Suara.com - Sejarah Pembuatan Bom: Dari Penemuan Mesiu hingga Senjata Pemusnah Massal
Kecelakaan terjadi saat pemusnahan amunisi kadaluarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, oleh TNI.
Dampaknya sebanyak 13 orang kehilangan nyawa. Terdiri dari Personil TNI dan sejumlah warga sipil.
Berikut sejarah pembuatan bom yang telah menewaskan banyak orang di dunia.
Bom adalah salah satu jenis senjata paling mematikan yang pernah dibuat manusia.
Dalam sejarah panjang peperangan dan konflik global, bom tidak hanya digunakan sebagai alat tempur, tetapi juga sebagai simbol kekuatan dan dominasi.
Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah pembuatan bom dimulai?
Dari penemuan awal mesiu oleh bangsa China hingga pengembangan bom nuklir oleh Amerika Serikat.
Inilah kisah panjang evolusi senjata peledak yang mengubah wajah dunia.
Baca Juga: Ledakan Maut di Garut, Mengapa Warga Sipil Bisa Masuk Area Pemusnahan Amunisi TNI AD?
Asal Usul Bom: Penemuan Mesiu di China
Sejarah pembuatan bom bermula dari penemuan mesiu pada abad ke-9 di China.
Para alkemis Tiongkok yang tengah mencari ramuan keabadian justru menemukan campuran bahan yang mudah meledak.
Campuran ini terdiri dari belerang, arang, dan kalium nitrat (saltpeter), dan dikenal sebagai huo yao atau “obat api”.
Pada awalnya, mesiu digunakan untuk kembang api dan alat pertahanan sederhana.
Namun, seiring berkembangnya teknologi militer, mesiu mulai digunakan untuk membuat senjata seperti granat tangan dan meriam primitif.
Inilah titik awal kemunculan bom dalam bentuk paling dasar.
Penyebaran Mesiu ke Dunia Barat
Melalui Jalur Sutra dan berbagai ekspedisi militer, teknologi mesiu dari China akhirnya menyebar ke Timur Tengah dan Eropa pada abad ke-13.
Bangsa Arab memainkan peran penting dalam menyebarkan ilmu kimia dan teknologi senjata berbasis mesiu ke Eropa.
Di Eropa, mesiu segera diadaptasi untuk keperluan militer dalam bentuk meriam, senapan, dan granat tangan.
Bom awal di Eropa biasanya berbentuk bola logam berisi bubuk mesiu yang meledak dengan sumbu bakar.
Senjata ini digunakan dalam berbagai peperangan besar di Eropa, seperti Perang Seratus Tahun dan Perang Salib.
Perang Dunia I dan Inovasi Bom
Pada masa Perang Dunia I (1914–1918), penggunaan bom semakin meluas.
Selain granat tangan, bom mulai dijatuhkan dari pesawat terbang ke posisi musuh.
Inilah awal mula konsep pengeboman udara yang akan menjadi penting di masa depan.
Bom di masa ini masih bersifat konvensional dan manual.
Beberapa bentuk bom yang digunakan termasuk bom tangan yang dilempar langsung ke musuh.
Bom mortir yang ditembakkan dari peluncur dan bom udara yang dijatuhkan dari pesawat.
Meski daya ledaknya terbatas, penggunaan bom secara massal menandai perubahan besar dalam taktik perang modern.
Bom Nuklir: Era Baru Senjata Pemusnah Massal
Puncak sejarah pembuatan bom terjadi pada masa Perang Dunia II.
Saat Amerika Serikat mengembangkan bom paling mematikan yang pernah dibuat. Bom nuklir.
Melalui Proyek Manhattan, para ilmuwan seperti Robert Oppenheimer, Enrico Fermi, dan Albert Einstein terlibat dalam pengembangan senjata berbasis reaksi fisi nuklir.
Hasilnya adalah dua bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Dampaknya sangat dahsyat. Hiroshima sekitar 140.000 orang tewas. Nagasaki sekitar 70.000 orang tewas.
Bom ini tidak hanya mengakhiri Perang Dunia II, tetapi juga membuka era baru yang disebut sebagai Perang Dingin.
