Suara.com - Dalam forum "Indonesia di Tengah Tahun Politik dan Ancaman Resesi Ekonomi", selain membincangkan situasi politik dalam negeri menuju pemilihan umum atau pemilu, para pakar dan elit politik mengupas soal ekonomi dan resesi.
Dikutip dari rilis Dialog Akhir Tahun Unpacking Indonesia sebagaimana diterima Suara.com, Prof Anthony Budiawan menyoroti potensi terjadinya resesi ekonomi di luar persiapan menyambut pemilihan umum atau pemilu.
Menurutnya, ancaman resesi ekonomi adalah hal yang nyata, terutama jika menyoroti bagaimana The Fed bergerak menaikkan suku bunganya. Saat The Fed menaikkan suku bunga, akan menambah beban Bank Indonesia untuk menahan kurs rupiah. Jika kurs rupiah bergerak naik, maka akan memicu terjadinya inflasi.
Hal yang menjadi perhatian bagi Anthony adalah hasil penelitan Litbang Kompas 2020 yang menyebut bahwa mayoritas penduduk RI tak mampu membeli makanan bergizi. 68 persen atau sekitar 167,8 juta penduduk RI termasuk dalam golongan rakyat miskin dengan pendapatan per kapita kurang dari 1,1 juta rupiah per bulan menurut standar World Bank.
"Dengan Omnibus Law Cipta Kerja, fakta krusial ini mengkhawatirkan karena berpotensi meningkat. Sebab upah buruh dan kenaikan yang diatur di UU Cipta Kerja sangat rendah. Ini akan meningkatkan angka kemiskinan," jelasnya.
Anthony menegaskan, tahun 2023 resesi tak bisa dihindari. Dan jalan keluar yang bisa dipilih oleh pemerintah adalah menyelamatkan masyarakat yang berpotensi terkena dampak resesi.
Khairul Umam juga menyoroti resesi yang berpotensi terjadi di 2023. Menurutnya, resesi berdampak signifikan. Sebab resesi akan berdampak pada jumlah pengangguran.
Jika inflasi turun 1 persen, maka jumlah pengangguran akan meningkat karena jumlah lapangan kerja yang hilang bisa mencapai angka dua juta.
"Pemerintah perlu mengevaluasi proyek-proyek strategis. Apakah bisa diprioritaskan atau tidak. Sebab pangan dan energi akan terdampak," jelas Khairul Umam.
Baca Juga: Dialog Akhir Tahun Unpacking Indonesia: Kedaulatan Rakyat Jadi Prioritas, Substansi Perlu Dibenahi
Pendapat Umam dikomentari Akbar Faisal, politisi Partai Nasdem yang menyatakan cadangan beras di Bulog saat ini sangat menipis. Jumlah yang ada hanya 240.000 ton beras, padahal harusnya pemerintah memiliki stok sebanyak 1,5 juta ton.
Kesempatan untuk mengimpor beras juga tak luas karena Thailand dan Vietnam membatalkan kontrak. Produsen beras mengamankan beras mereka karena ancaman resesi global.
"Dengan kondisi ini, maka narasi kritis pada pemerintah harus berubah. Bukan lagi soal dukung mendukung, tapi lebih sektoral," ujarnya.
Sementara itu pengamat politik Adi Prayitno sependapat dengan Akbar Faisal. Ia mengaminkan bahwa ekonomi Indonesia hari ini berada dalam ancaman yang cukup serius sehingga narasi perubahan harus didengungkan. Sebab, Indonesia sedang tidak baik-baik saja, maka sebaiknya narasi pembicaraan lebih fokus pada isu-isu sektoral.
Sementara bagi Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelora menyebutkan bahwa pemerintah harus belajar untuk rendah hati dan mendengarkan suara publik, dan harus ada yang bisa meyakinkan pemerintahan Jokowi. Sebab, sampai hari ini tak ada isu yang menjadi masalah yang diabsorsi oleh negara untuk dicari solusi yang sistemik.
Sehingga kalau pemerintah mau rendah hati dan bersedia mendengar keresahan publik, pemerintah akan bersedia juga membangun infrastruktur pikiran, bukan hanya infrastruktur material.
Berita Terkait
-
Penggunaan Keuangan Digital Meningkat, Volume Transaksi QRIS Tembus Rp1.092 Triliun
-
Ekonomi Global Bakal Melambat di 2026, Bagaimana Kondisi Indonesia?
-
Transformasi Makin Cepat, Potensi Ekonomi Digital Bisa Tembus 360 Miliar Dolar AS
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
Purbaya Minta 'BUMN Kemenkeu' Turun Tangan Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
Terkini
-
Gus Yazid Dijerat TPPU Rp20 M, Diduga Nikmati Uang Korupsi Tanah BUMD Cilacap
-
PNM Kembali Turun Langsung ke Aceh Tamiang, Salurkan Bantuan & Perkuat Proses Bangkit Pasca Bencana
-
Satgas Damai Cartenz Tangkap 45 Anggota OPM Sepanjang 2025, 15 Tewas Saat Melawan!
-
KPK Endus Aliran Dana Kasus Korupsi BJB ke Aura Kasih: Kami akan Cek
-
Keluh Kesah Penyelenggara Event di Jakarta Usai Aturan Kawasan Tanpa Rokok Terbit
-
Waspada! Teror Pohon Tua Tumbang di Jantung Jakarta, Motor dan Halte Hancur
-
Mutasi Besar-besaran Kejagung: Ini Daftar Lengkap 43 Kajari Baru, Cek Daerahmu!
-
Hari Kiamat Versi Ebo Noah Tak Terjadi, Publik Ghana Heran Sang "Nabi" Malah Pamer Mercedes-Benz
-
Tinjau Stasiun Tugu Yogyakarta, Menteri Arifah Fauzi Beri Dua Catatan Penting untuk PT KAI
-
Makan Bergizi Gratis Dimulai Serempak 8 Januari 2026, Simak Jadwal Persiapan dari BGN