Suara.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyoroti soal kenaikan tarif air minum PAM Jaya dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 730 Tahun 2024. Keberatan itu dilayangkan oleh anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Fraksi PSI, Francine Widjojo dalam Sidang Paripurna DPRD Provinsi DKI Jakarta yang digelar pada Senin (16/6/2025).
Direktur LBH PSI itu menyoroti soal pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno seusai membacakan jawaban Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung atas Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (P2APBD) Tahun Anggaran 2024.
Rano Karno menyebut proses penetapan penyesuaian tarif air telah dilaksanakan sesuai dengan tata kelola yang diatur dalam Peraturan Mendagri.
Dalam kesempatan itu, Rano juga mengeklaim kenaikan ini sebagai bentuk keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dengan meluncurkan program Kartu Air Sehat (KAS) dan kebijakan pembayaran berdasarkan pemakaian aktual per unit di apartemen.
Francine pun langsung melayangkan interupsi setelah mendengar pernyataan Wagub Rano Karno. Dalam interupsinya itu, Francince menyangkal pernyataan Rano dan menyebut bahwa substansi keberatan Fraksi PSI bukan semata pada proses penyesuaian tarif, namun juga karena masih adanya permasalahan formil terkait kenaikan tarif air PAM Jaya.
“Menurut kami, terdapat permasalahan formil di mana belum adanya penetapan tarif batas atas dan tarif batas bawah sebagaimana amanat Permendagri dan Pergub tentang Tata Cara Perhitungan Tarif Air Minum sebagai bagian dari pelaksanaan kebijakan Pemprov DKI Jakarta di tahun 2024,” beber Francine yang dikutip pada Rabu (18/6/2025).
Lebih lanjut, kata Francine Fraksi PSI juga menemukan kesalahan kebijakan dalam pengelompokan jenis pelanggan sebagaimana tertuang dalam Kepgub DKI Jakarta Nomor 730 Tahun 2024.
“Dalam Kepgub tersebut, hunian vertikal seperti apartemen dimasukkan ke dalam Golongan III, yang menurut Pasal 9 Permendagri 21 Tahun 2020 dan Pergub Jakarta 37 Tahun 2024 justru diperuntukkan bagi pelanggan dengan kegiatan perekonomian,“ ungkap Francine.
Padahal, berdasarkan regulasi yang sama dan juga Permendagri, hunian atau rumah tangga termasuk apartemen, seharusnya masuk dalam Golongan II, yaitu pelanggan rumah tangga yang menggunakan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari.
Baca Juga: Anak Otto Hasibuan Dicap Dungu, Rocky Gerung: Apa Pun yang Didalilkan, Jokowi Adalah Pembohong!
Francine mengatakan, PSI menghargai langkah PAM Jaya meluncurkan program Kartu Air Sehat (KAS) dan kebijakan pembayaran berdasarkan pemakaian aktual per unit di apartemen.
“Namun perlu kami tegaskan, pembayaran berdasarkan pemakaian aktual adalah hak dasar pelanggan dan memang sudah menjadi kewajiban PAM Jaya untuk memberlakukan itu sejak awal,” kata Francine.
Karena merupakan hak dasar pelanggan, PSI meminta agar pembayaran berdasarkan pemakaian aktual diberlakukan untuk semua pelanggan PAM Jaya tanpa terkecuali.
Namun Francine menyebut kebijakan ini tidak menyelesaikan persoalan tarif yang mahal di hunian vertikal karena besaran tarif tetap mengacu pada Golongan III sesuai Kepgub DKI Jakarta 730 Tahun 2024.
“Artinya, penghuni apartemen yang seharusnya merupakan pelanggan rumah tangga tetap dikenakan tarif layaknya pelaku usaha,” bebernya.
Francine menyebut kenaikan tarif yang mencapai 71,3 persen terjadi karena kesalahan penetapan kelompok pelanggan hunian vertikal seperti apartemen yang disamakan dengan pelanggan niaga.
Berita Terkait
-
Anak Otto Hasibuan Dicap Dungu, Rocky Gerung: Apa Pun yang Didalilkan, Jokowi Adalah Pembohong!
-
Ogah Pamer Ijazah Asli karena Bikin Negara Chaos, Rocky Gerung: Jokowi Makin Panik
-
Viral Mendadak jadi 'Tukang Kayu' di Sidang, Tom Lembong Ngeluh: Mengganggu
-
Ray Rangkuti Skakmat Sekjen Gibranku: Anak Muda Dukung Dinasti Politik, Itu Jauh Lebih Memalukan!
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sempat Copot Kepsek SMPN 1, Wali Kota Prabumulih Akui Tak Bisa Kontrol Diri
-
Mendagri Dukung Penuh Percepatan Program MBG, Teken Keputusan Bersama Terkait Lokasi SPPG di Daerah
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang