Suara.com - BBC Indonesia bertemu dengan dua orang warga dari sebuah desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang berantakan dan terisolasi akibat gempa.
Desa Cibereum adalah salah-satu wilayah di Kabupaten Cianjur yang terdampak paling parah. Sebagian besar rumah di desa itu rusak parah dan ringan.
Desa ini agak terisolasi karena jalan raya yang menghubungkan desa itu dengan Kota Cianjur atau Bandung, terputus akibat tanah longsor di salah-satu ruasnya.
Baca juga:
- Longsor Sukabumi: Rawan bencana dan 'tidak layak huni' tapi sulit pindahkan warga
- Gempa bumi terlama selama 32 tahun ternyata pernah melanda Sumatera
- Nyi Roro Kidul, Kayori, hingga batu karang: Pesan 'siaga bencana' dari masa lalu
Otoritas terkait sampai Selasa siang terus berusaha membuka lagi akses ke desa-desa di wilayah itu.
Sampai Selasa (22/11) siang, sebagian warga di desa itu mengungsi di lokasi yang dianggap aman dan mendirikan tenda sederhana secara sukarela.
Mereka mengaku masih trauma dan membutuhkan bantuan makanan, selimut dan tenda yang layak. Inilah kisahnya:
'Kami butuh makanan untuk anak-anak dan tenda yang layak'
Rodiyah, 55 tahun, warga Desa Cibereum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, masih trauma setelah gempa dahsyat meluluhlantakkan rumahnya.
Ketika gempa 5,6 magnitudo itu mengguncang, Senin (21/11) siang, Rodiyah tengah bersama cucunya di dalam rumah. Anggota keluarga lainnya sedang beraktivitas di luar rumah.
Baca Juga: Perempuan dan Anak Rentan Kekerasan di Pengungsian, KemenPPPA Terjunkan Tim ke Lokasi Gempa Cianjur
"Saya lari keluar," suara Rodiyah tercekat. Lalu tangisnya pecah. "Cucu saya gendong dan lari."
Dia lalu membayangkan ceritanya bisa lain kalau siang itu dia dan cucunya tidur di kamar. "Saya barangkali akan terjebak di sana."
Sejak kejadian itu, Rodiyah sama-sekali tak berani menginjakkan kakinya di sana. "Rumah saya hancur setengah, ambruk bagian depan."
Bersama sebagian tetangganya, Rodiyah dan keluarganya mengungsi di sebuah tanah lapang. Di sanalah mereka mendirikan tenda seadanya.
"Saya belum berani pulang, saya takut, trauma," ungkapnya saat ditemui wartawan BBC News Indonesia, Muhammad Irham, di lokasi pengungsian, Selasa (22/11).
Sampai Selasa (22/11) siang, warga desa itu belum menerima bantuan logistik dan kesehatan.
"Kami butuh makanan untuk anak-anak. Kami juga butuh tenda yang layak," kata Rodiyah.
'Kami kelaparan, dan kami berinisiatif membuat dapur umum'
Yani Mulyani, 55 tahun, bercerita ada tetangganya yang belum diketahui nasibnya, setelah rumahnya roboh dan menimpa mereka.
"Mereka kemungkinan tertimbun, belum ada yang menolong. Kami trauma," ujarnya.
Yani dan anggota keluarganya selamat, tetapi dia tak dapat menolong beberapa tetangganya yang menjadi korban.
"Kami cuma bisa menyelamatkan diri," ungkapnya kepada wartawan BBC News Indonesia, Muhammad Irham. Dia kemudian tak kuasa menahan tangis.
Rumahnya rusak parah. Pilihan satu-satunya adalah mengungsi. Sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT), Yani kemudian bersama tetangganya berinisiatif membangun tenda darurat.
Dihadapkan gempa susulan yang berulangkali, dan rumah rusak parah, trauma, serta keterbatasan logistik, Yani dan warga membuat dapur umum.
"Jam lima sore [Senin, 21 November], kami lapar, tidak ada makanan. Kami butuh makanan untuk anak-anak," ungkapnya.
Mereka kemudian memutuskan 'hutang' ke pemilik warung di kampung, lalu "masak bareng-bareng".
"Kami makan seadanya," ujarnya. Dia mengaku sampai Selasa (22/11), belum ada bantuan dari otoritas terkait.
Di sinilah Yani kemudian berharap agar pemerintah segera memberikan bantuan berupa makanan bayi, popok, selimut hingga tenda yang layak.
Berita Terkait
-
Gempa M 4,7 Guncang Sumbar, BMKG Ungkap Sudah Terjadi 16 Kali Sepekan
-
Belum Kering Luka Banjir, Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Aceh Siang Ini
-
Apa yang Harus Dilakukan Bila Terjadi Gempa? Ini Panduan Lengkap agar Tetap Aman
-
Kecantikan Tersembunyi: Menyisir Canyon dan Air Terjun Cikondang
-
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Blitar, BMKG Ungkap Penyebabnya
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Diguyur Hujan Ringan, Waspada Banjir
-
Bahlil Tepati Janji, Kirim Genset Hingga Tenda ke Warga Batang Toru & Pulihkan Infrastruktur Energi
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Prabowo Tinjau Banjir Langkat, Fokus Pemulihan Warga
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam