Suara.com - Mantan Perdana Menteri Skotlandia, Humza Yousaf, mengecam keras usulan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza. Dalam wawancara eksklusif dengan Al Arabiya News, Yousaf menyebut rencana tersebut sebagai contoh nyata pembersihan etnis.
"Itu benar-benar definisi dari pembersihan etnis," ujar Yousaf saat ditanya apakah ia menganggap rencana Trump memenuhi kriteria tersebut.
Selain itu, Yousaf juga menyatakan kekhawatirannya terhadap gencatan senjata di Gaza yang mulai berlaku pada 19 Januari, tetapi kini terancam runtuh. Ia memperingatkan bahwa jika gencatan senjata gagal, warga sipil yang akan menderita, bukan kelompok bersenjata.
Yousaf menuduh para pemimpin Barat enggan menyebut rencana Trump sebagai pembersihan etnis karena adanya rasisme sistemik. Ia menegaskan bahwa reaksi global akan jauh berbeda jika pernyataan serupa datang dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengenai Ukraina.
“Jika ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari 16 bulan terakhir, itu adalah kenyataan pahit bahwa nyawa warga Palestina dan Arab tidak dianggap setara dengan nyawa orang Eropa atau masyarakat di Barat. Dan ini berakar pada rasisme yang sistemik dan terlembaga,” tegasnya.
Ia juga mengecam sikap pemerintah Inggris terhadap konflik di Gaza, menyebutnya sebagai tindakan pengecut. Yousaf menuduh London ikut bertanggung jawab atas perang di Gaza karena terus menjual senjata kepada Israel.
Lebih lanjut, ia mengkritik negara-negara yang belum mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
"Anda tidak bisa mengaku mendukung solusi dua negara, tetapi hanya mengakui satu negara saja," katanya, seraya menambahkan bahwa Skotlandia akan mengakui Palestina jika memiliki kewenangan hukum untuk melakukannya.
Selain membahas konflik Israel-Palestina, Yousaf juga membela pernyataan kontroversialnya tentang miliarder Elon Musk. Ia sebelumnya menyebut CEO Tesla dan SpaceX itu sebagai “orang paling berbahaya di dunia” karena pengaruhnya yang besar terhadap politik global.
Baca Juga: Jangan Sampai Dideportasi! Kemlu RI Beri Panduan Hukum untuk WNI di AS
“Saya menyebutnya sebagai orang paling berbahaya di dunia karena dia menggunakan miliaran dolar untuk mendapatkan akses tak terbatas ke mungkin orang paling berkuasa di dunia – Presiden Amerika Serikat. Dan dia tidak melakukannya untuk tujuan baik, tetapi untuk tujuan jahat,” ujar Yousaf.
Ia menuduh Musk memiliki keterkaitan dengan kelompok sayap kanan dan memiliki kecenderungan supremasi kulit putih.
“Elon Musk bukan hanya Islamofobik, saya yakin dia juga memiliki simpati terhadap supremasi kulit putih dan kelompok sayap kanan,” katanya.
Yousaf juga menyoroti serangan publik Musk terhadap Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan memperingatkan bahwa demokrasi Barat kini menghadapi ancaman kehancuran.
“Jika kita terus membiarkan gelombang kebangkitan sayap kanan yang didorong oleh kebencian terhadap Muslim, jika kita tidak menghadapi mereka yang mendukung, mempengaruhi, dan memperkuatnya seperti Elon Musk, maka saya yakin demokrasi Barat berada dalam ancaman kehancuran total,” ujarnya.
Menurut Yousaf, pengaruh Musk dalam politik merusak sistem demokrasi. Ia mempertanyakan bagaimana demokrasi yang sejati dapat bertahan jika para miliarder memiliki kekuatan untuk memanipulasi pemilu.
Berita Terkait
-
Jangan Sampai Dideportasi! Kemlu RI Beri Panduan Hukum untuk WNI di AS
-
14.000 Imigran Tanpa Dokumen Ditangkap di Era Trump, Guantanamo Jadi Kamp Tahanan?
-
Trump Janji Akhiri Perang Ukraina 24 Jam, Mungkinkah Terjadi?
-
Hamas Tekan Israel: 801 Truk Bantuan Akhirnya Masuk Gaza
-
Ultimatum Israel: Bebaskan Sandera atau Perang Baru di Gaza!
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Mensos Ungkap Alasan Rencana Digitalisasi Bansos: Kurangi Interaksi Manusia Agar Bantuan Tak Disunat
-
Terbongkar! Prostitusi Online WNA Uzbekistan di Jakbar, Pasang Tarif Fantastis Rp15 Juta