Tak lama setelah dokter tiba dan melakukan pemeriksaan, Ratna menghembuskan napas terakhirnya.
Duka keluarga seketika berubah menjadi amarah.
Mereka meyakini, jika saja penanganan dilakukan lebih cepat dan sigap, nyawa Ratna mungkin masih bisa diselamatkan.
Kematian ini, di mata mereka, bukanlah takdir semata, melainkan akibat dari dugaan kelalaian fatal.
Kini, keluarga menuntut pertanggungjawaban penuh, tidak hanya dari pihak Puskesmas Balla, tetapi juga dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mamasa.
Mereka ingin kasus ini diusut tuntas agar tidak ada lagi "Ratna-Ratna" lain yang menjadi korban buruknya sistem pelayanan kesehatan.
Dinkes Turun Tangan, Sanksi Menanti Jika Terbukti Lalai
Menanggapi kemarahan publik dan tuntutan keluarga, Kepala Dinas Kesehatan Mamasa, Hajai, akhirnya angkat bicara.
Kasus Ratna di Mamasa adalah alarm keras bagi kita semua. Peristiwa ini menelanjangi berbagai persoalan klasik dalam sistem kesehatan di daerah, mulai dari potensi kekurangan tenaga medis, kepatuhan terhadap SOP gawat darurat, hingga budaya kerja yang mungkin kurang responsif.
Baca Juga: Dipanggil Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Kabupaten Mamasa: Semoga Jadi...
Puskesmas, sebagai ujung tombak layanan kesehatan, seharusnya menjadi tempat di mana setiap nyawa, tanpa terkecuali, diperlakukan sebagai prioritas tertinggi.
Penantian satu jam bagi pasien dalam kondisi kritis adalah sebuah kemewahan yang tidak seharusnya ada.
Publik kini menanti hasil investigasi dari Dinkes Mamasa. Apakah kasus ini akan menjadi momentum perbaikan, atau hanya akan menjadi satu lagi cerita pilu yang terlupakan?
Pernahkah Anda atau keluarga Anda mengalami pengalaman serupa di fasilitas kesehatan?
Menurut Anda, apa langkah konkret yang harus diambil pemerintah untuk mencegah tragedi seperti ini terulang?
Bagikan pandangan dan cerita Anda di kolom komentar.
Berita Terkait
-
Dipanggil Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Kabupaten Mamasa: Semoga Jadi...
-
Membaca Buku Jadi Syarat Lulus: Langkah Maju, Asal Tak Hanya Formalitas
-
Budaya Sibaliparriq: Jalinan Solidaritas Sosial dalam Bingkai Budaya Mandar
-
Sepiring Bau Peapi, Ibu, dan Kenangan Hangat di Benak
-
UNDP dan ESDM Susun Strategi Baru PLTS di Sulbar: Apa Isinya?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
-
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
-
KPK Tangkap Gubernur Riau, PKB 'Gantung' Status Abdul Wahid: Dipecat atau Dibela?
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Atasi Food Waste dengan Cara Sehat dan Bermakna
-
Mensos Gus Ipul Tegaskan: Bansos Tunai Harus Utuh, Tak Ada Potongan atau Biaya Admin!
-
Tenaga Ahli Gubernur Riau Serahkan Diri, KPK Periksa 10 Orang Terkait OTT
-
Stop Impor Pakaian Bekas, Prabowo Perintahkan Menteri UMKM Cari Solusi bagi Pedagang Thrifting