Suara.com - "Kasus ini mudah diungkap." Pernyataan lugas dan penuh percaya diri itu dilontarkan oleh Mantan Wakabareskrim Polri, Irjen Pol (Purn) Bekto Suprapto, saat mengomentari misteri kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan.
Bagi seorang jenderal reserse senior, alur investigasi untuk kasus kematian, serumit apa pun kelihatannya, memiliki pola dan kunci yang jelas.
Optimisme Bekto didasarkan pada keyakinan bahwa scientific crime investigation (investigasi kejahatan secara ilmiah) akan selalu memberikan jawaban.
Dalam wawancara di TVone, ia mengungkapkan selama penyidik berpegang teguh pada fakta dari olah TKP, autopsi, analisis CCTV, forensik digital, dan keterangan saksi, kebenaran akan terkuak. "Saya sangat yakin, tidak terlalu lama, ini akan terungkap nanti," ujarnya.
Namun, di balik optimisme tersebut, terbentang tantangan-tantangan nyata yang kerap dihadapi penyidik di lapangan.
Pernyataan "mudah diungkap" dari seorang ahli bisa menjadi pedang bermata dua: di satu sisi memberikan harapan, di sisi lain menciptakan tekanan publik yang luar biasa pada tim penyidik.
Salah satu tantangan terbesar, yang juga disinggung oleh Bekto, adalah pengaruh opini publik.
"Polisi jangan terganggu oleh suara-suara orang, pendapat-pendapat orang. Itu bisa sangat membingungkan," tegasnya.
Dalam kasus yang viral, spekulasi liar di media sosial seringkali mendahului hasil penyelidikan resmi.
Baca Juga: Eks Wabareskrim: Periksa Arya Daru Pangayunan Kidal Atau Tidak!
Penyidik dituntut untuk tetap berkepala dingin, tidak terombang-ambing oleh narasi yang berkembang, dan hanya berpegang pada bukti materiel.
Tantangan kedua adalah kondisi TKP itu sendiri. Meskipun Bekto menyebut TKP adalah kunci, seringkali TKP sudah terkontaminasi sebelum tim Inafis tiba.
Kehadiran orang pertama yang menemukan korban, keluarga, atau bahkan petugas keamanan yang tidak terlatih bisa merusak atau menghilangkan barang bukti krusial seperti sidik jari atau jejak lainnya.
Selanjutnya, proses autopsi juga tidak selalu berjalan mulus. Persetujuan dari pihak keluarga terkadang menjadi kendala. Meskipun dalam kasus yang diduga kuat sebagai tindak pidana polisi memiliki kewenangan untuk melakukan autopsi, pendekatan persuasif seringkali memakan waktu.
Dari sisi teknologi, meski CCTV dan data digital sangat membantu, keduanya juga memiliki keterbatasan. Kualitas rekaman CCTV yang buruk, adanya blind spot, atau kemampuan pelaku untuk menghindari kamera adalah tantangan teknis.
Demikian pula dengan data digital, pelaku yang canggih bisa saja telah menghapus jejak digitalnya, yang memerlukan keahlian forensik tingkat tinggi untuk memulihkannya.
Tag
Berita Terkait
-
Kenapa Penjaga Kos Celingak-celinguk ke Kamar Arya Daru Pangayunan?
-
5 Kunci Ungkap Kematian Janggal Diplomat Muda Menurut Mantan Wakabareskrim
-
Kasus Diplomat Tewas: Bekto Suprapto Curigai Lakban di Kepala, Bunuh Diri Tak Masuk Akal?
-
Update Kasus Kematian Misterius Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan
-
Akhirnya Terungkap! Misteri Penjaga Kos yang Intip Kamar Diplomat Arya Daru Sesaat Sebelum Tewas
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- 22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Oktober: Klaim Pemain 112-113 dan Jutaan Koin
Pilihan
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Tahan Air dengan Sertifikat IP, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
PLN Siap Jadi Motor Dekarbonisasi, Hashim Djojohadikusumo Tegaskan Posisi RI di Paris Agreement
-
Berapa Kekayaan Eric Trump yang Ingin Ditemui Prabowo Subianto?
-
Kecewa Timnas Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Presiden Prabowo Minta Kluivert 'Ditendang?'
-
BPJS Kesehatan Apresiasi 110 Badan Usaha Lewat Penghargaan Satya JKN Award 2025
-
Berkontribusi bagi Keamanan dan Kesejahteraan, BPJS Kesehatan Masuk Nominasi Nobel Perdamaian
-
Misteri Kematian Andri di Kali Green Crout: Keluarga Tolak Dugaan Tawuran, Ungkap Banyak Kejanggalan
-
Ahli Forensik Digital Pertanyakan Kepakaran Rismon yang Tanggapi Kasus Kematian Mirna Salihin
-
Tolak Larangan Merokok di Tempat Hiburan, Ratusan Pengusaha dan Karyawan Demo di DPRD DKI
-
Perintah Tegas Perabowo ke Erick Thohir Usai Timnas Gagal Masuk Piala Dunia: Bangun Akademi Atlet!
-
Menlu Bantah Media Israel yang Sebut Prabowo akan Kunjungi Negaranya: Buktinya Kita Pulang Hari Ini