Suara.com - Teka-teki di balik mundurnya pakar telematika Roy Suryo dari Partai Demokrat akhirnya terungkap secara gamblang.
Bukan sekadar alasan "sekolah" yang selama ini menjadi jawaban normatifnya, Roy Suryo secara blak-blakan mengakui bahwa iklim politik yang kasar dan berbiaya tinggi menjadi pemicu utamanya untuk menepi dari partai yang membesarkan namanya.
Pengakuan mengejutkan ini disampaikannya dalam sebuah wawancara mendalam di kanal YouTube Podcast Forum Keadilan TV.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menegaskan bahwa keputusannya untuk tidak lagi berada di dalam struktur partai didasari oleh kejenuhannya terhadap praktik politik praktis di Indonesia.
Merasa Muak dengan Politik 'No Money, No Dong'
Puncak kekecewaan Roy Suryo terhadap dunia politik terjadi pada Pemilu 2019. Saat itu, ia sudah tidak memiliki minat lagi untuk maju sebagai calon legislatif. Alasannya pun diungkap tanpa tedeng aling-aling: kondisi politik yang sudah tidak sehat.
"Politik sudah dianggap kasar dan memerlukan banyak biaya," ujar Roy Suryo, menggambarkan kerasnya realitas yang ia hadapi.
Ia bahkan melontarkan celetukan satir yang menohok tentang mahalnya ongkos politik di tanah air.
"No money no dong," ucapnya dengan nada realistis, sebuah frasa yang menyiratkan bahwa tanpa modal finansial yang kuat, perjuangan politik akan terasa mustahil. Pernyataan ini menjadi cerminan kegelisahan banyak pihak terhadap pragmatisme dan politik uang yang kian mengakar.
Baca Juga: Pilkada Langsung Dikritik Cak Imin, Demokrat Tegas Menolak Perubahan
Keputusan final untuk mundur dari seluruh jabatan di Partai Demokrat diambilnya pada tahun 2020.
Momen ini bertepatan dengan pergantian kepemimpinan di internal partai, dari era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Meski demikian, ia menegaskan keputusannya bukan hal mendadak, melainkan akumulasi dari niat yang sudah lama terpendam.
Jejak Panjang Bersama SBY dan Janji Setia
Meski kini telah menjadi "orang luar", Roy Suryo memastikan tidak akan pernah mengkhianati partai berlambang bintang mercy tersebut. Ia mengenang jejak panjangnya bersama partai, jauh sebelum menjabat sebagai menteri.
Keterlibatannya dimulai sejak 2005, di mana ia dipercaya langsung oleh Presiden SBY untuk membantu dalam urusan teknologi, termasuk pembuatan website kepresidenan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD