Suara.com - Tidak banyak tempat yang terdampak oleh kolapsnya pariwisata di Asia seperti Phuket, sebuah pulau kecil di Thailand yang pantai indahnya pernah menarik sekitar tujuh juta wisatawan luar negeri per tahun.
Selama lebih dari setahun setelah Covid melanda, Thailand kurang lebih menutup perbatasannya, memberlakukan persyaratan karantina yang ketat pada siapa pun yang datang dari luar negeri. Lebih dari setengah dari hampir 200.000 pekerjaan terkait pariwisata di Phuket lenyap.
Tahun lalu, pembatasan Covid mulai dilonggarkan secara bertahap. Tetapi China yang selama ini menjadi sumber pariwisata luar negeri terbesar Thailand, masih membatasi warganya untuk bepergian.
Menggantikan turis China adalah turis Rusia, yang kini menjadi kelompok wisatawan asing terbesar di Phuket. Sekitar 17.000 turis dari Rusia tiba di sana pada bulan Desember.
Baca juga:
- Buka pariwisata, Thailand diingatkan bisa ‘lebih parah dari Indonesia’
- MotoGP Mandalika selesai, bagaimana warga Lombok tetap mendapat nafkah dan 'tidak tergilas investor besar'?
- Asosiasi pariwisata minta bansos dipercepat saat PPKM darurat: 'Mereka perlu makan'
Saat Anda berjalan di sekitar pantai-pantai populer di Phuket seperti Karon, Kata, dan Patong, Anda pasti akan menjumpai bukti dari booming turis Rusia baru-baru ini; tanda-tanda dalam aksara Sirilik, dan restoran-restoran yang menawarkan hidangan Rusia dengan borscht dan pangsit pelmeni pada menunya.
Tetapi sekarang, invasi Ukraina telah membuat sekitar 7.000 warga Rusia terlantar di Thailand, kebanyakan di Phuket, karena banyak maskapai penerbangan membatalkan penerbangan ke Rusia.
Uang menjadi masalah terbesar bagi mereka. Sejak Rusia dikenai berbagai sanksi, mereka tidak dapat menarik uang tunai dari mesin ATM atau menggunakan kartu kredit.
Kebanyakan dari mereka tidak mau berbicara dengan wartawan, tetapi satu pasangan setuju, asalkan kami tidak menyebutkan nama mereka. Mereka khawatir akan konsekuensi di Rusia karena sekadar menyebut peristiwa di Ukraina sebagai perang dapat membuat mereka dituntut pidana.
Baca Juga: Bantu Pertahanan Ukraina, Inggris Beri 6.000 Rudal
Mereka berkata kepada saya bahwa mereka terbang ke Phuket dari Moskow pada hari invasi dimulai, dan sekarang berusaha untuk tinggal di Thailand sampai uang mereka habis. Mereka berdua merasa ngeri dengan invasi ke Ukraina.
"Kami pergi dari bank ke bank, dari ATM ke ATM. Sembilan kali dari 10 kesempatan kami ditolak, tetapi kami akhirnya berhasil mendapatkan uang tunai.
"Ada beberapa cara lain untuk mendapatkannya, seperti Western Union atau mata uang kripto, tetapi ada saja yang ditutup setiap hari. Satu cara yang berhasil kemarin, bisa tidak berhasil hari ini."
"Setiap hari kami menonton berita"
Bagi sejumlah kecil turis Ukraina yang juga terlantar di Thailand ketika pasukan Rusia mulai mengebom kota-kota mereka, situasinya bahkan lebih buruk.
Saya bertemu Anton dan Alina di sebuah hotel tepi pantai yang digunakan sebagai kantor imigrasi sementara oleh pemerintah Thailand. Mereka membantu memperpanjang visa para turis yang tidak dapat meninggalkan negara itu.
Anton dan Alina termasuk di antara selusin warga Ukraina yang hidupnya telah dijungkirbalikkan oleh perang. Mereka berlibur di Thailand sejak Desember, dan seharusnya terbang kembali ke Kyiv pada pertengahan Maret, tetapi penerbangan mereka dibatalkan, dan keluarga mereka meminta supaya mereka tinggal di luar negeri selama mungkin.
"Kami tidak bisa bersantai di sini, kami tidak bisa enjoy berenang di laut," kata Alina. "Setiap hari kami menonton dan membaca berita. Sayang sekali kami tidak dapat membantu keluarga kami dengan kembali ke sana."
Alina mengatakan keluarganya berada di daerah yang relatif aman di Kyiv, tetapi mereka masih mendengar suara rudal Rusia tidak jauh dari sana. Bagi mereka, itu membawa kembali kenangan ketika harus meninggalkan kota asal mereka, Donetsk, setelah konflik dimulai di sana delapan tahun lalu.
Keluarga Anton telah meninggalkan Kyiv dan pindah ke dekat perbatasan Hongaria, sehingga mereka dapat menyeberang jika situasinya memburuk.
Perempuan muda lain, yang memperkenalkan diri sebagai Yulia, menghampiri saya sambil menangis, dan menunjukkan gambar di ponselnya yang menunjukkan kehancuran di kotanya sendiri, Irpin, di luar Kyiv.
Keluarganya telah pindah ke Kyiv, katanya, tapi dia terlalu sedih untuk bercerita lebih banyak. Semua warga Ukraina yang terdampar ditawari perpanjangan visa 90 hari, tetapi beberapa dari mereka khawatir uang mereka akan habis.
