musim panas.
"Tidak ada yang menyangka itu terjadi begitu cepat," katanya.
Dia, istri, dan tiga anaknya yang masih kecil berhasil sampai ke ibu kota, Kabul. Saat keadaan semakin jelas menunjukkan bahwa Taliban akan menguasai Afganistan, DW meminta semua korespondennya di negara itu untuk pindah ke ibu kota.
Baca Juga: Taliban Keluarkan Kebijakan yang Melarang Tukang Cukur di Provinsi Helmand
Saat situasi di bandara kacau, Ahmed terpaksa berlindung di ruang bawah tanah sebuah toko percetakan.
Dia dan keluarganya mencoba berulang kali untuk sampai ke bandara. Saat Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari Afganistan, Ahmed tahu itu artinya tinggal menunggu waktu hingga Taliban menguasai ibu kota.
Menuju Pakistan
Peluang penerbangan keluar Afganistan menjadi lebih sedikit, dan DW menjajaki opsi untuk membawa koresponden dengan aman melintasi perbatasan darat ke Pakistan.
Ahmed, bersama keluarganya dan koresponden lainnya, berhasil mencapai perbatasan Pakistan, berkat bantuan kementerian luar negeri Jerman.
Namun, di dekat perbatasan dia ditahan oleh Taliban. "Saya benar-benar berpikir itu adalah saat-saat terakhir saya di dunia," kenangnya, memikirkan jenazah yang dia lihat di Kabul.
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Hapus BPHTB dan PBG, Jurus Jitu Prabowo Wujudkan Target 3 Juta Rumah
-
Buntut Bobby Nasution Razia Truk Aceh, Senator Haji Uma Surati Mendagri: Ini Melanggar Aturan!
-
Bongkar 7 Cacat Fatal: Ini Alasan Kubu Nadiem Makarim Yakin Menang Praperadilan
-
MK Hindari 'Sudden Death', Tapera Dibatalkan tapi Diberi Waktu Transisi Dua Tahun
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Bye-bye Kehujanan di Dukuh Atas! MRT Jadi Otak Integrasi 4 Moda Transportasi Jakarta
-
Bukan Drama Hukum, Nadiem Makarim Dibantarkan dari Sel Tahanan karena Sakit Ambeien
-
Jejak Riza Chalid Terus Diburu, Kejagung Periksa Saksi Kunci Korupsi Pertamina