Suara.com - Mantan Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal atau Wabareskrim Polri Irjen (Purn) Bekto Suprapto, meminta aparat kepolisian memeriksa apakah Arya Daru Pangayunan kidal atau tidak.
Menurut Bekto, kidal atau tidaknya diplomat muda yang ditemukan tewas dengan kepala dilakban pada Selasa (8/7) pekan lalu akan menentukan untuk mengetahui kenapa Arya meninggal dunia.
Bekto menyoroti satu detail penting yang mungkin terlewatkan: lakban yang ditemukan melilit kepala korban.
Menurutnya, ada dua hal mendasar yang harus didalami dari barang bukti tersebut, yakni arah lilitan dan sidik jari yang tertinggal.
Ia secara spesifik meminta penyidik untuk fokus pada kebiasaan korban semasa hidup.
Jenderal purnawirawan bintang dua ini menekankan agar polisi mencari tahu apakah Arya Daru adalah seorang yang kidal atau tidak.
Menurutnya, informasi ini sangat vital karena dapat menentukan apakah lilitan lakban itu dilakukan oleh korban sendiri atau oleh orang lain.
"Harus dipahami, korban ini tangannya kidal atau tidak. Karena itu mempengaruhi lilitannya ke arah mana," kata Bekto dalam sebuah wawancara dengan tvOneNews, dikutip Suara.com, Senin (14/7/2025).
Analisis ini membuka kemungkinan baru dalam penyelidikan.
Baca Juga: Kenapa Penjaga Kos Celingak-celinguk ke Kamar Arya Daru Pangayunan?
Arah lilitan yang dibuat oleh orang yang dominan menggunakan tangan kanan akan berbeda dengan yang dibuat oleh orang kidal.
Jika arah lilitan tidak sesuai dengan kebiasaan tangan korban, maka dugaan keterlibatan pihak ketiga akan semakin menguat.
"Banyak hal yang polisi bisa lakukan, itu perlu ketelitian," imbuhnya, menegaskan pentingnya pendekatan forensik yang cermat.
Selain soal arah lilitan, Bekto juga menyoroti jejak sidik jari yang mungkin tertinggal di permukaan lakban.
Ia mempertanyakan identitas pemilik sidik jari tersebut, yang bisa menjadi bukti langsung untuk mengidentifikasi pelaku jika memang ada.
"Sidik jari siapa? Identik tidak dengan korban, atau justru identik dengan orang lain?" katanya.
Tag
Berita Terkait
-
Kenapa Penjaga Kos Celingak-celinguk ke Kamar Arya Daru Pangayunan?
-
5 Kunci Ungkap Kematian Janggal Diplomat Muda Menurut Mantan Wakabareskrim
-
Kasus Diplomat Tewas: Bekto Suprapto Curigai Lakban di Kepala, Bunuh Diri Tak Masuk Akal?
-
Update Kasus Kematian Misterius Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan
-
Gerak-gerik Ganjil Penjaga Kos, Misteri Baru Kematian Diplomat Terlilit Lakban?
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- 22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Oktober: Klaim Pemain 112-113 dan Jutaan Koin
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Bom Waktu Kereta Cepat Whoosh, Jokowi Ditagih Tanggung Jawab Utang Rp118 T dan Rugi Triliunan
-
Profil Eric Trump, Sosok di Balik Bisik-bisik Prabowo-Donald Trump
-
DJKI Kemenkum Permudah Pendaftaran Merek Kolektif untuk Koperasi Merah Putih
-
Profil Dhenida Chairunnisa, Ketua Komisi III DPRD Gorut Viral Diduga Mengejek Orator Demo
-
Korban Tidak Hamil, Ini Update Terbaru Kasus Kematian Terapis RTA di Pejaten Barat
-
Spekulasi Bapak J di PSI, Ketua DPP Berharap Itu Adalah Jokowi
-
KPK Dalami Dugaan Penyimpangan Kuota Haji, Ketua Koperasi Amphuri Bangkut Melayani Diperiksa
-
Panglima TNI Rombak Jajaran: Kadispenad Jadi 'Benteng' Prabowo, Pangdam Hasanuddin Berganti
-
Dasco Ungkap Suka Duka Reses Anggota DPR, Nanti Bisa Dipantau Langsung Lewat Aplikasi
-
Tayangan Trans7 Dianggap Lecehkan Kiai dan Pesantren, GP Ansor: Ada Upaya Menjauhkan Kiai dari Umat