Baca juga:
- Kesaksian warga Rusia kena PHK karena menentang perang di Ukraina
- 'Jangan percaya propaganda, hentikan perang,' - Kesaksian jurnalis Rusia malu bekerja untuk 'propaganda Kremlin'
- Rusia menyerbu, mahasiswa Ukraina jadi tentara relawan, dilatih tiga hari langsung terjun ke garis depan
Pemilik bisnis dan pemerintah setempat berusaha membantu para wisatawan ini dengan berbagai cara.
Kedutaan Besar Ukraina di Thailand mengatakan mereka telah menerima lebih dari 100 tawaran akomodasi gratis dari penduduk Thailand. Pemerintah Thailand sedang berusaha menemukan cara lain bagi warga Rusia untuk memindahkan uang mereka ke sini untuk membiayai akomodasi mereka, termasuk menggunakan aplikasi transfer internasional dan sistem perbankan lokal.
Ketika kami mengunjungi restoran Veranda di Karon saat makan siang, dengan patung beruang plastik besar menyambut kami di pintu, hanya ada dua meja yang terisi.
"Sekitar Tahun Baru kami penuh, setiap hari," kata manajer restoran, Dee. "Tapi pelanggan kami tidak bisa lagi menarik dana untuk membayar makanan mereka."
Pemilik restoran Rusia itu malah menawarkan pelanggan opsi pembayaran dengan transfer melalui kartu yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia seperti Sberbank, Alfa dan Tinkoff.
Pasangan Rusia yang saya temui tinggal di losmen murah milik perusahaan Denmark, Plan-B.
Salah seorang pemilik Plan-B, Toke Terkelsen mengatakan ia sekarang menawarkan diskon kepada pelanggan Ukraina dan Rusia, atau kesempatan untuk pindah ke kamar yang lebih murah. Ia telah mengalokasikan hostel dengan tempat tidur gratis bagi mereka yang kehabisan uang tunai.
Berharap pariwisata bangkit kembali
Di pantai Phuket yang indah Anda bisa mendengar banyak orang berbicara dalam bahasa Rusia. Di sini ada wisatawan dari Kazakhstan, dari kota-kota Siberia seperti Omsk, Irkutsk dan Novosibirsk, semuanya melarikan diri dari musim dingin utara yang dingin.
Tetapi jumlah mereka hanya sebagian kecil dari wisatawan yang biasa datang sebelum pandemi Covid, itu pun semakin berkurang.
Selama beberapa minggu ke depan, pemerintah Thailand dan Kedutaan Besar Rusia mengatakan mereka akan mengeksplorasi cara-cara alternatif untuk membawa pulang warga Rusia yang terdampar, baik melalui penerbangan evakuasi khusus atau menggunakan maskapai penerbangan yang masih terbang ke sana.
Setelah mereka pergi, kebangkitan pariwisata yang sudah lama diharapkan oleh Phuket akan terhenti lagi, menanti lebih banyak turis Eropa, turis India, dan akhirnya, turis China untuk datang kembali beramai-ramai seperti dahulu kala.
Toke Terkelsen yakin itu akan segera terjadi.
"Bahkan dengan apa yang terjadi saat ini di dunia, Masih ada banyak orang yang sudah tinggal di rumah selama dua tahun, dan sudah menabung dan benar-benar ingin berlibur," katanya.
"Jika Thailand sudah buka sebagai pintu gerbang utama untuk Asia, dan sementara negara-negara lain masih tutup, akan ada banyak orang datang ke Thailand."
Berita Terkait
-
Tembus 187 Kasus, Kecelakaan Kereta di Daop 1 Jakarta Terbanyak Melibatkan Orang!
-
Posting Foto Fitting Baju Adat, El Rumi Siap Nikahi Syifa Hadju?
-
Ulasan Buku My Olive Tree: Menguak Makna Pohon Zaitun bagi Rakyat Palestina
-
Dari Singkong Jadi Solusi Dunia: Bioplastik Greenhope Curi Perhatian di Expo Osaka 2025
-
4 Cleansing Balm Mini Size Harga Rp20 Ribuan, Praktis Dibawa Traveling!
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Tembus 187 Kasus, Kecelakaan Kereta di Daop 1 Jakarta Terbanyak Melibatkan Orang!
-
Gelagapan Baca UUD 45, Ekspresi Wakil Ketua DPRD Pasangkayu Disorot: Yang Dibaca Pancasila?
-
"Segel Tambang, Bukan Wisata Alam": Warga Puncak Sampaikan Protes ke Menteri LH
-
Pengurus PWI Pusat 2025-2030 Resmi Dikukuhkan, Meutya Hafid Titip Pesan Ini
-
Mardiono Terbuka Merangkul Kubu Agus Suparmanto: Belum Ada Komunikasi, Belum Lihat Utuh SK Kemenkum
-
KAI Antisipasi Ledakan 942 Ribu Penumpang di HUT TNI Besok: Ambulans dan Medis Kami Siapkan
-
Kembalikan 36 Buku Tersangka Kasus Demo Agustus, Rocky Gerung Berharap Polisi Baca Isinya, Mengapa?
-
Kasus Siswa Keracunan MBG di Jakarta Capai 60 Anak, Bakteri jadi Biang Kerok!
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!