Suara.com - Di panggung geopolitik global yang penuh dengan kalkulasi untung-rugi, keberanian Iran untuk secara terbuka menantang dua kekuatan militer terbesar di dunia, Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya, Israel, seringkali tampak seperti sebuah tindakan nekat yang mendekati bunuh diri.
Namun, anggapan tersebut keliru. Sikap konfrontatif Teheran bukanlah sebuah gertakan kosong yang didasari oleh emosi semata, melainkan sebuah strategi yang telah diperhitungkan secara matang, berlandaskan pada empat pilar kekuatan fundamental yang membuat mereka menjadi lawan yang sangat berbahaya dan sulit ditaklukkan.
Fakta-fakta inilah yang menjadi modal Iran, mengubah mereka dari sekadar negara regional menjadi pemain global yang mampu membuat Washington dan Tel Aviv berpikir dua kali sebelum melancarkan serangan besar.
1. Menguasai 'Tombol Kiamat' Ekonomi Dunia: Selat Hormuz
Ini adalah kartu truf pamungkas milik Iran. Selat Hormuz adalah jalur perairan sempit yang menjadi satu-satunya pintu keluar dari Teluk Persia ke lautan lepas. Sekitar 21% dari total konsumsi minyak dunia dan sepertiga dari gas alam cair (LNG) global harus melewati "mulut botol" ini setiap harinya.
Secara geografis, garis pantai Iran mendominasi selat ini, memberikan mereka kemampuan untuk memblokade atau setidaknya mengganggu jalur pelayaran paling vital di dunia ini kapan pun mereka mau.
Ancaman untuk menutup Selat Hormuz adalah senjata ekonomi pemusnah massal yang dampaknya akan langsung dirasakan di setiap pompa bensin dari Tokyo hingga New York, menjadikannya jaminan keamanan paling ampuh bagi rezim di Teheran.
2. Perang Asimetris: Pasukan Drone dan Rudal 'Penghancur'
Selama puluhan tahun di bawah sanksi, Iran sadar bahwa mereka tidak akan pernah bisa menandingi kecanggihan jet tempur atau kapal induk Amerika dalam perang konvensional.
Baca Juga: Dubes Iran: Rudal yang Ditembakkan ke Israel Jenis Lama, Kami Sedang Cuci Gudang
Sebagai gantinya, mereka menyempurnakan doktrin perang asimetris: fokus pada pengembangan senjata yang murah, efektif, dan mampu menimbulkan kerusakan masif. Hasilnya adalah salah satu program drone dan rudal balistik paling canggih di dunia.
Dengan ribuan drone kamikaze dan rudal presisi seperti Kheibar Shekan, Iran memiliki kemampuan untuk membanjiri sistem pertahanan musuh dan menyerang target-target vital dari jarak jauh.
Analis dari kantor berita internasional, The Associated Press (AP), menyoroti betapa strategi ini telah menjadi tulang punggung pertahanan Iran.
"Iran telah menyempurnakan strategi perang asimetris selama puluhan tahun. Mereka sadar tidak bisa menandingi kekuatan militer konvensional AS, sehingga mereka berinvestasi besar pada teknologi rudal, drone, dan yang paling penting, jaringan proksi regional yang loyal. Jaringan inilah yang memberi mereka kemampuan untuk menyerang kepentingan AS dan Israel tanpa harus memicu perang langsung di tanah mereka sendiri," tulis The Associated-Press dalam laporannya, (15/5/2025).
3. 'Tentara Bayangan' di Seluruh Kawasan: Jaringan Proksi
Inilah pilar ketiga yang menjadi "lengan-lengan tak terlihat" Iran di seluruh Timur Tengah. Melalui Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Iran telah membangun, mendanai, dan mempersenjatai jaringan kelompok militan yang kuat dan loyal di berbagai negara.
Berita Terkait
-
AS Serang Iran, Kantor Sri Mulyani Kencangkan Ikat Pinggang
-
Dubes Iran: Rudal yang Ditembakkan ke Israel Jenis Lama, Kami Sedang Cuci Gudang
-
Harga Minyak Meroket Usai AS Serang Iran, DPR Ingatkan Pemerintah Soal Beban APBN
-
Udinese Akan Diakuisisi Keluarga Milioner Israel, Jay Idzes Gagal Pindah?
-
Menlu Iran Bertemu Putin Usai Serangan Nuklir Oleh AS, Rusia Pecahkan "Perang Dunia"?
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Mensos Usulkan Kenaikan Dana Jaminan Hidup Korban Bencana, Rp 10 Ribu per Hari Dinilai Tak Relevan
-
Kaleidoskop Jakarta 2025: Wajah Baru DKJ, Amukan Si Jago Merah, hingga Banjir Tetap Jadi Langganan
-
Pramono Anung Umumkan UMP Jakarta Besok: Mudah-Mudahan Nggak Ada yang Mogok Kerja!
-
Empat Pekan Pascabencana Sumatra, Apa Saja yang Sudah Pemerintah Lakukan?
-
PKB soal Bencana Sumatra: Saling Tuding Cuma Bikin Lemah, Kita Kembali ke Khitah Gotong Royong
-
18 Ucapan Selamat Natal 2025 Paling Berkesan: Cocok Dikirim ke Atasan, Sahabat, hingga Si Dia!
-
Gereja Katedral Jakarta Gelar Misa Natal 24-25 Desember, Ini Jadwalnya
-
Diduga Peliharaan Lepas, Damkar Bekasi Evakuasi Buaya Raksasa di Sawah Bantargebang Selama Dua Jam
-
Bambang Tri Siap Jadi Saksi Sidang Ijazah Jokowi, Klaim Punya Bukti Baru dari Buku Sri Adiningsih
-
Wamenkum: Penyadapan Belum Bisa Dilakukan Meski Diatur dalam KUHAP Nasional