Suara.com - Anggota Tim Perumus Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) Harkristuti Harkrisnowo mengemukakan berdasarkan data badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) per November 2021, aborsi adalah intervensi kesehatan yang umum.
Sehingga dari data WHO, aborsi bukan sesuatu yang luar biasa, namun aman jika menggunakan metode yang direkomendasikan.
"Bahwa aborsi itu adalah intervensi kesehatan yang umum. Jadi itu bukan sesuatu yang luar biasa tapi itu biasa saja dan aman bila dilakukan dengan menggunakan metode yang direkomendasikan mereka," ujar Harkristuti dalam diskusi publik 'Pengaturan Aborsi Dalam Upaya Pembaruan KUHP' secara virtual, Jumat (22/4/2022).
Adapun kapan menentukan aborsi, yakni sesuai dengan durasi kehamilan dan dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan. Pasalnya, kata dia, hal tersebut dimunculkan WHO karena banyak adanya aborsi yang tak aman.
"Kapan menentukannya? Sesuai dengan durasi kehamilan dan harus dilakukan oleh orang yang memang memiliki keterampilan yang diperlukan. Jadi ini dimunculkan oleh WHO karena ternyata banyak sekali adanya aborsi tidak aman," ucap dia.
Ia menjelaskan, berdasarkan data WHO enam dari 10 kehamilan yang tidak diinginkan atau direncanakan, berakhir dengan aborsi yang diinduksi.
Kata Harkristuti sebanyak 45 persen aborsi tidak aman. 97 persen bahkan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
"Dari seluruh jumlah aborsi yang diinduksi ini, ternyata 45 persennya itu yang tidak aman, 97 persen di antaranya terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini adalah penyebab utama kematian dan morbiditas ibu ,padahal ini sangat bisa dicegah," kata Harkristuti.
Karena itu, Harkristuti menuturkan dari data WHO, aborsi tidak selalu menimbulkan kematian jika jika dilakukan dengan aman dan memenuhi syarat-syarat.
Baca Juga: Tim Perumus RKUHP Sebut Salah Kaprah Aborsi, Harkristuti Harkrisnowo: Bukan Pengguguran Kandungan
"Jadi aborsi itu tidak selalu menimbulkan kematian apabila dilakukan dengan aman dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Apabila dilakukan secara tidak aman, akan ada sejumlah komplikasi kesehatan fisik dan mental, serta beban sosial dan keuangan bagi perempuan masyarakat dan juga sistem kesehatan, ini dari WHO juga ya," katanya.
Permasalahannya kata Harkristuti berdasarkan data WHO yaitu kurangnya akses keperawatan aborsi yang aman, tepat waktu terjangkau dan terhormat adalah masalah kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia yang kritis.
"Yang di kita (Indonesia) juga, walaupun kita sudah mempunyai satu peraturan pemerintah peraturan menteri tentang aborsi, tentang klinik aborsi, akan tetapi nampaknya belum belum diterapkan, sehingga lebih banyak yang pergi ke lklinik klinik aborsi yang ilegal, yang mengakibatkan hal yang sangat sangat miris ya ,yang sangat negatif," ungkapnya.
Ia juga menyebut data dari WHO, bahwa hampir setengah dari semua kehamilan sekitar 121 juta tidak disengaja atau tidak direncanakan. Bahkan 73 juta aborsi terjadi setiap tahun di seluruh dunia.
"Setiap tahun terjadi 73 aborsi di seluruh dunia," kata dia
Lebih lanjut, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) itu menyebut ada dua jenis aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa pengaruh dari luar atau tanpa tindakan dan aborsi yang dilakukan dengan sengaja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD