Suara.com - Seorang balita berusia tiga tahun, Nevaeh Austin, adalah satu-satunya anak yang diantar oleh bus sekolah ke tempat penitipan di Central Queensland, namun tidak diturunkan dan tertinggal selama enam jam di dalam bus.
Hal itu disampaikan oleh Detektif Inspektur Darrin Shadlow dari kepolisian setempat, Kamis (05/05), saat menjelaskan peristiwa yang terjadi hari Rabu kemarin.
Inspektur Shadlow mengatakan dua staf dari tempat penitipan anak Le Smileys di Gracemere, pinggiran Kota Rockhampton, meninggalkan bis tanpa Nevaeh sekitar pukul 09.00 kemarin.
Dikatakan, Nevaeh ditemukan enam jam kemudian dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Staf tempat penitipan anak itu menemukan Nevaeh saat dia akan jemput pulang sekolah sekitar pukul 3 sore.
"Tampaknya Nevaeh adalah satu-satunya anak di dalam bus pada saat itu," katanya.
"Jadi jelas, ketika mereka kembali ke tempat penitipan anak, supir dan satu orang lainnya di dalam bus pada saat itu, lupa bahwa Nevaeh masih ada di sana," jelas Inspektur Shadlow.
"Tampaknya telah terjadi beberapa pelanggaran prosedur, dan akibatnya kini seorang anak kecil sedang berjuang untuk tetap hidup," tuturnya.
Setelah ditemukan di dalam bus, Nevaeh selanjutnya dibawa ke dalam gedung tempat penitipan anak, di mana paramedis sempat memberikan bantuan pernafasan dalam upaya menjaganya agar tetap bernafas.
Baca Juga: Haru! Balita Ini Senang Diajak Ziarah ke Makam Ibunya: Kita ke Rumah Mama
Dia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Rockhampton, dan malamnya diterbangkan ke Brisbane, ibu kota negara bagian Australia, untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Detektif Inspektur Shadlow tidak ingin berspekulasi apakah Nevaeh akan pulih sepenuhnya.
"Dia berada dalam kondisi cukup serius tadi malam, namun saya yakin sudah sedikit stabil," katanya.
"
"Dia masih kritis, tapi syukurlah kondisinya stabil," tambahnya.
"
Duduk di kursi kiri baris kedua
Inspektur Shadlow menjelaskan Nevaeh dijemput dari rumahnya di Gracemere pada pagi hari dan duduk di kursi sebelah kiri di baris kedua dalam bus bersama tas sekolahnya ketika dia ditinggal sendiri.
Bus itu diparkir di depan tempat penitipan anak, persis di sisi pintu masuk depan.
"Kami memeriksa semua pihak dan tidak akan melewatkan apa pun dalam upaya penyelidikan," tegas Inspektur Shadlow.
"Kami menurunkan tim fotografi, penyelidik ilmiah, ahli forensik ke tempat kejadian supaya kami dapat mengungkap setiap kemungkinan dan apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya.
Tim penyelidik juga akan memeriksa semua orang yang datang dan pergi dari tempat penitipan anak itu sepanjang hari.
"Kami akan memeriksa lebih dari sekadar supir dan staf pendukung," katanya.
Inspektur Shadlow menyebutkan bus ini adalah milik tempat penitipan anak, begitu pula supir dan staf pendukung yang adalah pekerja di sana.
Sekolah usia dini tersebut kini ditutup oleh polisi dan tidak jelas kapan akan dibuka kembali.
"Kami telah menetapkannya sebagai tempat kejadian perkara (TKP), baik bus maupun sekolahnya," ujar Inspektur Shadlow.
"Tempat ini tidak akan beroperasi sampai kami mencabut status TKP itu, yang bisa memakan waktu beberapa hari," tambahnya.
Staf kooperatif 'sampai tingkat tertentu'
Inspektur Shadlow mengatakan staf yang terlibat menunjukkan sikap "kooperatif sampai tingkat tertentu", tapi bantuan hukum telah diminta untuk mereka.
"Kami semua berdoa untuk pemulihan penuh Nevaeh," katanya.
"Keluarganya jelas putus asa dan kini mereka menemani Neveah di Brisbane," tambahnya.
