Suara.com - Calon Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Brazil Andhika Chrisnayudhanto mengungkapkan bahwa tidak ada pembahasan soal kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani dalam uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dengan Komisi I DPR RI.
“Enggak, enggak (pembahasan soal Juliana Marins),” kata Andhika di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (5/7/2025).
Dia juga menyebut tidak ada pembahasan soal kabar rencana pemerintah Brasil untuk menempuh jalur hukum terkait dugaan kelalaian dalam kasus kecelakaan Juliana.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Budi Djiwandono menjelaskan mekanisme fit and proper test dibagi dua sesi per hari. Sesi pertama diikuti 6 calon dubes dan sesi kedua juga diikuti 6 calon dubes sehingga total ada calon dubes untuk 12 negara yang akan diuji hari ini.
"Kira-kira rencana mekanisme jalannya rapat dibagi 4 sesi, satu sesi nanti kira-kira ada 6 calon duta besar. Dimulai pagi ini jam 10 untuk sesi pertama, kemudian dilanjutkan nanti siang sampai sore, dan dilanjutkan besok 2 sesi lagi," tandas Budi.
Komisi I DPR RI menggelar uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon dubes RI untuk negara sahabat pada Sabtu (5/7/2025) dan Minggu (6/7/2025).
Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Surpres berisi daftar calon untuk mengisi posisi 24 duta besar (dubes) yang saat ini masih kosong.
Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra sebelumnya menegaskan pemerintah Brasil tidak mengirimkan nota diplomatik yang mempertanyakan insiden kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani.
Hal itu merespons adanya kabar bahwa pemerintah Brazil akan menggugat Indonesia terkait kematian Juliana Marins.
Baca Juga: Jadi Duta Besar RI di Abu Dhabi ? Ini Jejak Yusron Ambary di Perang Yaman
“Pemerintah memastikan bahwa belum pernah menerima surat atau nota diplomatik apapun dari Pemerintah Brasil yang mempertanyakan insiden kematian Juliana Marins," kata Yusril, Jumat (4/7/2025).
Menurut Yusril, rencana proses hukum tidak berasal dari pemerintah Brasil, melainkan lembaga independen seperti Komnas HAM yakni Federal Public Defender's Office of Brazil (FPDO).
"Yang bersuara lantang atas insiden kematian Juliana Marins ini adalah Pembela HAM dari The Federal Public Defender's Office of Brazil (FPDO), lembaga independen negara seperti Komnas HAM, yang mengadvokasi atas laporan kasus-kasus pelanggaran HAM di Brasil," ujar Yusril.
Dia menegaskan Indonesia tidak bisa dituntut terkait kasus kematian Juliana melalui jalur Inter American Commission on Human Rights (IACHR) seperti ancaman dari FDPO. Sebab, lanjut dia, Indonesia bukan pihak dalam konvensi maupun anggota dari komisi tersebut.
“Setiap upaya untuk membawa negara kita ke sebuah forum internasional apapun, tidak mungkin dilakukan tanpa kita menjadi pihak dalam konvensi," tandas Yusril.
Berita Terkait
-
Komisi I Akan Gelar Rapat Internal Usai Uji Kelayakan Para Calon Dubes
-
Pemandu Diblacklist, Padahal Bertaruh Nyawa ke Jurang Tanpa Alat Demi Juliana Marins
-
6 Calon Dubes Datangi Komisi I untuk Jalani Fit and Proper Test Pagi Ini
-
Fit and Proper Test di Komisi I DPR RI, Ada Nama Adik Luhut hingga Eks Menko Jadi Calon Dubes
-
Calon Dubes 12 Negara Ikut Fit and Proper Test di Komisi I DPR Hari Ini
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Ketimbang Berpolemik, Kubu Agus Diminta Terima SK Mardiono Ketum PPP: Digugat pun Bakal Sia-sia?
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
-
SDA Jamin Jakarta Tak Berpotensi Banjir Rob pada Bulan Ini, Apa Alasannya?