Ditandai dengan perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Jenis-Jenis Bom dalam Sejarah Modern
Setelah Perang Dunia II, pengembangan bom semakin canggih dan beragam.
Berikut beberapa jenis bom yang dikenal secara global:
1. Bom Konvensional
Digunakan untuk serangan biasa, seperti bom gravitasi atau bom curah (cluster bombs).
2. Bom Termobarik
Menghasilkan gelombang kejut dan suhu tinggi, digunakan dalam peperangan urban.
3. Bom Nuklir
Mengandalkan reaksi nuklir. Efeknya sangat luas dan menghancurkan.
4. Bom Kimia dan Biologi
Mengandung racun atau virus. Dilarang oleh hukum internasional.
5. Bom Cerdas (Smart Bombs)
Dilengkapi dengan sistem GPS atau laser untuk akurasi tinggi. Digunakan dalam perang modern seperti di Irak dan Suriah.
Dampak Sosial dan Lingkungan Bom
Sejarah pembuatan bom tidak lepas dari kontroversi besar terkait dampak sosial dan lingkungan.
Bom tidak hanya menghancurkan infrastruktur dan membunuh manusia, tetapi juga meninggalkan radiasi (pada bom nuklir). Menyebabkan trauma jangka panjang.
Menciptakan daerah-daerah tidak layak huni. Mengancam ekosistem dan makhluk hidup di sekitarnya.
Laporan dari PBB dan lembaga internasional menunjukkan bahwa wilayah bekas perang sering kali mengalami degradasi lingkungan yang parah akibat penggunaan bom.
Upaya Internasional Membatasi Penggunaan Bom
Sebagai respon atas kerusakan besar yang ditimbulkan, berbagai negara dan organisasi internasional telah melakukan upaya untuk membatasi penggunaan bom.
Terutama traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Konvensi Senjata Kimia dan Biologi.
Serta konvensi Larangan Bom Curah (Cluster Munitions).
Meski demikian, hingga hari ini masih banyak negara yang menyimpan persediaan bom dalam jumlah besar sebagai bagian dari strategi pertahanan mereka.
Sejarah pembuatan bom adalah cerminan dari bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan bisa dimanfaatkan untuk dua sisi. Perlindungan atau kehancuran.
Dari penemuan mesiu di Tiongkok hingga ledakan nuklir di Jepang, bom telah mengubah cara manusia berperang dan berpikir tentang perdamaian.
Di tengah kemajuan teknologi militer yang terus berkembang, tantangan terbesar umat manusia saat ini adalah bagaimana memastikan bahwa bom tidak lagi digunakan.
Untuk menghancurkan sesama, melainkan dijadikan pelajaran agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Mensos Usulkan Kenaikan Dana Jaminan Hidup Korban Bencana, Rp 10 Ribu per Hari Dinilai Tak Relevan
-
Kaleidoskop Jakarta 2025: Wajah Baru DKJ, Amukan Si Jago Merah, hingga Banjir Tetap Jadi Langganan
-
Pramono Anung Umumkan UMP Jakarta Besok: Mudah-Mudahan Nggak Ada yang Mogok Kerja!
-
Empat Pekan Pascabencana Sumatra, Apa Saja yang Sudah Pemerintah Lakukan?
-
PKB soal Bencana Sumatra: Saling Tuding Cuma Bikin Lemah, Kita Kembali ke Khitah Gotong Royong
-
18 Ucapan Selamat Natal 2025 Paling Berkesan: Cocok Dikirim ke Atasan, Sahabat, hingga Si Dia!
-
Gereja Katedral Jakarta Gelar Misa Natal 24-25 Desember, Ini Jadwalnya
-
Diduga Peliharaan Lepas, Damkar Bekasi Evakuasi Buaya Raksasa di Sawah Bantargebang Selama Dua Jam
-
Bambang Tri Siap Jadi Saksi Sidang Ijazah Jokowi, Klaim Punya Bukti Baru dari Buku Sri Adiningsih
-
Wamenkum: Penyadapan Belum Bisa Dilakukan Meski Diatur dalam KUHAP Nasional