Suara.com - Peraih Nobel Perdamaian 1996, Dr José Manuel Ramos Horta, mencalonkan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai kandidat peraih Nobel Perdamaian tahun 2022.
Menyadur Hatutan.com Jumat (24/12/2021), presiden kedua Timor Leste ini meyakini, karakter masyarakat muslim Indonesia yang moderat berakar dari dua organisasi Islam besarnya.
Ia memberi contoh, Indonesia juga mengalami situasi buruk layaknya negara lain, seperti perang di Irak dan masalah HAM di Palestina. Tapi Indonesia mampu menyelasaikannya secara baik dan tak meluas.
Ramos Horta mengatakan, kala itu banyak orang menyangka Indonesia sudah terjerumus dalam radikalisme muslim, terutama ketika Bom Bali dan Bom Jakarta mengguncang.
"Tapi ternyata kasus bom Bali dan Jakarta, bisa dikategorikan sporadis, tidak sistematis dan tidak meluas," ujarnya pada jurnalis Hatutan.com.
"Itu terjadi, karena karakter masyarakat muslim Indonesia yang moderat yang diwakili oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah," ujarnya, semakin yakin dua organisasi layak meraih Nobel Perdamaian.
Selanjutnya, Ramos Horta bercerita ketika ia bertemu Todung Mulya Lubis, yang berkunjung ke Díli. Mereka bicara tentang NU dan Muhammadiyah.
Ramos Horta mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang dua organisasi itu dan semakin mantap mencalonkan NU dan Muhammadiyah.
Sebagai pertimbangan lainnya, Ramos Horta menyoroti ketika Indonesia mengalami kekerasan HAM di era Soeharto.
Baca Juga: Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai Nikah di Birmingham, Digelar secara Sederhana
Namun ada hal positif lain yang bisa dipertimbangkan, karena di saat yang sama, Indonesia juga aktif menyelesaikan kasus Timor Leste yang menurutnya adalah satu-satunya masalah internasional yang terjadi saat itu.
"Ini yang saya lihat dalam konteks peranan Indonesia. Indonesia sangat menunjukkan kearifannya."
"Pertama, walaupun mereka angkat kaki dari Timor Leste dengan rasa sakit hati, tapi mereka tidak pernah melupakan Timor Leste, apalagi membuat provokasi instabilitas di daerah perbatasan."
"Ini menunjukkan, masyarakat yang berhati baik, rasa tanggungjawabnya yang tinggi. Salain itu, mereka melakukan perubahan untuk membantu Timor Leste."
Presiden Indonesia saat itu, Gusdur, menulis surat pada semua universitas di Tanah Air, untuk menerima anak-anak Timor Leste yang ingin melanjutkan studi di Indonesia.
Tak hanya itu, Gusdur juga meminta semua universitas tidak mengikuti standar internasional, tapi menyamaratakan pembayaran uang pendidikan warga Timor Leste seperti mahasiswa Indonesia.
"Dalam konteks ini, saya melihat sejak dulu hingga sekarang ke depan, peranan organisasi NU dan Muhammadiyah penting sekali."
Ramos Horta sebelumnya pernah mengajukan NU dan Muhammadiyah pada tahun 2019, namun gagal. Kali ini, ia kembali menominasikan dua organisasi ini dengan sedikit tekanan agar Komite Nobel membuka matanya pada Indonesia.
Untuk diketahui, Ramos Horta yang menerima Nobel Perdamaian 1996 bersama Uskup Belo ini selalu berhasil mencalonkan pemenang Nobel Perdamaian sebelumnya.
Sebut saja diantaranya Muhammad Yunus, pakar ekonomi dan pendiri Bank Grameen dari Bangladesh (2006), mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung(2000).
Presiden Amerika Serikat ke-39 James Earl Carter, Jr (Jimmy Carter) yang selalu gagal meskipun dicalonkan selama 20 tahun, langsung berhasil ketika dicalonkan oleh José Ramos Horta pada 2002.
Horta juga sukses mencalonkan Uni Eropa (UE) pada tahun 2012.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'
-
Menkeu Purbaya hingga Dirut Pertamina Mendadak Dipanggil Prabowo ke Istana, Ada Apa?
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD
-
Jerit Konsumen saat Bensin Shell dan BP Langka, Pertamina Jadi Pilihan?
-
Warga Jakarta Siap-siap, PAM Jaya Bakal Gali 100 Titik untuk Jaringan Pipa di 2026