Suara.com - Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri mengatakan satu keluarga yang ditemukan meninggal di kediamannya, Kalideres, Jakarta Barat tidak serta merta dapat dikaitkan dengan ketertutupan dan keengganan mereka bersosialisasi dengan tetangga sekitarnya.
Reza menegaskan keengganan bersosialisasi para korban yang diungkap kepolisian, tidak dapat dikambing hitamkan.
"Dengan kata lain, kita tidak bisa dalam tanda kutip mengkambinghitamkan, serta merta jika warga yang enggan bersosialisasi sebagai masalah. Tapi boleh jadi cara beradaptasi yang bersangkutan terhadap situasi justru bermasalah," kata Reza lewat sebuah video yang dikirimkannya, Senin (14/11/2022).
Menurutnya, rumah korban yang selalu tertutup dengan pagar yang tinggi, bisa jadi sebagai bentuk adaptasi mereka dengan lingkungan tempat tinggalnya. Keengganan bersosialisasi disebutnya adalah akibat.
"Akibat apa? Sekali lagi mari kita bicara tentang bentuk pagar di perumahan itu. Jadi pertanyaan, kenapa pagar harus setinggi itu. Apakah warga atau sebagian warga menganggap kampung mereka bukanlah kampung yang aman?" kata Reza.
"Kalau mereka merasa kampung mereka bukan kampung yang aman, di situ rawan kejahatan, maka menurut saya masuk akal juga jika warga memilih untuk enggan bersosialisasi. Enggan membuka pagar terlalu sering. Enggan untuk memasang atau membangun pagar dalam ukuran rendah," sambungnya.
Dalam kasus ini, pagar yang tinggi dan keengganan bersosialisasi menurut Reza menjadi penyebab para korban ditemukan setelah diduga meninggal sejak tiga minggu sebelumnya.
Baca Juga: Kasus Kematian Sekeluarga, Pemkot Evaluasi RT RW di Kalideres untuk Aktif Bangun Interaksi Warga
"Saya belum bisa membangun asumsi apa pun terkait keenganan bersosialisasi dengan kematian. Saya belum bisa berspekulasi soal itu," ujarnya.
"Tapi pagar yang sedemikian tingggi keengganan mereka bersosialisasi itulah yang menyebabkan mereka terlambat ditemukan oleh warga, dan pihak kepolisian," sambungnya.
Di sisi lain, terkait temuan kepolisian para korban meninggal karena kelaparan atau tidak makan, tidak serta merta dapat menuntaskan kasus ini. Kepolisian harus lebih jauh lagi mendalami kelaparan yang berujung satu keluarga meninggal.
Reza memaparkan pada peristiwa kematian digolongkan empat faktor penyebabnya, yaitu secara alamiah, karena faktor usia atau penyakit. Kecelakaan seperti tersengat listrik atau terjatuh. Lalu bunuh diri dan karena pembunuhan.
"Persoalannya adalah, karena dalam perkara ini ada 4 orang yang meninggal dunia, maka kita sebenarnya tidak bisa menarik kesimpulan tunggal. Bahwa ada satu faktor yang berlaku menjadi penyebab kematian bagi seluruh jenazah tersebut," ujarnya.
Polisi harus mengategorikan masing-masing korban meninggal karena faktor tertentu. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan mereka meninggal karena kombinasi keempat faktor yang dipaparkannya.
"Misalnya ada satu orang, yang meracuni anggota keluarganya, kemudian orang tersebut menghabisi dirinya. Maka dalam peristiwa ini kita ketahui ada dua penyebab yaitu, homicide (pembunuhan) dan suicide (bunuh diri). Nah ini yang harus dipilah," ujarnya.
Pada kasus ini, tidak dapat berhenti pada dugaan kelaparan. Lebih jauh kepolisian harus mendalami penyebab mereka kelaparan. Karena paksaan untuk tidak makan, dan karena faktor kesehatan fisik atau mental yang menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya
"Kalau misalkan mereka mengalami demensia atau mengalami gangguan jiwa tertentu, yang menyebabkan mereka tidak bisa berpikir secara jernih sehingga tidak bisa mencari makanan, maka penyebabnya ini adalah natural atau alami," kata Reja.
"Tapi sebaliknya. Jika ada satu pihak yang memaksa satu pihak tidak makan berhari-hari, tidak memasok makanan selama sengaja sekian lama, kepada anggota keluarga, maka ini adalah pembunuhan atau homicide," sambungnya.
Kekinian, meninggalnya satu keluarga yang terdiri dari empat orang tersebut masih menjadi misteri. Kepolisian juga masih melakukan penyelidikan.
Jenazah keempatnya pertama kali ditemukan pada Kamis (10/11/2022) lalu, karena keluhan warga yang mencium aroma tidak sedap dari rumah korban yang berada di kawasan Kalideres, Jakarta Barat. Satu keluarga yang tewas itu adalah Rudianto (71), Margaret (58), Dian (40) dan Budianto (69).
Berita Terkait
-
Kasus Kematian Sekeluarga, Pemkot Evaluasi RT RW di Kalideres untuk Aktif Bangun Interaksi Warga
-
Misteri Meninggalnya Satu Keluarga di Kalideres, Dokter Forensik Sebut Maksimal 60 Hari Bertahan Hidup Tanpa Makan
-
Remaja Tewas Terkena Sabetan Sajam di Kalideres, Darah Berceceran
-
Temuan Bungkus Makanan Kasus Sekeluarga Tewas di Kalideres, Kapan Terakhir Keluarga Rudyanto Makan Diusut Polisi
-
Misteri Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Kriminolog Ungkap 2 Kemungkinan Penyebabnya
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat
-
Temuan Baru: Brimob Dalam Rantis Sengaja Lindas Affan Kurniawan
-
PAN Tolak PAM Jaya Jadi Perseroda: Khawatir IPO dan Komersialisasi Air Bersih
-
CEK FAKTA: Isu Pemerkosaan Mahasiswi Beralmamater Biru di Kwitang
-
Blusukan Gibran Picu Instruksi Tito, Jhon: Kenapa Malah Warga yang Diminta Jaga Keamanan?
-
DPR Sambut Baik Kementerian Haji dan Umrah, Sebut Lompatan Besar Reformasi Haji
-
CEK FAKTA: Viral Klaim Proyek Mall di Leuwiliang, Benarkah?