Suara.com - Pandemi Covid-19 yang terus melandai di Indonesia menjadi sebuah momentum untuk membangkitkan ekonomi melalui sektor pariwisata alam yang sempat terpukul akibat penutupan wisata alam di kawasan konservasi di seluruh Indonesia untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Program reaktivasi wisata alam di kawasan konservasi pada 106 unit Taman Nasional (TN)/Taman Wisata Alam (TWA) yang dilakukan KLHK beberapa waktu lalu menjadi salah satu pendorong kebangkitan pariwisata dan ekonomi. Momentum kebangkitan ini harus disertai dengan perubahan strategi pengelolaan wisata alam menjadi mengutamakan kenyamanan dan kesehatan pengunjung sebagai strategi di era adaptasi Covid-19.
"Tema Bhavana Satya Alam Budaya Nusantara: Memupuk Kecintaan pada Alam dan Budaya Nusantara pada peringatan HKAN 2021 yang diterjemahkan living with nature and culture sejalan dengan pembelajaran yang diberikan oleh pandemi Covid 19 hampir dua tahun ini," ujar Wakil Menteri LHK, Alue Dohong dalam sambutannya di Acara HKAN 2021, di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang, Pantai Lasiana, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu, (24/11/2021).
Alue menjelaskan, jika Pandemi Covid-19 tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan saja, namun juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, terutama di bidang ekonomi, khususnya sektor pariwisata alam.
Berdasarkan data Direktorat Pengelolaan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) hingga Oktober 2021, nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pariwisata alam di suaka margasatwa (SM), taman nasional (TN) dan taman wisata alam (TWA) turun 68,5% dari tahun 2019. Hal ini tentu kita pahami semua sebagai akibat penutupan kawasan karena adanya pandemi covid 19.
Meski demikian Alue merasa optimistis dengan melandainya angka Covid-19, kedepan sektor pariwisata alam akan menjadi tujuan utama masyarakat karena terjadi perubahan preferensi masyarakat untuk hidup lebih sehat salah satunya dengan lebih memilih menghabiskan waktu liburannya di alam atau kembali ke alam/back to nature. Peluang ini harus ditangkap para pengelola wisata alam untuk menjadi lebih kreatif dalam menciptakan produk-produk wisata yang mengedepankan quality tourism dan mendorong terciptanya wellness tourism.
"Diversifikasi produk wisata, antara alam dan budaya masyarakat adalah kombinasi yang paling menarik untuk menjadi strategi pengembangan wisata alam di era adaptasi Covid-19. Dengan strategi ini diharapkan pemulihan ekonomi melalui reaktivasi wisata alam akan terus meningkat," jelas Alue.
Lebih jauh Alue mengatakan, jika penyelenggaraan Peringatan Puncak HKAN tahun 2021 di Kupang NTT ini telah menghasilkan multiplayer effect yang nyata. Setidaknya hingga Rabu (24/11/2021) penyelenggaraan telah menghasilkan turn over sampai 11,850 Miliar.
"Jadi sangat luar biasa multiplayer effect dari penyelenggaraan HKAN di Provinsi NTT ini," imbuhnya.
Baca Juga: BKSDA Jambi Berhasil Merelokasi Si Belang dari Desa Air Hitam
KLHK menyampaikan apresiasi yang tak terhingga kepada Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupang, Pemerintah Kabupaten Kupang, serta seluruh masyarakat dari berbagai profesi yang telah berpartisipasi sehingga acara ini dapat dilaksanakan dan diikuti lebih dari 2.000 orang secara luring dan daring.
Penyelesaian HKAN juga diharapkan dapat memotivasi gerakan kolektif menjadikan konservasi sebagai gaya hidup anak muda di era digital, new life style for young generation.
Sejalan dengan hal tersebut, Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat menyampaikan terima kasih atas pemilihan NTT sebagai lokasi penyelenggaraan even nasional HKAN. Dengan penyelenggaraan ini telah membantu menggerakkan roda perekonomian di Provinsi NTT.
Dirinya pun menegaskan sangat mendukung upaya konservasi alam yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tentu dibarengi dengan pelibatan aktif masyarakat agar perekonomian dapat meningkat.
"Konservasi tidak bisa berjalan sendirian tanpa pemahaman masyarakat, Kalau pemerintah dan masyarakat tidak paham konservasi maka sia sia adanya," ucapnya.
Contohnya, satwa komodo sebagai hewan eksotis yang hanya terdapat di NTT dapat menjadi tidak seberharga saat ini jika masyarakat tidak diberi pengetahuan tentang konservasi.
Berita Terkait
-
Dua Objek Wisata di Garut Uji Coba Pembukaan di Masa PPKM Level 3
-
Jadi Pemilik Hutan Tropis Terbesar di Dunia, Indonesia, Brazil dan Kongo Jalin Kerja Sama
-
5 Makanan Khas Bali yang Terkenal, Dari Sate Lilit hingga Sambal Matah
-
5 Wisata Palembang, dari Wisata Religi Hingga Wisata Sejarah
-
7 Tempat Wisata Baru di Malang, Lengkap dengan Harga Tiket Masuk
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
Terkini
-
Pramono Anung Bantah Isu Tarif Parkir Jakarta Naik Jadi Rp30 Ribu/Jam: Itu Hoaks!
-
Protes Adalah Hak! API Lawan Pelabelan Negatif dan Ingatkan soal Kasus HAM
-
MK Lanjutkan Sengketa Pilkada Papua dan Barito Utara ke Tahap Pembuktian
-
Dasco Sambangi Prabowo di Istana, Lapor Perkembangan Terkini di Tanah Air hingga Keputusan DPR
-
Sejarah Nepal: Dari Kerajaan Kuno Hingga Republik Modern
-
Parah! PNS Bawaslu NTB Gelapkan Belasan Mobil Operasional, Apa Motif dan Modusnya?
-
Legislator Golkar Beri Tantangan Menkeu Purbaya: Buat Kejutan Positif, Jangan Bikin Pusing Lagi
-
CEK FAKTA: Presiden Prabowo Cairkan Bansos Rp 7 Juta per NIK, Benarkah?
-
Ferry Irwandi: TNI-Polri Harus Lindungi Rakyat
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji, Ngaku Jadi Korban Ibnu Mas'ud, Kok Bisa?