Suara.com - Ketegangan global semakin meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pelonggaran aturan penggunaan senjata nuklir negara tersebut, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi Perang Dunia Ketiga.
Langkah ini, yang diungkapkan melalui dokumen "Dasar-Dasar Kebijakan Negara dalam Bidang Penangkal Nuklir", membuka jalan bagi Moskow untuk merespons serangan konvensional yang didukung oleh kekuatan nuklir dengan serangan nuklir.
Profesor Anthony Glees, pakar keamanan dan urusan Eropa dari Universitas Buckingham, menyebut langkah Putin ini sebagai taktik yang tidak mengejutkan. Menurut Glees, ancaman Putin masih didasarkan pada pola lama yang mencakup intimidasi dingin dan ancaman kekerasan yang berbahaya.
"Putin hanya menegaskan kembali doktrin yang telah ia nyatakan sebelum Pemilu AS," ujar Glees dalam wawancara eksklusif.
Ia juga menyoroti bahwa ancaman ini diperkuat oleh serangan brutal Rusia, dengan ribuan warga Ukraina tewas akibat serangan drone dan misil yang didukung Iran dan Korea Utara.
Putin bahkan memperingatkan bahwa setiap agresi terhadap Rusia atau sekutunya, seperti Belarus, bisa memicu tanggapan nuklir.
Doktrin baru ini menyatakan bahwa Rusia akan menganggap dukungan militer dari negara nuklir, seperti Amerika Serikat atau Inggris, terhadap Ukraina sebagai serangan bersama terhadap Rusia. Ancaman ini memberi Rusia fleksibilitas besar, meski tanpa komitmen pasti untuk menggunakan senjata nuklir.
Meskipun doktrin ini memberi ruang bagi respons nuklir, Putin tetap menjaga opsi strategisnya tetap terbuka.
"Senjata nuklir adalah tindakan ekstrem untuk melindungi kedaulatan negara," kata dokumen tersebut, sembari menegaskan bahwa perubahan ini diperlukan karena munculnya ancaman militer baru.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan bahwa serangan Ukraina di Bryansk merupakan eskalasi serius. Ia meminta Amerika Serikat dan sekutu Barat untuk mempelajari doktrin nuklir yang diperbarui, mengisyaratkan bahwa setiap tindakan yang memperbesar risiko bagi Rusia bisa membawa dunia ke ambang konflik yang jauh lebih mematikan.
Baca Juga: Serangan Drone di Sumy Tewaskan 7 Orang, Termasuk Anak-Anak
Di tengah situasi ini, ketegangan antara Rusia dan Barat terus memanas. Presiden AS Joe Biden sebelumnya memberikan izin kepada Ukraina untuk menyerang sasaran di dalam wilayah Rusia dengan persenjataan canggih dari Amerika. Keputusan ini dianggap oleh Rusia sebagai ancaman langsung yang bisa memicu konsekuensi berbahaya.
Berita Terkait
-
Serangan Drone di Sumy Tewaskan 7 Orang, Termasuk Anak-Anak
-
Puluhan Ribu Warga Rusia Anti Perang Ditahan Selama Ekskalasi Konflik dengan Ukraina, Termasuk Vlogger Anna Bazhutova
-
Anggota Parlemen Ukraina Ngaku Muak dengan Kata Eskalasi: Kami Sudah Kenyang dengan Propaganda Ini
-
Rusia Dikecam Inggris Setelah Veto Resolusi Gencatan Senjata Sudan di PBB
-
Jerman Kirim 4.000 Pesawat Serang Tanpa Awak ke Ukraina
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pulihkan Nama Baik, Presiden Prabowo Beri Rehabilitasi Dua Guru Korban Kriminalisasi Asal Luwu Utara
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog