Suara.com - Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) tak henti mengajak umat Islam dan konsumen muslim di Indonesia untuk tidak menggunakan atau mengonsumsi semua produk yang terafiliasi dengan Israel.
Ajakan tersebut dinilai sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan terhadap warga Palestina yang saat ini tengah dijajah oleh Israel.
Direktur Eksekutif YKMI Ahmad Himawan mengatakan, bulan suci Ramadhan kali ini dapat menjadi momentum gerakan boikot produk pro Israel bisa terjadi secara massif.
Gerakan #RamadhanTanpaProdukGenosida ini sekaligus komitmen umat muslim untuk mengikuti Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina.
“Kami mengajak khususnya umat muslim di seluruh Indonesia untuk bersama-sama bergerak, memboikot dan tidak lagi menggunakan produk dari perusahaan yang terafiliasi dengan Israel,"
"Berdasarkan analisis dan kajian internal, kami sudah mendata dan mengidentifikasi ada sepuluh perusahaan, produk yang terafiliasi dengan Israel," jelas Himawan dalam diskusi Ramadhan Tanpa Produk Genosida, di Jakarta Selatan, Jumat (15/3).
Kesepuluh produk tersebut meliputi Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King, Kurma Israel.
Beberapa produk di antaranya diproduksi sepenuhnya dan dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Adapun seluruh produk ini juga masuk dalam daftar perusahaan dan produk yang juga diungkapkan sejumlah sumber internasional, di antaranya boycott.thewitness dan bdnaash.
Himawan menjelaskan, ada sejumlah kriteria yang menjadikan produk tersebut disebut sebagai produk-produk terafiliasi Israel atau produk genosida. Pertama, sebagian atau sahamnya dimiliki oleh perusahaan atau orang Israel.
Baca Juga: Profil Reality Club, Band Indie yang Tolak Tampil di Amerika Gara-Gara Bela Palestina
Kedua, perusahaannya secara terbuka atau tersirat memberikan dukungan kepada Israel dan kejahatan Israel di Palestina. Ketiga, terdaftar dalam situs-situs internasional kredibel yang memiliki data keterlibatan perusahaan-perusahaan global yang memiliki afiliasi dengan Israel, seperti boycott.thewitness dan bdnaash.
Dengan penjelasan daftar produk ini, umat muslim diharapkan akan memiliki pemahaman yang lebih tegas dan utuh atas produk-produk terafiliasi Israel yang harus dihindari penggunaannya.
“Daftar produk ini akan semakin memperjelas, memberikan pemahaman, dan menjawab kebingungan-kebingungan yang sempat muncul di masyarakat Indonesia tentang produk mana saja yang terafiliasi Israel," ujarnya.
Di sisi lain, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menilai gerakan boikot ini juga bisa menjadi peluang untuk kembali meningkatkan kembali rasa cinta terhadap produk asli buatan Indonesia.
Sejak muncul aksi boikot produk terafiliasi Israel, saat ini mulai massif terjadi peralihan penggunaan konsumen atas produk-produk nasional. Perusahaan-perusahaan nasional yang tidak terafiliasi Israel juga mulai membuka lapangan pekerjaan baru, dimana kebutuhan tersebut terbuka untuk semua level pekerjaan.
"Adanya tindakan boikot, kami melihat produk-produk nasional mengalami peningkatan penjualan yang signifikan serta membuka lapangan pekerjaan baru. Ini adalah perusahaan nasional, berbeda dari perusahaan asing. Lapangan pekerjaan yang terbuka bukan hanya di level bawah, melainkan juga hingga ke level atas. Ini tentu akan menjadi keuntungan untuk warga negara kita sendiri," ujarnya.
Berita Terkait
-
Profil Reality Club, Band Indie yang Tolak Tampil di Amerika Gara-Gara Bela Palestina
-
Konsumsi Kurma Impor Dijamin Aman, BPS Bilang Tak Berasal dari Israel
-
Caleg di Sukabumi Unggah Narasi Serang Umat Muslim, Stres Gegara Tak Terpilih?
-
Baru Tahu Disponsori Pemasok Senjata Israel, Reality Club Batalkan Tampil di Festival Musik Amerika
-
Profil Reality Club, Band Indonesia yang Rela Mundur dari Festival Amerika demi Dukung Palestina
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO