"Menduga Sofyan Effendi ditekan dengan isu pembangunan gedung di UGM yang mangkrak," papar Ginting.
Ironisnya, pencabutan ini terjadi tidak lama setelah Prof. Sofyan Effendi ikut menandatangani "Maklumat Yogyakarta".
Maklumat tersebut justru secara implisit menguatkan pernyataan awalnya terkait ijazah Jokowi. Paradoks ini semakin menebalkan misteri yang menyelimuti kasus ini.
Meski telah dicabut, Ginting menekankan bahwa pernyataan awal tersebut tetap memiliki nilai sebagai keterangan saksi atau petunjuk dalam proses hukum.
Polemik Ijazah Seret Dugaan Otoritarianisme Era Jokowi
Polemik ini tidak berhenti pada sosok Prof. Sofyan Effendi. Selamat Ginting mengaitkannya dengan isu yang lebih besar, yakni dugaan kuat pemalsuan ijazah Jokowi.
Ia merujuk pada informasi bahwa ijazah tersebut disebut hanya setara sarjana muda dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di bawah 2,0, yang membuatnya meragukan status kelulusan tersebut.
Ginting bahkan menyeret polemik ini ke dalam analisisnya mengenai iklim pemerintahan Jokowi yang ia sebut cenderung otoriter. Menurutnya, banyak pihak, termasuk para rektor universitas, berada dalam posisi "tersandera".
Ia menuding bahwa di era ini, pemilihan rektor pun diduga kuat dipengaruhi oleh intervensi istana. Ginting secara tajam menyebut Jokowi sebagai seorang "troublemaker bagi bangsa," yang dikelilingi oleh perancang kekuasaan profesional karena dianggap figur yang mudah dikendalikan.
Baca Juga: Farhat Abbas Semprot Roy Suryo Cs Soal Ijazah Palsu Jokowi: Kicauan Bebek-Bebek Desa!
Dari tangan Jokowi, lanjut Ginting, telah lahir "monster oligarki dan dinasti politik" yang menggerogoti fondasi demokrasi dan reformasi. Ia bahkan menganalogikan Jokowi dengan "Malin Kundang politik" yang telah mengkhianati partai, amanat reformasi, dan semangat anti-KKN.
Kunci pembuktian dugaan ijazah palsu ini, menurutnya, ada pada bukti fisik yang dimiliki oleh pihak lain seperti Rismon Sianipar, bukan semata pada pernyataan lisan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
Terkini
-
9 TPU di Jakarta Selatan Penuh, Sistem Makam Tumpang Jadi Solusi Utama
-
Meme Bahlil Makin Menjadi-jadi Usai Diancam UU ITE, Underbow Golkar Polisikan Sejumlah Akun Medsos
-
Tepis Tudingan Menkeu Purbaya Dana 'Nganggur', KDM Tak Sudi jika Dikubuli Anak Buah: Saya Pecat!
-
Profil Kontras Heri Gunawan: Politisi Gerindra Pro-Rakyat, Diduga Korupsi CSR BI, Beri Mobil Mewah
-
Nekat Gugurkan Kandungan 8 Bulan Demi Pekerjaan, Wanita di Bekasi Ditangkap Polisi
-
Babak Baru Korupsi Dana CSR BI, KPK Sita Mobil Staf Ahli Anggota DPR Heri Gunawan
-
Meski Hampir Rampung, Istana Ogah Buru-buru Terbitkan Perpres MBG
-
Belum Tahan Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi karena Alasan Sakit, KPK: Sakitnya Menular atau Tidak?
-
Istana Beri Sinyal Mobil Nasional Masuk PSN, Danantara Siap Jalankan Proyek?
-
Tega Aborsi Bayi karena Ngeluh Sulit Dapat Kerja, Wanita di Bekasi Ditahan Polisi