Suara.com - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menolak wacana pengelolaan Jakarta International Stadium (JIS) dialihkan ke pihak swasta.
Menurutnya, JIS dibangun menggunakan uang rakyat, sehingga pengelolaannya tetap harus berada di tangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Ia menegaskan, penyerahan aset kepada swasta tanpa kompensasi jelas-jelas melanggar prinsip pengelolaan dana publik.
“JIS dibangun dengan dana APBD dan pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kalau mau dikelola swasta, mereka harus membayar dan melunasi semua biaya pembangunan terlebih dahulu. Tidak bisa begitu saja mengambil alih aset yang sudah ada,” ujar Trubus kepada wartawan, Rabu (13/8/2025).
Trubus menilai, penggunaan dana publik otomatis mengikat kewajiban pengelolaan oleh pemerintah.
Ia memperingatkan agar Pemprov DKI tidak memberikan pengelolaan secara cuma-cuma, apalagi jika swasta berpotensi menyewakan kembali aset tersebut demi keuntungan pribadi.
“Tidak ada jaminan swasta akan mengelola lebih baik. Jangan sampai ini seperti memberikan rumah gratis yang kemudian disewakan lagi untuk keuntungan pribadi,” ucapnya.
Ia juga menyebut, penyerahan pengelolaan ke swasta justru berpotensi mengurangi kontrol pemerintah. Padahal, aset seperti JIS memerlukan pengawasan ketat, baik dalam penggunaan maupun pemeliharaannya.
Menurutnya, wacana ini bisa jadi merupakan cara Pemprov DKI mengurangi beban pengelolaan langsung sambil tetap mendapatkan setoran dari pihak ketiga. Namun, ia menegaskan, setiap aset yang dibangun dengan dana publik wajib dikelola secara akuntabel oleh pemerintah.
Baca Juga: Kiat Sukses Andira Reoputra Pimpin Perumda Sarana Jaya: Sistem Rapi dan Efisien
“Kalau swasta mau ikut terlibat, ya tanggung semua beban dan risiko operasionalnya. Termasuk memastikan stadion tidak digunakan untuk hal-hal di luar kesepakatan tanpa izin pemerintah,” tegas Trubus.
Sebelumnya, Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta, Justin Adrian, menyatakan tidak keberatan jika pihak swasta mengelola JIS. Alasannya, biaya operasional dan depresiasi stadion di Tanjung Priok, Jakarta Utara itu mencapai sekitar Rp200 miliar per tahun.
Justin menilai, beban itu sangat memberatkan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku BUMD pengelola. Apalagi, sejak 2020, Jakpro terus mencatat kerugian hingga ratusan miliar rupiah setiap tahunnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa