Perubahan ini bukan sekadar pergantian nama, tetapi juga mencerminkan upaya Jepang dalam mengontrol pendidikan di wilayah jajahannya.
Kurikulum yang diterapkan di Kokumin Gakko banyak berorientasi pada propaganda Jepang, termasuk pengajaran bahasa Jepang dan penanaman nilai-nilai kekaisaran.
Meski demikian, keberadaan sekolah ini tetap menjadi wadah bagi anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan dasar, meskipun dengan keterbatasan sumber daya dan pengaruh politik yang kuat.
Sejak saat itu, Sekolah Rakyat tersebar di seluruh negeri dan diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sebagai langkah nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.
Tidak hanya sebatas akses pendidikan gratis, Sekolah Rakyat juga memberikan beasiswa bagi siswa kurang mampu, memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, sistem pendidikan kembali mengalami reformasi.
Pada 13 Maret 1946, pemerintahan Indonesia secara resmi mengganti nama Kokumin Gakko menjadi Sekolah Dasar (SD), menandai era baru dalam dunia pendidikan nasional yang lebih berorientasi pada kepentingan bangsa sendiri.
Sejak saat itu, Sekolah Dasar menjadi fondasi utama pendidikan dasar di Indonesia, menggantikan sistem kolonial yang sebelumnya diterapkan.
Perubahan ini juga menjadi tonggak penting dalam sejarah pendidikan nasional, di mana akses pendidikan mulai diperluas dan semakin banyak anak Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah formal.
Baca Juga: 5 Rencana Sekolah Rakyat Prabowo: Punya Misi Putus Rantai Kemiskinan
Kini, dengan kembalinya nama Sekolah Rakyat dalam program pemerintahan Presiden Prabowo, semangat awal dari sekolah ini dihidupkan kembali, membawa harapan baru bagi generasi muda untuk keluar dari jerat kemiskinan melalui pendidikan.
Tag
Berita Terkait
-
5 Rencana Sekolah Rakyat Prabowo: Punya Misi Putus Rantai Kemiskinan
-
Sekolah Rakyat untuk Memutus Mata Rantai Kemiskinan, Prabowo: Anak Tidak Boleh Jadi Pemulung
-
Kemensos Pegang 211 Titik Lokasi Sekolah Rakyat, Salah Satunya STPL Bekasi
-
Mensos: Sekolah Rakyat Butuh 700 Guru untuk 2.000 Murid
-
Mensos Tinjau Gedung Mewah di Pondok Indah Calon Sekolah Rakyat, Begini Penampakannya
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa