Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mendesak Ukraina untuk segera menggelar pemilu baru dalam sebuah pernyataan yang dianggap sebagai sindiran terhadap Presiden Volodymyr Zelensky dan cara kepemimpinannya menangani perang melawan Rusia.
Dalam konferensi pers yang digelar Selasa malam, Trump menyoroti absennya perwakilan Ukraina dalam pembicaraan damai yang melibatkan Amerika Serikat dan Rusia. Menurutnya, tidak adanya Zelensky di meja perundingan memunculkan pertanyaan apakah pemimpin Ukraina itu benar-benar memiliki legitimasi untuk berbicara atas nama rakyatnya.
“Kita melihat situasi di mana Ukraina belum mengadakan pemilu, mereka berada dalam hukum darurat militer. Pemimpin Ukraina, saya benci mengatakannya, tetapi dia hanya memiliki 4% tingkat persetujuan, dan negaranya hancur lebur,” ujar Trump.
Trump menyoroti kondisi Ukraina yang menurutnya telah luluh lantak akibat perang. Ia mengklaim bahwa sebagian besar kota di negara itu telah hancur dan menyamakan pemandangannya dengan situs pembongkaran besar-besaran.
“Begitu banyak kota telah hancur total. Di Kyiv mereka menahan diri, mungkin karena tidak ingin menembakkan terlalu banyak rudal ke sana. Mereka baru menghancurkan 20%, tetapi jika mereka mau, mereka bisa menghancurkannya 100% dengan sangat cepat,” tambahnya.
Pernyataan Trump ini memicu respons cepat dari beberapa pihak. Tymofiy Mylovanov, Presiden Kyiv School of Economics sekaligus mantan Menteri Ekonomi Ukraina, membantah klaim Trump bahwa Zelensky hanya memiliki 4% tingkat persetujuan. Menurutnya, survei musim gugur tahun lalu menunjukkan bahwa 56% warga Ukraina menolak pemilu selama perang masih berlangsung.
Sementara itu, Trump mengaku semakin optimistis terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai setelah pertemuan yang digelar di Arab Saudi. Dalam perundingan tersebut, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan diplomat utama Rusia Sergey Lavrov turut hadir.
Trump juga menyatakan bahwa ia tidak keberatan dengan gagasan penempatan pasukan penjaga perdamaian Eropa di Ukraina sebagai bagian dari solusi konflik.
“Jika mereka ingin melakukannya, itu tidak masalah bagi kami,” ujar Trump.
Baca Juga: Elon Musk Ungkap Reaksi Teman-temannya jika Mendengar Nama Donald Trump
“Saya tahu Prancis sudah menyebutnya, begitu juga Inggris dan negara-negara lain. Itu akan menjadi sebuah isyarat yang indah.” lanjutnya.
Namun, Trump juga memperingatkan risiko eskalasi perang jika NATO benar-benar menempatkan pasukannya di Ukraina.
“Ini bisa berakhir menjadi Perang Dunia Ketiga. Begitu Eropa mulai mengirim pasukan, tiba-tiba kita bisa berada di tengah perang global,” katanya.
Menanggapi kemungkinan penempatan pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Eropa, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa Moskow tidak akan menerima kehadiran militer NATO di Ukraina.
“Kehadiran pasukan bersenjata, dengan bendera apapun, tidak akan mengubah apapun. Ini sepenuhnya tidak dapat diterima,” tegas Lavrov.
Di sisi lain, Trump kembali mengklaim bahwa seandainya ia menjabat sebagai Presiden AS pada tahun 2022, ia bisa saja mencapai kesepakatan damai lebih cepat dan menghindari perang berkepanjangan di Ukraina.
Berita Terkait
-
Elon Musk Ungkap Reaksi Teman-temannya jika Mendengar Nama Donald Trump
-
Trump Akan Pertahankan Sanksi Rusia hingga Ada Solusi untuk Ukraina
-
Serangan Drone Rusia Hujani Ukraina, Ibu Kota Kyiv Terdampak
-
Klaim Mengejutkan dari Kremlin! Trump Beri 'Lampu Hijau' Rusia Serang Inggris?
-
Ukraina Absen dalam Pembicaraan AS-Rusia, Zelenskyy: Sia-Sia Tanpa Kami
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta