Suara.com - Wilayah Parung adalah salah satu wilayah yang cukup populer untuk area lingkar luar DKI Jakarta. Berlokasi di Kabupaten Bogor, kecamatan ini memiliki sedikitnya 9 desa dan berbatasan dengan Kecamatan Bojongsari yang ada di Kota Depok. Tapi tahukah Anda sejarah Parung Borong?
Sebelum terkenal sebagai alternatif tempat tinggal yang memiliki nilai menarik, Kecamatan Parung sendiri dikenal sebagai penghubung antara wilayah Kota Bogor, Kota Depok, dan area Jakarta Raya. Namun uniknya bahkan di situs resmi Kecamatan Parung, belum dapat dipastikan sejarah dari area ini.
Dugaan Sejarah Parung Bogor
Dalam situs resminya, asal-usul penamaan Parung diduga berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti ‘jurang’ atau ‘tanah lembah’. Pada referensi bahasa lain, yakni bahasa Sunda Kuno, kata Parung memiliki makna ‘aliran air yang deras di sungai’ atau ‘sungai dengan banyak batuan kecil’.
Memang jika dilihat dari sisi relief tanahnya, Parung memiliki alasan kuat mendapatkan namanya, baik dari bahasa Sansekerta atau bahasa Sunda Kuno. Wilayahnya paling besar di area hulu antara aliran Sungai Cisadane, dan aliran Sungai Ciliwung.
Kecamatan parung berpusat ke Benteng Sampora yang berada di Serpong. Dalam perkembangannya, Parung menjadi ibukota distrik Parung dengan luas hingga mencapai ke Cinere, Depok, Semplak, dan Curugbitung yang kini telah menjadi Kecamatan Nanggung.
Parung memiliki setidaknya sembilan desa berbeda, yakni Desa Iwul, Desa Jabon Mekar, Desa Pamegarsari, Desa Parung, Desa Waru, Desa Waru Jaya, Desa Bojong Sempu, Desa Bojong Indah, dan Desa Cogreg.
Budaya dan Bahasa
Sebenarnya dilihat dari perspektif budaya, wilayah Parung masih kental dengan pengaruh kebudayaan Betawi. Namun demikian Parung nyatanya menjadi area percampuran yang harmonis antara budaya Betawi dan budaya Sunda lokal yang hingga kini terus berkembang.
Baca Juga: Soroti Banjir Puncak Bogor, Diana Kusumastuti: Banyak Rumah Berdiri di Bantaran Sungai
Beberapa kesenian khas yang berkembang di area Parung antara lain adalah marawis, rebana, kesenian pawai kelaran, hingga cucurak.
Lalu bagaimana dengan bahasa yang paling banyak digunakan?
Meski percampuran antara budaya Betawi dan Sunda terasa kental, namun bahasa yang digunakan justru lebih condong ke arah dialek Betawi dan Bahasa Indonesia. Masih ada sebagian kecil masyarakat yang menggunakan Bahasa Sunda, namun hanya terbatas pada masyarakat lanjut usia yang merupakan penghuni lama di area ini.
Klaim Kepemilikan Gunung Parung oleh Firdaus Oiwobo
Nama Firdaus Oiwobo kembali menjadi sorotan setelah mengklaim kepemilikan Gunung Parung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tidak hanya mengaku sebagai pemilik, ia juga menyebut bahwa gunung tersebut mengandung uranium dalam jumlah besar. Pernyataan ini memicu perdebatan di kalangan warganet dan mendorong banyak pihak untuk menelusuri kebenarannya.
Benarkah Firdaus Oiwobo Pemilik Gunung Parung?
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
Terkini
-
Geger! Teror Penyiraman Air Keras oleh OTK di Pulogadung, Aspal Sampai Berasap
-
Peringatan 13 Tahun Jokowi Masuk Gorong-Gorong: Momen Ikonik yang Mengubah Wajah Politik Indonesia
-
Bukan Gempa, Kenapa Gedung Parkir Baru Berusia 3 Tahun Ambruk di Koja?
-
Jakarta Ditinggal 1,3 Juta Kendaraan Libur H+1 Natal, Arah Bandung dan Trans Jawa Favorit
-
Jogja Padat Saat Nataru, Wisatawan Tak Masalah Macet-macetan di Pusat Kota
-
Gus Yazid Berpeci dan Sarung Diborgol, Terjerat Pusaran Korupsi Rp20 M: Saya Tidak Terima
-
Prihatin Kericuhan di Aceh Warga Vs Aparat, Wakil Ketua Komisi I DPR Minta Semua Pihak Menahan Diri
-
Rapimnas I Partai Golkar, Kader Solid di Bawah Kepemimpinan Bahlil Lahadalia
-
Terkuak, Alasan Polri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Wilayah Bencana Sumatra
-
Nominal UMP Jakarta 2026 Bikin Buruh Kecewa, Anggota DPRD DKI Bilang Begini