News / Nasional
Jum'at, 05 September 2025 | 07:01 WIB
Presiden Prabowo Subianto. (Instagram/Prabowo)

“Presiden Prabowo membuka ruang komunikasi. Ini penting agar aspirasi umat bisa tersampaikan dengan baik tanpa harus turun ke jalan dan menimbulkan gesekan,” kata Yahya.

Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf memberikan penjelasan usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Selasa (24/6/2025). [Suara.com/Novian]

Senada, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa dialog adalah kunci menjaga stabilitas nasional.

“Kami menghargai sikap Presiden yang mau mendengar. Aspirasi rakyat tidak boleh dipandang sebagai ancaman, tapi harus ditempatkan sebagai masukan untuk perbaikan bangsa,” ucap Haedar.

Idrus kembali mengingatkan bahwa demonstrasi seharusnya menjadi saluran sehat bagi demokrasi, bukan ajang kerusuhan.

“Kritik boleh, aspirasi wajib disampaikan, tapi jangan berubah menjadi kebencian. Kita tidak boleh terjebak dalam politik adu domba. Persatuan bangsa jauh lebih penting daripada kepentingan kelompok,” ujarnya.

Golkar, menurut Idrus, berdiri tegak mendukung setiap langkah Presiden yang berorientasi pada kepentingan rakyat dan bangsa, sesuai instruksi Ketua Umum Bahlil Lahadalia.

“Golkar bersama rakyat, bersama pemerintah, untuk memastikan bangsa ini tetap utuh. Apa yang dilakukan Presiden Prabowo adalah teladan bahwa kepemimpinan harus berpihak pada kepentingan rakyat dan bangsa, bukan kepentingan politik sesaat,” tambah Idrus.

Dengan dukungan politik dan moral dari partai besar serta tokoh-tokoh masyarakat, langkah Presiden Prabowo dinilai sebagai upaya strategis meredam eskalasi sekaligus menjaga kepercayaan publik.

“Indonesia ini besar, jangan sampai terbelah. Kita semua harus ikut menjaga, karena kita hidup dalam satu rumah besar bernama Indonesia. Mari ikuti keteladanan Presiden, yang tegas tapi juga terbuka, keras tapi juga adil,” pungkas Idrus, mengutip arahan dari Ketua Umum Golkar, Bahlil.

Baca Juga: Aksi Kamisan di Istana Negara Pasca-Demo Besar

Load More