Secara terpisah, Pengawas Layanan Ambulans Queensland, Jason Thompson mengatakan bahwa paramedis sempat merawat Neveah di lantai di dalam gedung sekolah itu.
"Saya masih merinding saat membicarakannya sekarang," ujarnya.
"Saat seorang anak sakit, itu traumatis, dan bila bila kondisnya kritis dan tidak sadar, hati kita turut hancur," ujarnya.
Insiden yang menimpa Nevaeh ini terjadi dua tahun setelah Malik Nicholas Floyd Namok-Malamoo, yang juga berusia tiga tahun, meninggal dunia setelah tertinggal di dalam bus di tempat penitipan anak di Edmonton, pinggiran Kota Cairns.
Seorang pejabat Pemerintah Queensland, Cameron Dick, menyatakan pihaknya berharap agar polisi dapat menyelesaikan penyelidikan mereka.
Ia mengingatkan aturan sederhana yang wajib ditaati oleh setiap pengelola tempat penitipan anak yang memberikan pelayanan antar jemput bus sekolah. Yaitu, 'Periksa lagi sebelum mengunci'.
"Itu aturan yang sangat sederhana dan saya pikir bagi banyak dari kita sulit untuk memahami bagaimana insiden ini bisa terjadi lagi," ujarnya.
Dua orang dewasa dalam satu bus sekolah
Ketua organisasi pengelola tempat penitipan anak, Australian Childcare Alliance Queensland, Majella Fitzsimmons mengatakan pemerintah telah mengubah undang-undang setelah kematian Malik.
"Mulai sekarang, harus ada dua orang yang mengawal di dalam bus. Jadi setiap bus harus memiliki dua staf, meskipun hanya satu anak atau lima anak di dalam bus tersebut," katanya.
Menurut Majella, pusat penitipan anak harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk antar jemput anak-anak di bus sekolah dan staf harus ikut pelatihan setiap caturwulan.
Dia mengatakan sebagian besar bus penitipan anak digunakan untuk membantu keluarga rentan dan kurang mampu yang tidak memiliki mobil sendiri.
Politisi federal dari daerah itu Michelle Landry mendesak adanya evaluasi besar-besaran terhadap pusat penitipan anak.
"Pusat penitipan anak harus mematuhi apa yang seharusnya mereka patuhi," katanya.
"Kita tidak mau anak kita ditinggalkan di dalam kendaraan seperti itu, dan berakhir di rumah sakit," ujar Michelle.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia.
Berita Terkait
-
Chery Fasilitasi Towing Gratis dan Diskon Suku Cadang Bantu Banjir Sumatera
-
Real Madrid Gagal Menang Lagi, Xabi Alonso Ogah Pusing, Musim Masih Panjang
-
Formasi Petugas Kesehatan Haji (PKH) 2026 via daftarin.kemkes.go.id
-
Klub Kevin Diks Bertahan Konsisten Jadi Klub Tak Terkalahkan di Bundesliga Liga Jerman
-
7 Rekomendasi Bedak Padat untuk Kulit Kuning Langsat, Bikin Cantik Natural
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
KPK Bantah Tuduhan Penggelapan Aset Rp 600 Miliar: Balik Sorot Dugaan Pemalsuan Dokumen Sitaan
-
Cegah Penjarahan Meluas, Polda Sumut Kerahkan Brimob di Minimarket hingga Gudang Bulog!
-
BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca di Tiga Provinsi Sumatera untuk Amankan Penyaluran Bantuan Banjir
-
Bahlil Perintahkan Kader Golkar Turun Langsung ke Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
-
Kapolri Kerahkan Kekuatan Penuh: Buka Jalur Terisolasi di Aceh, Sumut, Sumbar
-
Detik-detik Gudang Logistik RS Pengayoman Cipinang Terbakar, 28 Pasien Dievakuasi
-
PBB Sebut Jakarta Kota Terpadat Dunia, Rano Karno Curiga Ada Jebakan Aglomerasi?
-
Kirim Bantuan Skala Besar untuk Korban Bencana Sumatra, Pemprov DKI Pakai KRI dan Helikopter
-
Peringatan Dini BMKG: Mayoritas Kota Diguyur Hujan, Waspada Cuaca Ekstrem
-
Tinjau Langsung Kondisi Terdampak Bencana, Prabowo Bertolak ke Sumatra Pagi Ini