Suara.com - Pengakuan mengejutkan disampaikan Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara dalam acara Pencanangan Survei Penilaian Integritas (SPI) KPK 2025 dan Pembangunan Zona Integritas di lingkungan Kementerian Transmigrasi.
Jauh sebelum menjabat, saat masih menjadi komandan di tengah konflik Aceh, ia pernah mengambil langkah drastis, yakni memenjarakan 22 prajuritnya sendiri karena melakukan pungutan liar (pungli).
Kisah operasi senyap untuk membersihkan internal satuannya ini diungkap di hadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai peringatan keras bagi jajarannya di kementerian agar tidak bermain-main dengan integritas.
Tujuannya, memberikan contoh nyata bahwa pemberantasan korupsi harus dimulai dari pembersihan di dalam.
Iftitah mengenang peristiwa yang terjadi sekitar Februari 2005, ketika ia memimpin satuan Yonkav-8 untuk menangani konflik di Aceh.
Salah satu tugas utamanya adalah mengamankan rute logistik dan jalan raya dari pembajakan kelompok gerilya.
“Jadi biasanya kalau ada bis lewat dibajak oleh gerilya, terus kemudian diambil barang-barangnya. Ada truk lewat, di-stop, terus kemudian diambil atau dipalakin lah kira-kira begitu atau diambil isi barangnya,” kata Iftitah di Balai Makarti, Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025).
Namun, di tengah pelaksanaan tugas itu, Iftitah menemukan fakta pahit. “Nah, kami melaksanakan pengamanan itu.
Dalam perjalanannya, saya melihat ternyata ada juga oknum-oknum TNI yang melakukan pungli atau pungutan liar,” tambahnya.
Baca Juga: Komitmen Antikorupsi, Menteri Transmigrasi Bacakan Deklarasi Makarti
Baginya, praktik kotor ini bukan sekadar pelanggaran, melainkan salah satu pemicu yang membuat konflik Aceh terus berkepanjangan.
Masyarakat setempat terjepit dari dua sisi: mereka dipaksa membayar 'Pajak Nanggroe' oleh kelompok gerilya, sementara di sisi lain turut menjadi korban pemerasan oleh oknum aparat negara.
“Oleh karena itu, pada saat itu, di lingkup kesatuan Yonkav-8, kami melakukan evaluasi dan terus kemudian saya melakukan semacam penelaahan, observasi. Lalu kemudian saya sampaikan kepada seluruh prajurit bahwa jangan ada yang pungli,” ujar Iftitah.
Namun, peringatan keras itu tak sepenuhnya diindahkan. Mengetahui masih ada prajurit yang nekat, Iftitah membentuk Satuan Gugus Tugas Intelijen khusus untuk menjaring anggotanya yang 'nakal'. Hasilnya mencengangkan.
“Akhirnya sekitar 22 orang kita sel. Jadi pada saat itu kita punya sel, gerilyawannya cuma satu orang, TNI-nya 22 orang yang kita sel. Nah, dari situ mulai terbangun kesadaran dari internal,” tegas Iftitah.
Berkaca dari pengalaman pahit di medan perang itulah, Iftitah kini menuntut standar integritas tanpa kompromi di Kementerian Transmigrasi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
Terkini
-
Ngeri! Curah Hujan Jakarta Diprediksi Bakal Tembus 300 mm, Pramono: 200 Saja Pasti Sudah Banjir
-
Ketika Niat Baik Merusak Alam: Kisah di Balik Proyek Restorasi Mangrove yang Gagal
-
Heboh! Parkir di Polda Metro Jaya Berbayar, Ini Jawaban Resmi Polisi Soal Dasar Hukumnya
-
Waspada! Ratusan Pengungsi Banjir Sumatra Diserang Demam, Ini Biang Keroknya
-
Bos Maktour di Pusaran Korupsi Haji, KPK Ungkap Peran Ganda Fuad Hasan Masyhur
-
Pramono Anung Peringatkan Keras Lurah dan Camat: Tak Ada Toleransi untuk Pungli!
-
Alasan LPSK Tolak Permohonan Perlindungan Tersangka Pembunuhan Brigadir Nurhadi
-
Tragedi Banjir Sumbar: 161 Jenazah Dikenali, Puluhan Lainnya Masih 'Tanpa Nama', Mayoritas Anak-anak
-
Bandara 'Pribadi' IMIP Morowali, Karpet Merah Investor atau Ancaman Kedaulatan?
-
Dewas KPK Panggil Jaksa yang Tak Periksa Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Pembangunan Jalan Sumut