Suara.com - Di antara rentetan pembelaan yang lugas, ada satu momen di mana Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, memilih untuk irit bicara.
Saat dengan percaya diri ia membentengi keputusan Presiden Prabowo Subianto memberikan amnesti dan abolisi sebagai hak prerogatif, ada satu pertanyaan kunci yang membuatnya terdiam.
Apakah langkah ini adalah 'barter politik' untuk meluluhkan hati PDI Perjuangan agar merapat ke koalisi pemerintah?. Jawabannya singkat, padat, dan membiarkan ruang interpretasi terbuka lebar.
"Saya tidak tahu," kata putri Presiden Ke-2 RI Soeharto itu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dilansir dari Antara, Jumat (1/8/2025).
Jawaban tidak tahu dari seorang elite partai penguasa seperti Titiek Soeharto saat ditanya soal manuver politik tingkat tinggi seringkali bermakna lebih dari sekadar pengakuan ketidaktahuan.
Dalam bahasa politik, sikap ini bisa menjadi sebuah sinyal, sebuah strategi, atau sebuah tembok untuk menutupi negosiasi yang sesungguhnya sedang terjadi di balik layar.
Sebelum momen kunci itu, Titiek Soeharto tampil penuh percaya diri. Ia menyebut semua kritik yang dialamatkan pada Presiden Prabowo terkait amnesti Hasto Kristiyanto dan abolisi Tom Lembong sebagai hal yang lumrah dalam demokrasi.
Ia bahkan menegaskan posisi presiden yang tak bisa diganggu gugat dalam menggunakan haknya. "Kita sudah memilih beliau (Prabowo Subianto) sebagai presiden, dan presiden menggunakan hak-nya. Ya, mau apa lagi?" katanya.
Namun, tembok pertahanan yang kokoh itu seolah menemukan celah ketika pertanyaan beralih dari justifikasi hukum ke motif politik—khususnya soal 'mahar' untuk mengajak PDIP, partai yang menaungi Hasto, bergabung ke dalam pemerintahan.
Perubahan dari jawaban yang panjang dan tegas menjadi respons 'saya tidak tahu' yang singkat menciptakan sebuah kontras yang tajam dan sarat makna.
Baca Juga: Dasco Temui Megawati, Elite PDIP Kompak Tepis Ada Transaksi di Balik Amnesti Hasto: Kita Juga Kaget
Dalam panggung politik, sikap "no comment" atau "tidak tahu" dari seorang tokoh penting bisa ditafsirkan dalam beberapa cara:
Strategi Mengunci Informasi: Bisa jadi negosiasi memang sedang berlangsung dan masih sangat sensitif. Mengonfirmasi atau membantah akan sama-sama berisiko. Sikap bungkam adalah cara paling aman untuk tidak mengganggu proses lobi yang berjalan.
Menghindari Polemik Internal: Mengakui adanya "barter" akan memicu kritik keras, tidak hanya dari publik, tetapi juga bisa dari internal koalisi yang mungkin tidak semuanya setuju dengan langkah tersebut.
Bukan Ranah Otoritasnya: Meskipun seorang elite, bisa jadi Titiek memang tidak terlibat langsung dalam negosiasi tingkat tinggi tersebut dan memilih untuk tidak berspekulasi.
Namun, bagi publik dan analis politik, jawaban ini justru semakin menguatkan dugaan bahwa ada "sesuatu" di balik keputusan kontroversial tersebut. Diamnya seorang politisi seringkali lebih bising daripada pernyataannya.
Tag
Berita Terkait
-
Dasco Temui Megawati, Elite PDIP Kompak Tepis Ada Transaksi di Balik Amnesti Hasto: Kita Juga Kaget
-
Amnesti Hasto dan Abolisi Tom Lembong Gaduh, Titiek Soeharto: Itu Hak Presiden, Mau Apa Lagi?
-
Titiek Soeharto Bela Keputusan Kontroversial Prabowo: Amnesti Hasto dan Abolisi Tom Lembong Demi...?
-
Bukan Kaleng-kaleng, Ini Jabatan Baru Ahmad Muzani di Gerindra Usai Lengser Dari Kursi Sekjen
-
PDIP Jadi Penyelamat Pemerintah Prabowo? Manuver Politik Megawati Bikin Publik Bertanya-Tanya
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar