Suara.com - Joseph Corcoran (49), narapidana hukuman mati yang divonis bersalah atas pembunuhan empat orang, termasuk saudaranya sendiri dan tunangan sang adik, akhirnya dieksekusi di Indiana State Prison. Sebelum dieksekusi, Corcoran menyampaikan lima kata terakhir yang dingin dan mengerikan kepada petugas penjara: "Ayo selesaikan ini saja."
Eksekusi tersebut berlangsung pada 12.44 dini hari waktu setempat dan memakan waktu hampir 10 menit. Menurut Departemen Koreksi Indiana, Corcoran tidak banyak bicara ketika ditanya apakah ia memiliki kata-kata terakhir. “Tidak juga,” ucapnya singkat sebelum meminta proses eksekusi segera dilakukan.
Eksekusi Joseph Corcoran menjadi yang pertama di negara bagian Indiana dalam 15 tahun terakhir dan tercatat sebagai eksekusi ke-24 di negara bagian tersebut. Proses eksekusi dilakukan dengan pentobarbital, obat sedatif kuat yang sering digunakan untuk eksekusi mati. Namun, detail penggunaan obat tersebut tidak diumumkan secara resmi oleh pihak berwenang.
Tidak seperti di negara bagian lain, Indiana dan Wyoming memiliki aturan yang membatasi akses media untuk menyaksikan eksekusi mati. Namun, Corcoran memilih seorang jurnalis dari Indiana Capital Chronicle, Casey Smith, sebagai saksi.
“Saya hanya menjadi saksi langsung selama kurang dari 20 menit. Dari apa yang saya lihat, Corcoran tampak tenang dan hampir tidak bergerak menjelang kematiannya.” Smith dalam cuitannya di media sosial X/Twitter, menggambarkan situasi eksekusi.
Eksekusi tersebut disaksikan oleh empat orang melalui jendela satu arah di sebuah ruangan kecil yang berdekatan, termasuk dua anggota keluarga korban. Eksekusi itu berlangsung selama delapan menit, sebelum akhirnya Joseph Corcoran dinyatakan meninggal.
Joseph Corcoran dihukum atas pembunuhan brutal yang terjadi pada Juli 1997 di Fort Wayne, Indiana. Korbannya termasuk James Corcoran (30) yang merupakan saudara kandungnya, tunangan sang adik Robert Scott Turner (32), serta dua rekannya, Timothy G. Bricker (30) dan Douglas A. Stillwell (30).
Dokumen pengadilan menyebutkan, Corcoran melakukan penembakan karena merasa tertekan dengan pernikahan adiknya yang akan datang. Ia khawatir pernikahan itu akan memaksanya pindah dari rumah yang ditempati bersama saudara-saudaranya.
Lebih mengejutkan lagi, selama di penjara, Corcoran pernah mengaku telah menembak mati kedua orang tuanya pada 1992 di Steuben County, Indiana. Meski sempat didakwa, ia akhirnya dibebaskan dari tuduhan tersebut.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Terancam Hukuman Mati, Bantah Tuduhan Pemberontakan
Pengacara Corcoran telah berupaya selama bertahun-tahun untuk membatalkan eksekusi, dengan alasan bahwa kliennya mengalami gangguan mental yang memengaruhi kemampuannya untuk mengambil keputusan. Namun, permintaan untuk menghentikan eksekusi tetap ditolak.
Gubernur Indiana, Eric Holcomb, tahun lalu mengumumkan dimulainya kembali eksekusi mati di negara bagian tersebut setelah sempat terhenti selama beberapa tahun akibat kelangkaan obat suntik mati di AS. Kasus Corcoran menandai kebijakan baru tersebut, meskipun kontroversi tentang hukuman mati dan kondisi kesehatan mental pelaku masih menjadi perdebatan.
Berita Terkait
-
Presiden Korea Selatan Terancam Hukuman Mati, Bantah Tuduhan Pemberontakan
-
Diplomasi Berhasil, Mary Jane Veloso Dipastikan Segera Pulang ke Filipina
-
Oknum Polisi di Palangka Raya Terancam Hukuman Mati, Ini Gara-garanya
-
Satu per Satu Nama Bakal Diajukan ke DPR, Pemerintah Janji Transparan soal Napi Dapat Amnesti
-
Pemerintah Siap Ajukan Amnesti 44 Ribu Narapidana ke DPR Awal Tahun 2025
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana