Suara.com - Badan kepolisian global Interpol memilih Inspektur Jenderal UEA Ahmed Naser al-Raisi, sebagai presiden pada Kamis (26/11/2021).
Menyadur CNN News Kamis (26/11/2021), Raisi merupakan anggota kepolisian UEA sejak 1980, dan sempat menjadi inspektur jenderal di kementerian dalam negeri.
Raisi mendapat 68,9% suara di majelis umum Interpol yang diselenggarakan di Istanbul. Dia akan memimpin majelis umum serta tiga pertemuan komite eksekutif selama empat tahun masa jabatannya.
Pelaksanaan keputusan Majelis Umum akan diawasi oleh komite eksekutif. Komite itu beranggotakan 13 orang, termasuk presiden, wakil presiden, dan delegasi, mewakili empat wilayah Interpol.
Raisi telah berjanji akan membangun Interpol sebagai badan yang kepolisian yang lebih transparan, beragam, dan tegas.
"Saya senang telah terpilih sebagai Presiden hari ini, dan merupakan kehormatan karir saya untuk melayani warga di seluruh dunia, atas nama UEA," kata Raisi dalam sebuah pernyataan.
Terpilihnya Raisi disambut sejumlah kontroversi yang menyebutnya bertanggung jawab dalam sejumlah penyiksaan di penjara.
Matthew Hedges, mantan tahanan UEA selama tujuh bulan, mengajukan tuntutan ganti rugi di Pengadilan Tinggi London terhadap Raisi dan beberapa pejabat senior.
Hedges menuduh jika Raisi dan sejumlah pejabat kepolisian UEA melakukan penyerangan, penyiksaan dan pemenjaraan palsu.
Baca Juga: Ambisius, UEA Akan Kirim Misi Baru ke Venus dan Sabuk Asteroid
Hedges kembali ke Inggris pada November 2018 setelah diampuni dari hukuman seumur hidup karena diduga melakukan spionase.
UEA telah merilis sebuah video yang menunjukkan Hedges mengaku menjadi salah satu anggota badan intelijen MI6 Inggris.
"Pemilihan Raisi menjadi presiden Interpol yang tak terhindarkan adalah serangan serius terhadap nilai-nilai yang dianutnya," kata Hedges dalam sebuah tweet pada hari Kamis.
"Keterlibatannya dalam penyiksaan dan pelecehan sistematis dilegitimasi melalui Interpol dan memberikan lampu hijau kepada negara-negara otoriter lainnya bahwa mereka dapat bertindak tanpa impunitas," sambungnya.
UEA telah membantah tuduhan bahwa Hedges menjadi sasaran penganiayaan fisik atau psikologis selama berada di dalam penjara.
Hedges mengatakan bahwa dia dan mantan tahanan lainnya, Ali Issa Ahmad, juga mengajukan kasus pidana ke pengadilan Turki.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan